Mohon tunggu...
Sri Lala Musaropah
Sri Lala Musaropah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi

Belajar mengekspresikan diri melalui ketikan jari

Selanjutnya

Tutup

Money

Papeda: Hikmah COVID-19 Membawa Berkah Berawal Iseng Jadi Juragan!? Ini Dia Rahasianya

18 Juni 2024   20:25 Diperbarui: 18 Juni 2024   21:12 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana.com (Dokumen Pribadi/Sri Lala Musyarofah) 

Dari setiap daerah tentunya memiliki ciri khasnya masing-masing mulai dari bahasa, tradisi, pakaian hingga makanan. Salah satunya papeda, makanan khas papua, maluku, dan beberapa daerah lainnya yang ada di Sulawesi. Di era modern saat ini, menjaga dan melestarikan warisan kuliner tradisional seperti papeda menjadi tantangan tersendiri. Urbanisasi dan  perubahan gaya hidup sering kali membuat masakan dan makanan tradisional tergeser oleh makanan instan cepat saji dan praktis. Melalui berbagai event pesta kuliner menjadi salah satu upaya untuk dapat memperkenalkan produk lokal dan tradisional. Dengan demikian, warisan budaya kuliner tetap lestari dan bisa dinikmati oleh Masyarakat luas hingga sampai kancah dunia. Papeda dengan berbagai keunikannya, tidak hanya menawarkan rasanya yang khas tetapi juga menyajikan cerita-cerita dan nilai budayanya yang begitu berharga. Dengan kita menikmati juga melstarikan makanan papeda ini, kita turut andil dalam menjaga keberagaman dari budaya sekaligus kekayaan kuliner yang ada di Indonesia.

Kini papeda tidak hanya bisa di dapatkan di daerah papua, maluku dan daerah sekitarnya tetapi juga mulai banyak di jual di berbagai daerah lainnya di Indonesia dan di jadikan sebagai sebuah peluang usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Makanan papeda yang berbahan utama sagu, teksturnya mirip seperti gel ataupun lem yang berwarna putih bening. Namun, yang awal bahan utamanya sagu kini dimodifikasi dengan berbahan tepung tapioka yang di campur air juga telur. Sebut saja namanya Sukardi pemilik UMKM Papeda telur. Yang melatar belakangi usaha ini, awalnya Sukardi iseng ingin membuat sesuatu yang baru dan harganya tidak terlalu banyak mengeluarkan banyak modal. Setelah sukardi berhenti dari pekerjaanya pada tahun 2018 ia pun berusaha mencari pekerjaan yang lain untuk bisa menghidupi keluarganya.

 Sukardi punya inisiatif untuk membuat papeda dan bahan utamanya dia modifikasi menjadi berbahan tepung tapioca dan telur. Usaha papeda yang sukardi miliki, mulai di rintis pada akhir tahun 2018 dengan modal awal kurang lebih Rp.200.000. Pada awal mengelola usahanya,  Sukardi di bantu oleh sang istri untuk menyiapkan bahan-bahan jualannya. Pertama kali Sukardi berjualan hanya pada event-event tertentu saja telebih jika ada pasar malam namun karena di pasar malam terbatas dengan waktu dan hanya ada 3 bulan sekali. Oleh karena itu, Sukardi mulai mencoba berjualan  di sekitar stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta dan berkeliling dari satu sekolah dasar  ke sekolah yang lainnya .

Setelah kurang lebih satu tahun sukardi berjualan di stadion Maguwoharjo dan keliling ke antar sekolah dasar, sukardi terus menekuni usaha papedanya. Hingga awal tahun 2020 yang mana sedang maraknya Covid-19 sukardi tetap berjualan di stadion Maguwoharjo namun tidak lagi berkeliling ke antar sekolah karena dilarang oleh pemerintah.  

" Justru pada saat Covid-19 pendapatkan saya lebih banyak di bandingkan dengan sekarang" Ujar Sukardi (18/06/2024)

Pada saat di Tengah pandemi banyak orang yang berjualan di stadion Maguwoharjo bahkan dari beberapa daerah seperti Solo, Magelang, Klaten mendatangi pasar malam itu. Setiap pada pukul delapan sampai Sembilan malam semua lampu para pedagang di matikan dikarenakan para petugas mengawasi dan mengecek situasi di lokasi tersebut. Setelah petugas pergi, pedagang Kembali menghidupkan lampu dan berjualan selama 24 jam. Pasar malam selalu buka dan ramai pengunjung dan berbagai aneka makanan di jual di pasar malam tersebut.

Saat ini Sukardi tinggal di Kampung Karebet Ngemplak Sleman dan mempunyai 2 cabang dari usaha papedanya. Tempat pertama masih berada sekitar stadion Maguwoharjo tepat berada dekat pintu utara stadion Maguwoharjo yang dulunya hanya numpang di tempat orang tetapi kini sudah memiliki tempat sendiri.

" Dicabang yang pertama saya serahkan kepada pegawai saya untuk mengelolanya dan ada 3 pegawai. Saya hanya memantau dan monitoring saja, jujur disana lebih banyak pembelinya" tutur Sukardi (18/06/2024)

"Jika sebuah usaha sudah memiliki tempat menetap itu salah satu cara agar usaha yang dimiliki punya pelanggan tetap dan juga mempermudah pelanggan untuk mengingat tempat usaha kita" Lanjut Sukardi (18/06/2024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun