Saya sedang bingung dan ragu. Kalau menulis artikel, siapa Kompasioner Suhu yang akan menjadi panutan saya. Saya sebut Kompasioner Suhu karena artikel artikel mereka benar benar luar biasa. Ide, gaya tulisan, isi, literasi, kemampuan dan kemauan riset serta isu terkini, terangkum menjadi tulisan yang bisa saya nikmati
Sudah 2 tahun saya jadi silent reader di Kompasiana, ribuan artikel sudah terbaca. Artikel jenis apa saja, humor, film, politik, olahraga, fiksi, sosbud, puisi sampai resep pun saya baca. Selain karena bagus bagus dan pingin tahu, sebenarnya juga karena banyak waktu luang. Maklum, saya seorang driver ojol, sekarang ini lagi sepi orderan, lebih banyak nunggu daripada nariknya. Kalau orang capek karena kerja, saya capek karena nunggu orderan. Nah, daripada terkantuk kantuk, mending baca baca.Â
Awal awal, saya suka artikelnya Robbi Gandamana, yang suka misuhi (ngomeli) orang yang suka misuh misuh. Artikelnya serius tapi penuh humor dan banyak instropeksinya. Mungkin karena pernah bekerja di Surabaya, saya cocok dengan gaya bahasanya.Â
Saya juga suka membaca artikel politik Mas Susy, Mas Feri, Mas Esdi dan penulis artikel politik lainya. Sangat informatif, membantu saya memahami kondisi politik tanah air terkini.Â
Kalau pingin jalan jalan keliling dunia, tinggal cari artikel Om Toni Syariel. Sementara kalau mau tahu makanan, budaya dan kondisi negeri orang, mbak Henny Triana, Mbak Yana dan kawan kawan bisa menjadi rujukan.Â
Kesukaan saya akan olahraga juga tercukupi dengan artikel artikel terkini oleh para kompasioner artikel olahraga. Om Rudi, Pak Hadi Santoso, Pak Supartono dan masih banyak lagi. Ulasan ulasan mereka membuat saya mendapat informasi olah raga yang saya butuhkan. Dari hasil pertandingan, aturan- aturan, profil pemain, sejarah sampai strategi pertandingan. Lengkap penuh gizi, Empat Sehat Lima Sempurna.Â
Opa Cip dan Oma Rose adalah panutan, kisahnya bak cerita yang terus mengalir menginspirasi kehidupan. Â Ada pula mbak Syarifah Lestari, Pak Kholil Rohman, Mbak Nita Kris Nur, Mas Ozy, Mas Guido dan David Abdulah, Pak Katedra, Langit Muda dll. Mereka memperkaya saya dengan tulisan yang informatif, mencerahkan dan mengilhami. Seringkali dengan membaca artikel mereka saya tersenyum senyum sendiri, terharu sampai menitikan airmata, terkadang malah tertawa terbahak bahak. Ekspresi, bahwa saya menikmati tulisan mereka. Spesial untuk Pak Kholil Rohman, betapa senangnya saya kalau punya guru seperti Bapak yang kreatif, humoris dan kritis. Mudah mudahan tidak beda dengan cara mengajar murid muridnya.Â
Tentu saja tidak hanya para penulis diatas yang bisa membuat saya betah di Kompasiana, banyak penulis lain yang artikelnya bagus bagus, cuma sayangnya saya sering lupa namanya. Saking banyaknya artikel, penulis dan pelupanya saya karena faktor usia. Mohon maaf yang sebesar besarnya.Â
Tapi, artikel di Kompasiana tidak hanya membuat nikmat dan bahagia, sering juga saya membuat tegang.
Yang Pertama adalah tulisan Daeng Khrisna Pabicara.  Membaca tulisannya kala 'memarahi' Kner,s yang tidak mengindahkan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar membuat saya ngeri untuk menulis. Jangan jangan tulisan saya juga kena semprit. Maklum saja, ketika sekolah nilai Bahasa Indonesia saya pas pasan, tidak lebih dari 7. Kalau sesekali dapat 8, itu mungkin karena saya membawakan tas gurunya, mungkin juga pas gurunya bahagia karena tembus togel 4 angka.  Daeng Khrisna adalah penulis hebat, baik serius maupun humor, tulisannya tetap sesuai kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Betul betul penjaga marwah Bahasa Indonesia. Hormat untuk Daeng.Â
Tegang-tegang yang kedua pasti sudah bisa ditebak. Siapa lagi kalau bukan Daeng Rudi. Pakar Kamasutra ini selalu membuat saya tegang ketika membaca lalu ingin terus membaca. Tulisannya menghangatkan ruang diskusi keluarga. Tentu saja dengan istri saya. Heu heu heu..Â