Mohon tunggu...
Sri Mulyono
Sri Mulyono Mohon Tunggu... Politisi - di kantor

bersyukur dalam segala keadaan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Marzuki Alie: Anas Sudah Titik!

28 Januari 2014   12:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Publik dikejutkan oleh Kicauan Anas di Twitter, kok masih bisa mantan ketua umum Demokrat berkicau dari dalam sel KPK?  Fenomena  ini membuat sel Anas digeledah oleh Penyidik. Wah rupanya para penyidik KPK Gagap Teknologi . Twitter Anas dioperasikan oleh Admin, dengan tetap mengambil sumber langsung dari Anas melalui tulisan  ketika istrinya menjenguk di sel tahanan KPK.

Kenal agak dekat dengan Anas sejak tahun 2005. Beberapa kali membuat kegiatan seminar dan diskusi partai Demokrat . Waktu itu saya sebagai direktur eksekutif Media Center Partai Demokrat dimana Anas Urbaningrum sebagai salah satu Pembinanya. Saya merasa cocok dengan Anas . Mungkin karena seumur, sama sama orang kampung  dan sering ngobrol memakai Bahasa Jawa, bisa tertawa lepas tanpa rasa sungkan atau ewuh pakewuh. Satu lagi Partai Demokrat saat itu sedang tumbuh menuju masa keemasanya. Para kader terlihat begitu mesra dan kompak membesarkan partai.

Media Center Demokrat  tugas pokoknya mengabarkan berita berita positif atas kinerja Pemerintah SBY dan partai Demokrat. Kegiatan intens lainya adalah setiap dua minggu sekali menyelenggarakan Diskusi terbatas, roundtable discussion mengambil tema tema actual dalam rangka memberikan masukan kepada Pemerintah. Melibatkan narasumber,  para pakar , Lembaga pemerintah, BUMN, LSM, organisasi profesi dan praktisi professional dan tentunya para petinggi Kader Demokrat. Media Center Demokrat menjadi pusat kegiatan Public relation.

Kader senior partai Demokrat hampir semuanya saya kenal baik, termasuk pak Marzuki Alie.  Beliau adalah salah satu kandidat kuat ketua umum dalam konggres Bandung. Saya melihat Konggres adalah proses pendewasaan organisasi dan demokrasi. Dinamika menjelang konggres sampai saat konggres berlangsung, memang sangat luar biasa. Maklum the rolling party dan partai terbesar di Indonesia. Semua calon, timses dan para pendukungnya tampil dengan kekuatan penuh. Inilah pergulatan konggres, pergulatan eksistensi, pergulatan demokrasi.

Sudah dimaklumi bahwa SBY mengusulkan Andi Malarangeng sebagai Calon Ketua Umum Partai Demokrat dalam konggres Bandung. Namun fakta dilapangan,  usulan SBY tersebut mendapat respon negative dari para senior dan elit Demokrat. Bahkan ada kaukus dedengkot PD termasuk salah seorang menteri yang sepakat menolak dan diam diam bergerilya menggalang kekuatan  mendistorsi Andi malarangeng dari panggung  Calon ketua umum. Di depan SBY semua bermuka manis tetapi dibelakang mereka mencibir bahkan mencaci.

Alasanya masuk akal, Andi Malarangeng orang baru di Demokrat. Bahkan AM belum pernah menginjakan kakinya di kantor DPP Demokrat. Itulah yang membuat para senior gerah. Bagi mereka usulan SBY agar AM memimpin Demokrat adalah Penyesatan dan pelecehan para senior Demokrat. Mereka saling menatap mata, menggeleng gelengkan kepala dan “…Tidak masuk akal, dari mana rumusnya SBY mencalonkan AM jadi Ketua umum? AM itu siapa? Mana jejak kakinya AM di Demokrat ?  Mu’alaf kok mau dijadikan Imam?”. Dengan alasan Demokrasi akhirnya para senior bersatu melawan SBY.

Karena itu wajar AM kandas walaupun di dukung penuh  oleh SBY dan Ibas yang selalu mendampingi AM saat sosialisasi sampai detik detik terakhir konggres. Bahkan rancangan AD /ART baru yang disusun oleh Starring Committee dimentahkan oleh suara Konggres. Kekompakan suara konggres menolak AM adalah hasil kerja para elit dan senior Demokrat dalam menyatukan suara Anas dan Marzuki.  Propaganda dan agitasi bahwa “Yang Penting bukan AM dan AM bukan kader Demokrat” adalah lagu wajibyang dikembangkan secara simultan dan massif kepada kader kader Demokrat”. Konggres diakhiri dengan Kemenangan Anas sebagai ketua Umum dan didaulatnya kembali SBY menjadi Ketua Dewan Pembina.

Sebagai ketua Dewan Pembina sejak tahun 2004, sebenarnya SBY ingin menata Partai Demokrat dengan caranya. Termasuk membagi tugas dan fungsi kader kader Demokrat. Namun kebijakan dan keinginan SBY sering kali dipandang fatal, melanggar  Demokrasi dan Meritokrasi. Contohnya adalah dalam menentukan calon ketua umum partai Demokrat pada konggres Bandung 2010. Yaitu mencalonkan Andi Malarangeng yang diikuti instruksi kepada segenap menteri dan para elit termasuk putranya Ibas supaya memberi dukungan penuh. Tidak cukup sampai disitu, SBY melarang kader lain untuk maju menjadi calon ketua umum PD. Tujuanya mungkin supaya AM menjadi calon tunggal yang akan dipilih secara aklamasi.

Bukan hanya Anas yang dilarang mencalonkan diri menjadi ketua umum, Marzuki Alie juga dilarang. Suatu malam, kira kira bulan februari 2010, seorang senior berpengaruh di Partai Demokrat diundang makan malam oleh Marzuki Alie disebuah restoran di senayan, saya ikut menemani. Sambil menikmati hidangan kami ngobrol,  HP Marzuki Alie berdering memberikan tanda ada SMS masuk, beliau membuka HPnya dan mengatakan ada SMS dari SBY kemudian beliau membacakanya dihadapan kami. Isi SMS, intinya  SBY meminta supaya Marzuki Alie tidak mencalonkan diri menjadi ketua umum PD karena SBY sudah punya calon yang harus diusung bersama sama yaitu Andi M.

Setelah membaca SMS tersebut Marzuki Alie sempat naik berucap “ ..ternyata SBY ini tidak demokratis…, saya akan terus maju demi kejayaan demokrat dan demokrasi,…” demikan kira kira kalimat spontanitas dari Marzuki Alie. Kecewa dan merasa dikekang hak haknya sebagi kader PD, MA akhirnya mengungkapkan isi hatinya dengan menulis SMS kemudian mengirim ke salah seorang sahabat dekatnya. Oleh sang sahabat, SMS tersebut diforward  ke nomor HP saya. Sampai sekarang SMSnya masih saya simpan. Isinya bisa dikatakan sangat keras dan sarkastik.

SMS larangan dari SBY diabaikan.  Marzuki Alie terus maju mencalonkan diri sebagai ketua umum PD. Konggres selesai dan MA gagal. Beberapa kali saya silaturahim ke kantor MA bersama beberapa teman. Ngobrol ngalor ngidul dan suatu saat MA bilang bahwa “… Anas sudah titik! “. Tentu saja yang mendengar terkaget kaget.

Sebagai sahabat Anas, saya menginformasikan ucapan MA kepada Anas.  Suatu saat tengah malam saya jalan berdua dengan Anas, saya sampaikan “ Tum, tadi siang saya silaturahim ke kantor pak Marzuki, katanya baru dapat sms dari pak SBY.  Pak MA bilang “… sudahlah, Anas sudah Titik!”. Anas menjawab “saya juga baru dapat SMS dari pak SBY soal Musyawarah Daerah Sulawesi Utara, tapi gak usah ditanggapilah, kita (demokrat) ini kan keluarga besar biasa ada riak riak kecil nanti juga baik lagi”.

Waktu terus bergulir, tanda tanda “Anas sudah titik!” semakin hari semakin jelas. Dimulai dengan tertangkapnya Rosa di kantor kementerian Pemuda dan olah raga. Kemudian disusul  Nazarudin dinyatakan sebagai tersangka dan Kabur ke Luar Negeri. Anas tersandera, terpukul dengan kicauan Nazarudin yang menjadi referensi utama seluruh media, baik cetak maupun elektronik. Semua ditelan tanpa reserve. Anas jadi bulan bulanan media. Teriakan para sengkuni “Anas Mundur” menyeruak menguasai jagad pers.

Menghakiman Pers terhadap Anas begitu berat dan “sadis”. Namun demikian Anas tidak pernah mengeluh atau menyalahkan pers.  Anas terluka dan terpojok. Namun  dia tetap tersenyum dalam kepiluan luka dan siksa. Para Sengkuni  Demokrat bersorak “ waktunya mengkudeta Anas”.  Gerakan Politik dan rapat rapat rahasia digelar. Berkali kali rapat dewan Pembina membahas “ Anas harus segera dilengserkan”. Beberapa kali usaha penggulingan Anas mandul. Anas begitu kokoh diakar rumput. Para Kader Demokrat begitu gigih loyal, membela  dan  melindungi Anas. Hingga akhirnya “pidato bersejarah SBY dari Jeddah tanggal 4 Februari yang sangat mengesankan.

Pidato yang “diikuti” drama “sprindik Bocor atas nama Anas” oleh KPK. Dilanjutkan dengan pelucutan kekuasaan dan wewenang Anas sebagai ketua umum tanggal 8 Februari oleh SBY di Cikeas. Kekuasaan dan Kewenangan Ketua Umum diambil alih oleh SBY dan Anas diperintahkan untuk konsentrasi masalah Hukumnya. Walaupun pada saat itu Anas belum mempunyai status hukum apapun. “status saya ya menikah”, begitu kata Anas menjawab pertanyaan wartawan. Akhirnya tanggal 22 Februari 2013, KPK menetapkan Anas sebagai tersangka. Dengan sangkaan kontroverisal “… dan atau projek projek lainya.

Kembali saya teringat ucapan Marzuki Alie. Mungkin inilah yang dimaksud oleh Marzuki Alie “ Anas Sudah Titik!”. Kini  Anas sedang menjalani proses “hukum-politik”. Kita akan menyaksikan cerita selanjutnya dalam sidang sidang Anas. Benarkah Anas sudah Titik? Dari dalam sel tahanan ternyata Anas masih eksis  setidaknya akun twitternya masih produktif. Loyalisnya tersebar diseluruh Indonesia. Dalam enam bulan ke depan Insya Allah ormas PPI sudah lengkap dari Sabang sampai Merauke. Sebagai sahabat, saya meyakini Anas belum titik, Anas akan melewati episode pertapaanya dengan baik dan akan semakin matang. Anas akan titik, titik, titik dan … dengan halaman halamanya. salam pergerakan,…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun