Mohon tunggu...
Sri Hartati
Sri Hartati Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and Researcher

Poetry Lovers and other Beautiful Words

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Merindu Awan

17 Desember 2022   09:13 Diperbarui: 17 Desember 2022   09:29 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai langit, aku ini sang hujan yang malang
Cerahmu nan biru merona tak pernah mengerti
Betapa derita hujan rindukan awan di penghujung kemarau,
Pun rasakan dilema sang awan tak inginkan menghitam
Jadikan alam berubah kelam

Lihat...
Awan bungkam dalam diam
Aku merana dalam geming yang acuh
Lalu memisah diri saling menjauh
Walau rasa itu tetap utuh tak tersentuh
Aku luruh dalam jenuh, sendiri aku rapuh
Semua seperti mengkhianati

Bahkan lembut semilir angin
Ketika dalam sunyi dia berbisik
Terasa sepoinya begitu berisik
Mengganggu damaiku hingga tercabik,
Kewarasanku terusik
Menjadi rengek manja kehampaan

Bahkan hiruk pikuknya kota
Pekiknya yang terik
Seakan gegap gelak ejek prasangka
Tingkahi perih rindu asa bersua
Lalu rasa sepi menjelmakan dia di tiap sudutnya
Hingga aku beku, kaku
Kuyu dalam rayu
jajaki jejak jengkal setiap kenangannya

Aku sadarkan kerinduanku untuk bersahaja saja
Usah menuntut perjumpaan
Pula merintih tak berkesudahan
Betapapun pedihnya,
Selayak tegarnya mawar mekar
Biarkan kelopak duri menusuk mengobati perih itu sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun