Hari rabu tanggal 17 April 2019 menjadi salah satu tanggal yang cukup diingat oleh masyarakat Indonesia, karena tepat pada tanggal itu diselenggarakan sebuah rutinitas setiap lima tahun sekali yakni pesta demokasi terbesar di Indonesia. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah diselenggarakannya pemilihan Presiden RI. Pilpres kali ini dilaksanaakan bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif atau disingkat pileg. Ada hal yang cukup menarik dari pilpres kali ini, yakni merupakan pilpres yang sangat panas dan menuai banyak pergejolakan dari pendukung masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden. Selain itu, kampanye yang dilakukan juga cukup panjang, yakni kurang lebih selama 8 bulan sebelum pemilihan dilakukan.
Karena revolusi industri 4.0 pada saat ini, maka kampanye yang dilakukan oleh kedua paslon tidak hanya melalui dunia nyata, tetapi juga melalui dunia maya. Saat masa kampanye, warga dunia maya sangat aktif pula menyumbangkan suara tentang calon prsiden, sehingga muncullah istilah si cebong dan si kampret. Istilah ini memang terasa lucu dan unik, dimana dalam pengertian sebenarnya, cebong dalam bahasa Indonesia artinya anak katak yang belum tumbuh dewasa, dan kampret artinya adalah kelelawar. Istilah cebong diperuntukkan bagi pedukung kubu paslon nomor 1, yakni paslon Jokowi-Makruf dan istilah kampret ditujuan bagi paslon nomor 2, yakni paslon Prabowo-Sandi. Sangat banyak hal yang diuggah para pendukung masing-masing paslon untuk mempromosikan calon pilihannya. Banyak yang mengunggah tentang kebaikan paslon sendiri, tetapi juga tidak sedikit yang mengunggah kejelekan paslon lawan mereka. Hal ini tidak jarang menuai keributan di sosial media seperti instagram, twitter, dan yang utama adalah facebook. Selain dari dunia maya, pada dunia nyata juga tidak jarang menuai pro dan kontra. Tidak jarang kita temukan politik identitas yang dibawa oleh pendukung masing-masing paslon. Hal ini tentu membuat politik di Indonesia menjelang pemilu tahun 2019 ini menjadi sangat panas. Terdapat beberapa berita yang menyampaikan bahwa ada paslon yang ingin menyogok warga dengan uang, bahkan ada yang memberitakan bahwa banyak surat suara yang sudah tercoblos sebelum dilaksanakan pemilu.
Bagaimana pun panasnya perpolitikan di Indonesia dengan berbagai macam pro dan kontra di dunia nyata dan dunia maya, pada tanggal 17 April 2019 tetap diadakan pemilihan umum, yakni pilpres dan pileg. Pemilu kali ini berlangsung sama saja dengan pemilu sebelumnya, hanya saja di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) banyak yang tidak mendapat surat suara untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. Bahkan diberitakan di sebuah stasiun tv bahwa ada sebuah TPS yang mengaku dikirimkan kotak suara tanpa surat suara untuk pemilihan Presiden dan wakilnya oleh pihak Komisi Pemilihan Umim (KPU). Selain itu, banyak warga yang mengaku bawa mereka tidak dapat melakukan pilpres karena berbagai kendala lain seperti tidak dapat surat panggilan untuk memilih dan lain-lain. Hal ini menyebabkan diadakannya pemungutan suara susulan hanya untuk pemugutan suara pada pemiliha presiden dan wakil presiden. Pemungutan suara susulan ini dilakukan sehari setelah pemungutan suara utama dilakukan, yakni pada tanggal 18 April 2019.
Setelah melakukan pemungutan suara, hal yang paling dinanti adalah hasil perhitungan suara. Hasil perhitungan suara baru akan dikeluarkan pada saat seluruh pemungutan suara pada seluruh TPS di Indonesia telah dilakukan. Hal ini untuk mengantisipasi pilihan rakyat yang dapat berubah jika telah melihat perhitungan yang telah dikeluarkan. Peritungan suara yang paling sering digunakan di Indonesia adalah quickcount dan realcount. Quickcount artinya hasil hitung cepat dan realcount artinya hasil perhitungan yang asli. Quickcount dapat berupa hipotesis sementara yang mana perhitungan ini hanya menggunkan sampel di tempat-tempat yang diperkirakan dapat mewakili keseluruhan suara. Sedangkan realcount merupakan hasil yang mewakili seluruh suara pada pemilihan di Indonesia. Hal ini berarti perhitungan suara dengan menggunakan realcount lebih akurat dan terpercaya, sehingga merupakan hasil perhitungan yang mutlak dan resmi, serta digunakan sebagai penentu kemenangan paslon.
Perhitungan suara dengan menggunakan metode quickcunt banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga survei di Indonesia seperti kedai kopi dan sabagainya. Hal ini tentu menjadi pusat perhatian pasca pemilihan berlangsung. Hampir seluruh stasiun tv berlomba-lomba untuk menyiarkan tentang hasil pemilihan umum yang telah dilakukan. Yang ditampilkan pada stasiun tv adalah hasil perhitungan dengan metode quickcount yang berupa hipotesis sementara yang dapat menggambarkan hasil akhir perhitungan suara tetapi belum tentu kebenarannya. Banyak di media sosial yang mengatakan bahwa hasil tersebut dimanipulasi dan tidak benar perhitungannya, tetapi mari kita kembali melihat kenyataan bahwa diantara lembaga-lembaga survei tersebut, banyak yang sudah terbukti metodologi perhitungan suara yang dilakukannya sudah benar dan ilmiah serta kembali lagi kita ingat bahwa, quickcount ini dapat salah dan dapat juga benara karena hanya berupa hipotesis penggambaran hasil yang belum tentu kebenarannya.
Setelah pemungutan suara berlangsung, para calon presiden melakukan pidato singkat atas kesannya terhadap pemilihan umum kali ini dan pesan terhadap seluruh warga Indonesia terutama para pendukung mereka untuk tetap optimis dan berlaku adil guna menghindari kecurangan. Paslon nomor 1 melakukan pidato dengan wajah yang selalu tersenyum dan optimis akan memenangkan pemilihan umum kali ini diikuti oleh paslon nomor 2 yang juga berpidato dengan senyuman dan rasa oplimisme tinggi pula. Hasil hitung dengan quickcount yang disebarkan melalui beberapa stasiun tv meggambarkan kemenangan atas paslon nomor 1 yakni untuk paslon Jokowi-Makruf sehingga saat melakukan pidato tentang kesannya terhadap pemilihan umum ini, paslon ini menujukkan aura yang bahagia dan senang. Paslon nomor 1 selalu optimis terhadap kemenangannya kali ini. Selain itu, saat pidato untuk paslon nomor 2 yakni paslon Prabowo-Sandi, pak Prabowo menunjukkan ekspresi yang semangat dan optimis pula. Beliau mengobarkan rasa optimis kepada para pendukunganya. Walaupun hasil quickcount yang ditampilkan pada beberapa stasiun tv mengatakan bahwa paslon nomor 1 lebih unggul, tapi tetap saja paslon nomor 2 mengklaim diri menang dengan mengatakan bahwa mereke mempunyai hasil realcount internal yang lebih akurat dan terpercaya, dibandingan dengan hasil realcount yang dilakukan beberapa lembaga survei di Indonesia.
Hal tersebut di atas, tentu saja menimbulkan kebingungan bagi masyarakat Indonesia dengan pertanyaan yang sering muncul adalah "yang mana yang benar? Yang mana harus dipercaya?". Karena situasi yang mulai panas dan beberapa kendala yang terjadi saat pemilihan berlangsung, pengumuman pemenang yang resmi tidak dapat dilakukan oleh KPU setelah satu atau dua hari pasca pemilu dilaksanakan. Hingga hari senin, taggal 22 April 2019 belum juga dikeluarkan pengumuman resmi tentang pemenang pilpres tahun ini. Di sisi lain, sangat banyak media masa tidak resmi yang memberitakan tentang hasil dari pemilu tahun ini. Ada yang mengatakan kemenangan diraih kubu A dan ada yang mengatakan kemenangan diraih kubu B. Tidak  jarang pula bermunculan berbagai macam berita hoax yang selalu memprovokasi dan menginginkan perpecah belahan. Oleh karena itu, marilah kita bersama menyaring berita yang masuk dan  tidak langsung menyebarkan kepada orang lain jika belum tentu kebenarannya. Mari kita lindungi negeri ini agar bebas dari berita hoax dan provokasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H