Saya kira hal diatas cukup mewakili perasaan WNI pemerhati politik dengan kondisi politik saat ini.Â
Para pengamat politik sudah meramalkan jauh jauh hari;tanpa oposan yang berkualitas, istana akan melenggang bebas dengan kebijakannya. Hilangnya Rizieq Sihab dari percaturan politik Indonesia juga menyebabkan politik Indonesia menjadi landai.Â
Rizieq adalah figur kontroversial yang dibenci tapi juga dirindukan. Tingkah laku dan perkataannya dinanti para jurnalis dan pengamat untuk 'digoreng'menjadi santapan berita politik yang 'renyah dan gurih'. Rizieq adalah salah satu media darling Indonesia.Â
Nah, isu dan figur yang tidak nampol inilah yang menyebabkan berita politik, termasuk artikel di K, kurang dinikmati. Isu dan figur itu saya ibaratkan hanya gelombang kecil pantai Laut Jawa. Sesekali mungkin naik menjadi gelombang pantai selatan. Tapi cukup hanya sebesar itu saja.Â
Bandingkan jika tiba tiba ada berita " Jokowi Ditangkap KPK"
Berita ini kemudian saya sebut Tsunami Politik.Â
(Itu hanya contoh lho ya.. Jangan dipotong, dijadikan judul berita kemudian dilempar ke medsos, nanti saya ditangkap polisi karena menulis hoak)Â
DHUARRR..Â
Apa tidak akan geger itu jagad perpolitikan Indonesia. Pasti Jurnalis akan beramai ramai cari informasinya. TV nasional akan menayangkan proses penangkapan dan drama dramanya. Bisa sampai berhari hari tayangannya diulang dan diulang terus, sampai iklan saja kalah jumlah penayangannya.Â
Ramai ramai para pengamat politik memberikan analisanya. Diulik dari berbagai sisi sehabis habisnya. Dari Jokowi, anak cucunya, sampai para tetangganya.Â
Lalu para penulis kanal politik K pun tidak mau ketinggalan. Kulik sana sini, colek sana sini, cari cari info dari orang dalam. Seaktual mungkin, seakurat akuratnya dan semenarik menariknya. Bisa tidak tidur 3 hari 3 malam hanya untuk cari berita dn nulis hasilnya.Â