Editan
Hari ini saya mendapati komentar dari Pak Katedrarajawen perihal artikel 'Kritik Tulisan Saya'.Â
Rasanya hati ini meledak saking gembiranya. Kalau mampu, saya ingin salto lalu berguling guling sambil teriak horee.Â
Masukan Pak Katedrarajawen adalah makanan bergizi bagi saya. Tulisan saya kedepan bisa lebih enak dibaca.Â
Ibaratnya, saya mencoba membuat opor ayam lezat seperti yang istri sering masak. Bumbu tersedia lengkap, bahan segar berkualitas sudah ada di depan mata, tinggal mengolahnya saja.Â
Saya sering melihat istri memasak opor tersebut. Melihat saja belum pernah praktek.Â
Fungsi masing masing bumbu belum banyak yang saya tahu. Seberapa takar yang harus diramu, seberapa kental santan yang dituang dan kapan ayam dimasukkan biar empuk. Praktek masaknya hanya hasil kira kira saja.Â
Ketika opor ayam sudah matang, apakah rasanya sama dengan masakan istri saya?Â
Sebuah mukjizat apabila hasilnya sama. Akan tetapi sebuah kewajaran bila hasilnya keasinan, keenceran dan ke-an yang lain untuk merujuk hasil yang tidak sempurna.Â
Jika saya ingin opor ayam lezat seperti masakan istri, saya harus bertanya kira kira apa yang kurang atau kelebihan. Saya perlu masukan dan kritikan dari istri atau orang lain yang lebih ahli.Â