Di media sosial berhembus kabar bahwa ada pemain titipan di punggawa Timnas U19 yang sedang berlaga di Piala AFF U19 2022.
Kecurigaan pecinta timnas berasal dari penampilan garuda muda yang tidak memuaskan di laga melawan Vietnam dan Brunei.Â
Saat berlaga melawan tim unggulan Vietnam, walaupun tak sampai kalah, banyak yang menilai bahwa seharusnya timnas bisa menang.Â
Ketika melawan Brunei, tim yang dianggap paling lemah, Marcelino dkk hanya menang 7 gol diantara belasan peluang emas yang dihasilkan. Setelah unggul begitu mudah 6-0 dibabak pertama, anak anak muda itu hanya bisa menambah 1 gol di babak kedua.Â
Suporter timnas kemudian membuat kesimpulan; para pemain cadangan pengganti di babak kedua berbeda kualitasnya dengan tim inti di babak pertama.Â
Hal itu semakin menambah keyakinan dugaan adanya pemain titipan di timnas U19.Â
Agar dugaan tersebut tidak berlarut larut dan mengganggu konsentrasi para pemain yang sedang berlaga, PSSI semestinya mengambil tindakan dengan memberikan klarifikasi. PSSI adalah pihak yang bertanggung jawab dalam melakukan seleksi pemain.Â
Kondisi Shin Tae-yong berbeda dengan Indra Sjafri, pelatih lokal yang bebas memilih pemain hingga ke daerah daerah ketika menyusun timnas U19 di masa Evan Dimas dkk.Â
STy adalah pelatih asing yang tentunya punya waktu dan pengetahuan terbatas dalam memilih anak asuhnya. Pelatih asal Korea itu mungkin tak bisa banyak memantau talenta talenta muda Indonesia. Dia disodori sejumlah pemain untuk dipilih.Â
Penyodoran pemain itulah yang dianggap sebagai pemain titipan karena memang rawan penyusupan pemain yang sebenarnya tidak layak menjadi pemain timnas.Â
Lantas mengapa ada pemain yang dititipkan/disusupkan?Â
Ini beberapa alasannya:
1. Demi Gengsi
Menjadi pemain timnas mendapat gengsi tersendiri. Dari sekian juta talenta muda, hanya sebelas pemain inti yang terpilih membawa nama negara ketika berlaga di level internasional.Â
Pemain maupun orang orang yang berhasil mengorbitkannya tentu mendapat gengsi tersendiri karena dianggap berhasil. Jadi gengsi dinikmati oleh penitip maupun pemainnya.Â
2. PopularitasÂ
Tahun lalu siapa yang mengenal Hokky Caraka? Bahkan ketika selesai berlaga melawan Vietnam pun pemain muda hasil didikan PSS Sleman itupun belum dikenal.Â
Namun setelah berhasil menggelontorkan 4 gol ke gawang Brunei, sekarang siapa pecinta bola yang tidak tahu Hokky? Namanya sempat viral di jagad maya karena prestasinya.Â
Bermain bagus di Timnas, entah sebagai pencetak gol, penjaga gawang, gelandang dsb, jika bermain baik, akan mendapat jaminan kepopuleran.Â
Egy Maulana Fikri, Witan Sulaeman, Nadeo, Pratama Arhan adalah contoh dari pemain timnas yang mendapat kepopuleran tinggi. Apalagi jika mereka mempunyai wajah yang bisa 'dijual' sebagai bintang iklan. Kepopulerannya bisa disandingkan dengan para selebritis nasional. Popularitas lebih dinikmati oleh pemain titipan.Â
3. Uang banyak
Jika sudah populer, uang akan datang dengan sendirinya. Selain bonus yang akan diterima ketika timnya menjadi juara, ada pendapatan lain yang bisa dihasilkan.Â
Menjadi bintang iklan, bintang tamu di TV nasional atau youtuber, endorse produk adalah jalan pesepakbola itu menghasilkan cuan.Â
Banyak uang tak hanya dinikmati  pemain titipan saja, oknum pembawa  tentu juga menikmati sebagai balas jasa atas bantuannya.Â
4. Karier bagus
Ketika berlaga, para pemain timnas selalu dipantau baik oleh tim domestik maupun mancanegara. Makanya begitu selesai sebuah kejuaraan, pemain yang tampil bagus dan sangat menonjol segera mendapat tawaran dari klub domestik bergengsi atau klub luar negeri.Â
Menjadi pemain Timnas adalah jalan mempunyai karier bagus. Sesuatu yang sangat diidam idamkan seorang pesepakbola; karies bagus, terkenal dan kaya raya.Â
Dengan segala keuntungan yang akan didapat saat bermain untuk timnas, pembawa atau pemodal pemain titipan akan berusaha keras untuk masuk di line up tim garuda muda. Segala cara termasuk penyuapan akan dilakukan. Jika usahanya gol dan pemain bisa bersinar di timnas, balik modal akan mudah diusahakan.Â
Kalau dugaaan itu memang benar;
Kasihan pemain titipan yang bisa dibully jika tak punya skill yang bagus dan bermain jelek.Â
Kasihan talenta muda lain yang tak mendapat kesempatan masuk timnas.Â
Kasihan pecinta bola Indonesia yang sekian lama tak melihat tim-nya menjadi juara.Â
Akankah kondisi ini dipertahankan?Â
Salatiga, 060722.134
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H