Umumnya, seorang anak dibesarkan oleh orang tuanya. Diasuh dan diajarkan menuruti serangkaian aturan. Pada keluarga yang menjunjung tinggi demokrasi, setelah anak mulai bisa diajak berdiskusi, aturan dibuat dan disepakati bersama. Namun, ada pula keluarga yang semua aturannya dibuat oleh orang tua. Saya sepakat semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Kata "yang terbaik" ini dapat ditafsirkan sendiri oleh setiap orang. Tak jarang semua yang terbaik itu berdasarkan versi orang tua.
Dari hari ke hari, seorang anak menemui banyak orang dengan pemikiran berbeda. Pandangan baru baik pembaruan ditemukan dari berbagai kejadian dan argumen setiap orang pada obrolan yang terjalin. Berbagai pandangan mengubah pemikiran sebelumnya dan atau membentuk pemikiran baru. Pemikiran tentang besar - kecil, jauh - dekat, berat - ringan, benar - salah, dan lainnya bermunculan, berkembang, menguat, dan melemah.
Perlahan sebagian dari pemikiran-pemikiran anak akan menjadi keyakinannya sendiri, termasuk mengenai mana yang baik dan yang kurang baik. Diantara hal-hal baik akan terpilih hal yang terbaik. Lalu, bagaimana "yang terbaik" menurut anak? Bagaimana jika "yang terbaik" menurut anak berbeda dengan menurut orang tua?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H