Senin, 23 Agustus yang lalu, Mas AHY dalam video Youtube CSIS Indonesia mengatakan bahwa anak muda jangan diberi karpet merah.Â
Hal itu kemudian memantik hiruk pikuk di medsos. Banyak yang memuja, tak sedikit yang menghina.Â
Saya tidak hendak ikut ikutan perang karpet merah itu. Saya bersikap netral.Â
Tetapi menurut saya mas AHY itu benar. Dan pasti juga disetujui oleh PAN dan Nasdem.Â
Simbol warna ketiga partai politik itu adalah biru. Kalau pas ada acara partai mestinya yang digelar adalah karpet biru. Masa yang digelar warna merah. Itu simbol warna partai lain. Padahal karpet biru mudah ditemukan. Banyak juga yang menyewakan di acara pesta dan kawinan.Â
Mas AHY juga tidak menyebut karpet hijau. Warna hijau sudah milik partai lain, PPP dan PKB. Partai partai itu belum berkoalisi dengan Demokrat. Belum ada warna yang menjadi simbol bersama.Â
Yang paling banyak digunakan adalah karpet merah. PDIP lah partai yang ketiban berkah. Karpet merah tidak hanya banyak digunakan di dunia nyata, tapi juga digunakan di dunia kata kata, contohnya ya karpet merah itu.Â
Sedang yang agak susah warna karpetnya adalah GOLKAR dan PKS. Golkar identik dengan warna kuning. Dulu warna yang dipilih PKS adalah putih tapi sekarang karena sudah ganti logo dengan dominan warna oren, saya belum tahu warna yang dipakai PKS.Â
Mau putih, kuning atau oren kalau ada acara partai, karpet nya gampang kotor diinjak injak banyak orang. Apalagi pas musim hujan, kalau kena air dan lumpur pasti nyucinya susah. Padahal karpet warna warna tersebut sulit dicari yang panjang atau gulungan. Adanya satuan, harga nya sekitar 60 ribuan. Ukurannya cuma 150 cm x 200 cm. Bisa nego kalau beli banyak. Kalau tidak percaya, silahkan di cek di toko online.Â
Sementara karpet warna biru, hijau dan merah banyak dijual di toko toko. Harganya pun hanya 25 ribuan per meter, belum termasuk diskon kalau kita pinter nawar.Â
Jadi, memang benar kalau Mas AHY minta jangan diberi karpet merah. Nanti Demokrat yang punya acara, partai lain yang dapat berkah.Â
