Diiring gerimis syahdu, sendu namun bermadu
Sendiri disini membisu, satu rasa menyelisip pilu
Mengintip malu, bertanya ragu
Padamu yang sejak lama menjerat hati hingga tertawan
Tahukah bahwa sekedar isyarat yang kau hadirkan
Slalu jadi lamun yang melenakan
Lalu jadi pedaya nan menyesatkan
Kau terang surya saat ku tersesat digurun sahara
Kasihmu hadirkan asa sekaligus siksa dinaungi cahaya
Cintamu menjelma goda fatamorgana
Makin terik menempa semakin merupa selaksa mata air peluruh lelah dahaga
Kau samudera dimana ku tenggelam dilena layar asmara tak berhaluan
Cintamu serupa sajian air laut bagi musafir yang kehausan
Berlimpah namun tak tertelan
Makin direguk semakin haus terasa menyakiti tenggorokan
Malangnya,
Untukmu ku ikhlas nikmati perih kasih goresan sembilu rindu
Entah hingga esok menjadi candu atau malah terabai jemu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H