Mohon tunggu...
Sri Mulyono
Sri Mulyono Mohon Tunggu... Politisi - di kantor

bersyukur dalam segala keadaan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kompasiana Mengguncang Istana, Suatu Saat Menggoncang Dunia

15 Desember 2014   07:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada pepatah mengatakan “kualitas seseorang itu dilihat dari siapa lawanya”. Kala itu lawan saya adalah Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono orang nomor satu di Indonesia. Hari ini setahun yang lalu, 16 Desember 2013 saya disomasi Presiden SBY atas tulisan saya di Kompasiana berjudul "Anas : Kejarlah Daku Kau Terungkap".

Betapa waktu cepat berlalu, masih segar rasanya bagaimanapenulisdiburu Presiden SBY melalui Pengacaranya Palmer Situmorang.Hari hari itu terasa menegangkan, mengasyikan sekaligus membangkitkan semangat patriotisme. Tegang karena berhadapan dengan seorang Presiden yang penuh kekuasaan. Mengasyikan karena saya menjadi terkenal sekaligus menguji nyali. Lebih dari itu saya merasa mendapat kesempatan untuk mengungkap kebenaran.

Somasi yang menggetarkan Indonesia, somasi yangmembuat Kompasianamemuncaki berita nasional dan terguncangnya media sosial. Somasi yang membuat saya mendadak selebritis. TV, koran, online, radio, majalah memburu saya. Tidak ketinggalan para sahabat Kompasiana, saya menjadi pembahasan tersendiri di media sosial warga biasa tersebut.

Ratusan bahkan mungkin ribuan dukungan dari sahabat kompasiana mengalir deras. Banyak kompasianer yang menulis tentang saya baik yang pro maupun kontra, dengan analisis dan sudut pandang masing masing. Ada sahabat kompasianer yangmenawarkan diri menjadi Penasehat Hukum. Atas dukungan para sahabat kompasianer keberanian saya semakin tebal. Referensi dan literatur saya siapkan dan saya benar benar sudah siap saat itu untuk berhadapan dengan Presiden SBY.

Tiga kali surat somasi dilayangkan yaitu tanggal 16 Desember 2013, 20 Desember 2013 dan 14 Januari 2014. Saya sengaja tidak membalas atau merespon somasi pengacara Palmer dengan dua alasan, pertama Palmer tidak melampirkan surat kuasa sebagai pengacara Presiden SBY dan keluarga, keduaberharap supaya Palmer segera membuat Laporan ke Polisi. Saya sudah membayangkanperdebatan di pengadilan yang akan berjalan seru antara sayaberhadapan dengan sang Presiden.Dengan bekal referensi yang cukup, saya yakinkeluar sebagai pemenang.

Analisis saya atas catatan TEMPO.CO, Presiden SBY cukup serius merekrut pengacarauntuk membela dan melindungi kepentingan pribadi SBY dan keluarganya. kronologisnya adalah sebagai berikut :

Pengacara keluarga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Palmer Situmorang, mengatakan penunjukan dirinya sebagai pengacara keluarga Cikeas diawali dengan sebuah telepon dari seorang pegawai Sekretariat Negara pada 4 Desember 2013. Dalam telepon tersebut, Palmer ditanyakan perihal kesediaanya untuk membantu SBY dan keluarganya sebagai pengacara.

Pada 8 Desember 2013, Palmer kembali menerima telepon dari pegawai Setneg yang memintanya datang ke Istana Bogor keesokan harinya 9 Desember 2013 pada pukul 20.00 WIB. Dengan tim lengkap, Palmer datang ke Istana Bogor bertemu SBY dan keluarga. Di sanalah Palmer ditunjuk SBY sebagai pengacara keluarga Cikeas.

Menurut Palmer, Klienya memaparkan seluruh tuduhan yang ditujukan kepada keluarga Cikeas selama lebih dari dua jam. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsuddin, Kristiani Herawati alias Ani Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono dan istrinya Aliya Rajasa, serta ajudan Presiden.

Ternyata Palmer S dan Tim bekerja cepat, dalam waktu 7 hari sudah mendapatkan sasaran tembak yaitu saya. Ketika saya bertemu dengan Palmer dalam sebuah dialog disalah satu stasiun TV swasta yang membahas somasi ini, saya sempat bertanya kepada beliau” apakah saya orang pertama yang disomasi presiden?” beliau menjawab” ya, menyusul yang lainya”.

Tentu saya merasa tersanjung karena tulisan saya dibaca Presiden RI SBY yang terkenal berintelektual tinggi. Sebuah tulisan kecil di media sosial Kompasiana yang tak disangka menjadi demikian besar dan masyhur. Istana Presiden menjadi panas, gerah dan marah. Ternyata Kompasiana mampu menggoncang Istana. Mencermati kualitas Kompasianer yang demikian hebat bukan tidak mungkin  suatu saat Kompasiana akan mengguncang dunia.

salam Kompasiana, Pesan Bung Karno : JaSMeRah "Jangan Sekali sekali Melupakan Sejarah"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun