Mohon tunggu...
Kirani Sri
Kirani Sri Mohon Tunggu... -

working mom 8 to 5\r\nloving mom every hours

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta Masih Layakkah?

8 Oktober 2010   14:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:36 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat saya menulis ini, saya sedang berada di dalam omprengan (mobil pribadi yang dijadikan angkutan) arah Sudirman - Bekasi. Beberapa minggu belakangan hujan selalu menguyur Ibukota pada saat jam pulang kantor, hujan yang turunpun menurut saya sudah termasuk kategori badai karena angin kencang sekali, hujan sangat deras ditambah petir yang sambar menyambar. Sebagian orang lebih memilih untuk tinggal di kantor sampai hujan reda terutama penggendara motor. Setelah hujan reda, mulai lah perjuangan untuk pulang dimulai. Untuk mencari taksi sudah pasti sulit sekali bahkan sampai taksi rombeng tanpa argopun sudah terisi oleh penumpang. Biskota pun terisi penuh sesak dengan penumpang, walaupun kondektur terus berusaha memasukan penumpang sebanyak mungkin dan terus berteriak kepada penumpang yang didalam untuk bergeser, entah bergeser kemana lagi karena benar-benar sudah tidak ada tempat yang tersisa. Setelah dapat bis, anda sudah seperti sauna gratis karena AC bis tidak terasa sama sekali dan harus berdiri minimal 2jam untuk sampai Bekasi dan akan lebih lama lagi setelah hujan karena jalanan macet lebih parah lagi.
Apabila sedang beruntung seperti saat ini, mendapat mobil omprengan cukup terbantu dibandingkan naik bis minimal mendapat tempat duduk sampai tujuan, walaupun penumpangnya sama sesaknya dengan biskota atau angkot karena supir omprengan biasanya juga memaksimalkan tempat duduk yang ada dalam mobilnya bahkan terkadang overload.
Setelah mendapatkan angkutan masih harus bersabar dengan macetnya Jakarta, untuk kondisi tidak hujan saja pada jam pulang kantor macet apalagi setelah hujan mengguyur Jakarta, sudah dapat dipastikan genangan air dimana-mana, yang menurut Bung Foke genangan air dan banjir beda tapi keduanya sama-sama menimbulkan MACET yang super lama.
Antrian panjang kendaraan yang bergerak berlahan dengan ruas jalan yang sangat terbatas, motor yang berusaha mencari celah diantara mobil dan bis, ditambah angkutan umum yang menaikan dan menurunkan penumpang sesuka hatinya benar-benar membuat keadaan lalu lintas setelah hujan semakin semrawut.
Jarak tempuh jakarta-bekasi kondisi tidak hujan dan tidak ada rombongan pejabat lewat biasanya ditempuh 2jam perjalanan, anda dapat bayangkan apabila hujan dan banyak genangan berapa lama waktu terbuang di jalan dengan percuma. Bersabar menunggu kendaraan bergerak sedikit demi sedikit, walaupun saya tidak mengendari sendiri terasa jenuh sekali dalam kendaraan terlebih untuk mereka yang mengendarai mobil sendiri dapat saya bayangkan capeknya pasti luar biasa. Merasakan kondisi seperti ini setiap hari, membuat saya berpikir masih mampukan saya hidup lebih lama lagi di Jakarta tercinta ini? Masih layakkah Jakarta disebut kota besar dengan fasilitas dan transportasi umum yang serba terbatas dalam hal pelayanan dan armada. Dalam hal ini saya bukan ahli kebijakan yang dapat memberikan saran kepada pemerintah, tetapi hanya seorang pekerja commuter yang masih harus terus berjuang untuk menghadapi macetnya Jakarta yang semakin hari semakin parah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun