Mohon tunggu...
Sri Mulyono
Sri Mulyono Mohon Tunggu... Politisi - di kantor

bersyukur dalam segala keadaan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pandora Dahlan Iskan Batal Jadi Kader Demokrat

19 Maret 2014   14:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meski  batal dilantik sebagai kader Partai Demokrat, Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan datang bersama ratusan massa pendukungnya dalam acara kampanye Partai Demokrat di Magelang, Jawa Tengah. Dahlan sudah menyiapkan jaket berwarna biru, lengkap dengan logo Demokrat dan tulisan "Kerja..Kerja..Kerja" di bagian belakang punggungnya. KOMPAS.com (16/3/2014).

"Saya tidak tahu, saya datang karena tadinya mau dilantik, tapi enggak jadi. Jadi, ya, datang saja," ujar Dahlan.

Dahlan Iskan telah dijanjikan oleh SBY bahwa dirinya akan dilantik menjadi kader Demokrat dalam acara Kampanye perdana Partai Demokrat di Magelang. Seandainya jadi dilantik, tentunya Pemilik Jawa pos grup sekaligus menteri BUMN ini tidak dilantik sebagai anggota biasa pasti akan ditempatkan pada jabatan strategis atau sekurang kurangnya sebagai anggota Dewan Pembina. Namun rencana tersebut gagal atau digagalkan, karena Ketua Umum PD masih berada di Riau memimpin pemadaman kebakaran hutan.

Menurut saya ada beberapa sebab yang menjadi pertimbangan sehingga Dahlan Iskan batal dilantik menjadi kader PD.

Pertama : Dengan hasil survey paling moncer dalam capres konvensi, kemudian dilantik oleh SBY menjadi kader PD, maka DI akan menganggap sebagai signal  restu SBY. Sebagai actor berpengalaman, DI dengan kekuatan media yang dimiliki akan dengan sangat cepat membangun dan menguasai opini. Dan SBY akan dibuat tak berdaya dikepung oleh opini public “citra”.

Jika hal itu terjadi maka SBY telah menyerahkan kekuasaanya kepada DI (orang lain). Seorang  Capres PD akan kuasa dan leluasa menggunakan semua infrastruktur partai. Mau atau  tidak mau, suka atau tidak suka, semua harus mendukung capres yang telah diputuskan.  Bahkan seorang capres bisa melakukan diplomasi , negosisiasi atau apapun dengan capres lain, cawapres,  partai lain, para  donatur dan apapun yang dianggap perlu. Dahlan “capres” tidak akan terkontrol. SBY dan dinastinya akan kehilangan kekuasaan yang telah dirintis, dibangun dan dipertahankan selama ini.

Kedua : Jika Dahlan dilantik menjadi kader Demokrat, maka kotak Pandora yang kedua akan terbuka yaitu peluang merebut kursi ketua umum pada kongres III partai Demokrat. Salah satu syarat untuk menjadi ketua Umum Partai Demokrat adalah pernah menjadi pengurus harian DPP, menjadi ketua DPD, atau pejabat tinggi lainya di DPP. Misalnya anggota Dewan Pembina. Tentunya SBY tidak mau peristiwa kemenangan Anas dalam kongres Bandung 2010 terulang kembali.

Ketiga : Dahlan Iskan bukanlah pemain biasa, dia memiliki kekuatan dan kekuasaan besar. Jika DI telah resmi diangkat sebagai kader PD dan memiliki jabatan penting, bukan tidak mungkin akan muncul matahari kembar di PD. Bahkan kekuatan cahaya DI akan lebih dahsyat sinarnya dibandingkan SBY. Dahlan  relative muda, dengan popularitas menjulang . Sementara SBY sudah menjelang purna bakti. Saat ini Dahlan ibarat matahari tepat pk.12:00 WIB atau 13:00 WIB, sementara SBY sudah dititik 17:00. SBY telah melampaui masa keemasanya dan menuju masa senja.

Perhitungan  SBY pasti sudah matang. Apalagi setelah 20 oktober 2014 SBY tidak lagi mejabat Presiden, maka akan sangat sulit menaklukan seorang Dahlan. Alih alih mengalahkan DI yang begitu kuat di dunia pers dan full financial, untuk mengalahkan dan menggulingkan Anas saja SBY harus meminjam tangan pihak ketiga “ KPK”.

SBY yang dengan susah payah telah merebut kursi Ketua Umum dari Anas Urbaningrum, kemudian menancapkan dalam dalam dinastinya di Partai Demokrat,  hampir tidak mungkin akan memberikan semua itu kepada orang lain. Terlalu mudah dan murah  bagi Dahlan tapi  terlalu sulit dan mahal bagi SBY . Karena itu Dahlan dan pendukungnya harus memaklumi kondisi ini. Demokrat adalah milik SBY dan keluarga, yang lainya hanya “numpang alias nebeng”.

Diberi kesempatan nebeng di rumah besar partai Demokrat milik Presiden bukanlah hal biasa.  Dahlan sudah beruntung diberi kesempatan menjadi menteri, menjadi capres konvensi, popular, berlimpah materi, derajat, kuasa, Cukup. Jangan berharap yang lain. Jangan sekali sekali bicara survey, pooling atau apapun namanya. Itu semua sampah. Jika kalian ngotot maka bersiaplah “diusir”.

Dari berbagai survei Dahlan memang unggul dari seluruh peserta konvensi. Namun kemenangan survey tersebut tidak serta merta mengantarkan Dahlan menjadi Capres PD. Tiga lembaga survey yang disewa PD belum mengumumkan hasil surveynya dan otoritas tertinggi tetap ditangan Ketua Umum Majelis Tinggi sekaligus Ketua Umum PD, SBY.

Hemat saya, SBY telah mempersiapkan kader untuk Capres PD 2014 dan  Ketua Umum PD mendatang. Kwartet Cikeas (PEW, EBY, AY dan SBY) yang tampil menguasai panggung panggung Kampanye terbuka semakin menegaskan PD memang milik mereka. Kepada merekalah SBY akan mewariskan PD. Bahkan jika situasi dan kondisi dirasa riskan dan perlu penanganan khusus maka SBY akan kembali tampil memegang kendali PD seperti saat ini. Boleh jadi ide Anas Urbaningrum bahwa SBY tepat menjadi Cawapres akan terbukti, karena alasan situasi khusus.

Bukankah SBY rela turun tangan menjadi ketua Umum PD karena alasan situasi khusus? Bukankah Vladimir Putin dan Medmedev bergantian menjadi presiden dan perdana menteri dengan alasan demi kelangsungan pembangunan Rusia? Didunia ini semua dimungkinkan apalagi di dunia politik.

Dalam teori politik, kekuasaan harus direbut, diperbesar kemudian dipertahankan. Kekuasaan alat paling efektif untuk berbagai macam kepentingan, social, politik, hukum, keamanan, ekonomi dan lainya. Demi semua itu, SBY pasti akan menjaga kotak PANDORA Demokrat tetap terkunci rapat dari ancaman bahkan intip-an para “penebeng”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun