Mohon tunggu...
Sri Nurhidayah
Sri Nurhidayah Mohon Tunggu... -

Seorang ibu dengan 2 orang anak, sedang belajar menulis dan mencintai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Artidjo & Busyro, Lahir Dari Guru Hebat

12 Januari 2014   20:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Awal tahun baru 2014, Prof. Mahfud MD melalui twitter beliau @mohmahfudmd menceritakan tentang Prof. KH. Abdoel Kahar Moezakir. Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) yang menjadi guru 2 pendekar anti korupsi yang dimiliki Indonesia saat ini yaitu Artidjo Alkostar dan Busyro Muqoddas. Prof. KH. Abdoel Kahar Moezakir mewariskan hal penting pada muridnya karakter untuk setia pada prinsip kebenaran. Ya, kedua murid beliau, pak Artidjo dan pak Busyro hari ini menjadi harapan bangsa ini untuk pemberantasan korupsi...

Kisah Prof. Kahar Moezakir, mengingatkan saya pada rentang panjang catatan sejarah guru-guru hebat yang melahirkan murid-murid yang hebat pula. Dalam Islam, Rasulullah SAW mampu melahirkan generasi sahabat yang begitu tangguh. Hari ini pun ketika kesebelasan nasional Indonesia U-19 menunjukkan kualitas permainan yang memukau, semua orang merujuk siapa guru hebat di belakang mereka? Sang pelatih, Indra Sjafrie, inilah guru hebat di belakang para pemain kesebelasan ini. Muara keberhasilan itu ada pada guru...

Untuk kualitas Pendidikan, ketika Organization for for Economic Cooperation and Development (OECD) menempatkan Finladia sebagai negara dengan kualitas pendidikan terbaik, maka kuncinya juga ada pada guru. Guru Finlandia adalah guru dengan kualitas terbaik.

Bagaimana Indonesia? Siapa yang memastikan kualitas guru? Siapa yang berani mengambil sarjana-sarjana terbaik kita untuk menjadi guru? Bagaimana menawarkan para lulusan terbaik sekolah menengah untuk mau melanjutkan ke fakultas keguruan yang ada di universitas negeri yang mutunya di bawah universitas negeri yang tidak memiliki fakultas keguruan? Darimana memulai melahirkan guru-guru hebat, agar bisa lahir murid-murid hebat dari tangan mereka?

Sejumlah pertanyaan rumit ini, sungguh mengganggu tim program pendidikan Dompet Dhuafa tempat penulis berkarya. Lewat berkali-kali Focus Group Discussion, maka mulailah program Sekolah Guru Indonesia. Tidak mudah mencari sarjana berkualitas untuk bersedia menjadi guru, pejuang pendidikan. Namun proses ini harus dimulai. Januari 2014, Angkatan ke-6 mahasiswa Sekolah Guru Indonesia akan memulai perkuliahan mereka. Para sarjana terbaik yang bersedia mengakadkan dirinya untuk menjadi guru. Jumlah mereka tidak banyak, namun inilah jawaban kecil pertanyaan panjang darimana kita harus memulai melahirkan guru hebat.

Guru-guru hebat, tidak akan pernah mengkhawatirkan apapun perubahan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Siswa pun senantiasa merasa tenang, tidak ada pernah ketakutan terhadap sekolah. Karena guru mereka tidak akan menularkan keresahan mereka. Guru mereka adalah orang tua terbaik yang mereka miliki, pelengkap orang tua mereka di rumah.

Selamat bergabung angkatan VI Sekolah Guru Indonesia. Inilah saatnya merawat harapan anak-anak Indonesia, merawat para pendidik di sekolah-sekolah terpencil, merawat para orang tua... Inilah aksi bersama Belajar Merawat Indonesia...

Bogor, 12 Januari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun