Koneksi Antar Materi tugas modul 2.3 Pendidikan guru penggerakÂ
Coaching Dalam Supervisi Akademik
Oleh : Sri Hastuti Ramadhani, S.Pd
CGP Angkatan 7 dari SMA Negeri 4 Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya Prov. kalbar
Berdasarkan  filosofi Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa  guru itu sebagai teladan untuk menuntun kodrat ( kekuatan ) anak dalam pembelajaran sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan akhir dalam hidup yaitu kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat. Guru sebagai agen perubahan di tuntut untuk dapat menuntun anak membentuk karakter agar memiliki budi pekerti yang baik sehingga mereka siap untuk mencapai tujuan akhir dalam hidupnya, mampu bersaing diera globalisasi sekarang ini, untuk itulah filosofi Ki Hajar Dewantara  tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi anak  untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam diri , baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan, untuk mewujudkan ini maka diperlukan sekali bagi seorang guru untuk memiliki kompetensi pembelajaran berdiferensiasi yang berarti guru harus memiliki kemampuan untuk memenuhi apa yang dibutuhkan murid dalam belajar karena murid kita berbeda dan unik dan memiliki kebutuhan yang berbeda beda, selain itu juga  diperlukan kompetensi sosial emosional ( KSE ) dalam pembelajaran sosial emosional ( PSE ) yaitu pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah dengan tujuan untuk memberikan pemahaman, Penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi. Menetapkan dan mencapai tujuan positif. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain.
Untuk menunjang kompetensi sosial emosional ini  seorang guru juga dituntut untuk memiiki keterampilan Coaching yaitu  proses kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana seorang  coach harus dapat  memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee. Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Dengan metode ini, seorang guru dapat mendorong muridnya untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan berpikir kreatif. Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman.
Sebelum mempelajari modul 2.3 tentang Keterampilan coaching dalam supervise akademik  saya berpikir bahwa dalam memberikan pembelajaran kepada murid  semua yang saya lakukan sudah benar, saya melakukan a persepsi , memberi pembelajaran dengan sabar dan bisa mengontrol emosi jika menghadapi murid yang super aktif sehingga dalam pembelajaran saya hanya berkonsentrasi pada pencapaian ketuntasan materi pembelajaran di sekolah sesuai dengan  kurikulum yang ada tanpa memperhatikan masalah masalah yang dialami oleh murid murid saya, serta masalah yang dialami rekan kerja, karena biasanya jika ada murid atau rekan kerja yang bermasalah dan meminta saran, saya langsung memberikan solusi dan saran untuk memecahkan masalah tersebut, tanpa bertanya dan menggali solusi apa yang sudah dilakukan mereka dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.
Setelah mempelajari modul ini saya baru menyadari  bahwa keterampilan coaching  ini sangat diperlukan bagi setiap guru karena keterampilan ini mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid dan rekan kerja. Peran Guru sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara langsung. Guru membantu murid untuk belajar dan bertumbuh. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang pertanyaan, tetapi pertanyaan yang berbobot yaitu pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri dan memotivasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadikan  murid menjadi kuat secara kodrati, dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun murid untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya
Untuk menerapkan keterampilan coaching yang perlu dipahami oleh seorang guru adalah bahwa guru dalam hal ini bertindak sebagai Coach adalah orang yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang luas untuk membantu kliennya dalam memecahkan permasalahan yang dialami klien tsb dalam hal ini murid atau rekan kerja yang kita sebut sebagai coachee dan proses kegiatan menggali dan mengajukan pertanyaan dari coach kepada coachee kita sebut dengan istilah keterampilan coaching, dan selama proses coaching seorang coach lebih banyak dan sering bertanya dengan pertanyaan yang berbobot berupa pertanyaan refleksi yang menggali potensi yang dimiliki coachee dalam memecahkan permasalahan yang dialaminya. Dan dalam proses ini seorang coach tidak perlu memberikan solusi atau saran tetapi lebih menggali potensi yang dimiliki coachee sehingga mereka dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Paradigma Berfikir Coaching yaitu tindakan untuk dapat membantu murid atau rekan kerja  agar dapat  mengembangkan kompetensi diri mereka  sendiri yang meliputi 4 hal yaitu (1) Fokus pada coachee/rekan kerja / murid yang akan dikembangkan, (2) Bersikap terbuka dan ingin tahu, (3) Memiliki kesadaran diri yang kuat, (4) Mampu melihat peluang baru dan masa depan.