Mohon tunggu...
Sri Nurhidayah
Sri Nurhidayah Mohon Tunggu... -

Seorang ibu dengan 2 orang anak, sedang belajar menulis dan mencintai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melawan Perilaku Korup di Bangku Pendidikan*

25 Januari 2016   19:17 Diperbarui: 25 Januari 2016   19:17 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penyakit hari ini bagi para pendidik adalah kemalasan untuk beralih dari zona nyaman. Menggunakan sistem operasi baru, yang sebenarnya tidak banyak berbeda dengan sistem operasi bajakan yang banyak digunakan di sekolah sekarang. Sebenarnya bagi para siswa, tidak pernah ada masalah untuk menggunakan Linux dan tidak membajak. Siswa-siswa kita adalah digital natives yang tidak memerlukan buku manual dalam berinteraksi dengan laptop dan komputer. Anak-anak ini betul-betul ‘just do it’ tanpa meributkan prosedur. Para guru (utamanya Guru IT) yang memaksa anak-anak kita menyelesaikan tugasnya dengan software berbayar. Jika diumpamakan, seperti belajar menjadi fotografer, guru memaksa siswa menggunakan kamera merek tertentu, bukan mengajarkan prinsip dasar dan teknik memotret. Bahkan yang terjadi sungguh naif dan menyedihkan: misalnya saat pelatihan desain grafis, diawali dengan bersama-sama menginstalasi software bajakan! Teladan para pendidik untuk berlaku curang, tidak peduli terhadap legalitas, menjadikan Indonesia terkenal dengan pembajakannya.

Oleh karena itu, bicara soal antikorupsi, para guru bisa mengawal dari tindakan nyata dan dari diri sendiri. Mulai dari lingkungan sekitar dengan penuh kepercayaan diri menanamkan kejujuran dan tidak ada pembenaran atas kecurangan. Dan menolak korupsi bagi pendidik bisa dimanifestasikan dengan langkah ini: berhenti membajak. Berhenti mengajak diri dan anak-anak didik berbuat curang. Dari sini anak-anak tercinta bisa lantang dan jujur berkata, “Saya anak Indonesia antikorupsi!”

 

*Dimuat di Harian Repubika kolom opini, 31 Desember 2015

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun