c. Lingkungan Sekolah
Sekolah bukan hanya tempat belajar akademis tetapi juga menjadi arena penting untuk perkembangan sosial-emosional. Guru yang mendukung dan lingkungan sekolah yang inklusif membantu anak mengembangkan rasa percaya diri, kemampuan mengelola emosi, dan keterampilan sosial. Program pendidikan karakter dan pembelajaran sosial-emosional (Social-Emotional Learning/SEL) di sekolah juga memainkan peran penting dalam membentuk keterampilan ini.
d. Kondisi Ekonomi dan Sosial
Lingkungan ekonomi dan sosial juga berdampak besar. Anak yang tumbuh dalam lingkungan ekonomi rendah mungkin menghadapi tekanan emosional lebih besar akibat kurangnya akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, atau dukungan keluarga yang stabil. Sebaliknya, lingkungan yang aman secara finansial memberikan peluang lebih besar untuk perkembangan sosial-emosional yang optimal.
2. Peran Budaya dalam Perkembangan Sosial-Emosional
   Budaya adalah sistem nilai, norma, dan kebiasaan yang memengaruhi cara individu memahami emosi, membangun hubungan sosial, dan menjalani kehidupan. Berikut adalah bagaimana budaya memengaruhi perkembangan sosial-emosional:
a. Nilai-Nilai Budaya tentang Emosi
Budaya memengaruhi cara individu mengungkapkan dan mengelola emosi.
Budaya individualistis (seperti Amerika Serikat dan sebagian Eropa) cenderung mendorong ekspresi emosi yang bebas dan penekanan pada pencapaian pribadi. Anak-anak dalam budaya ini sering diajarkan untuk mengekspresikan perasaan mereka secara langsung.
Budaya kolektivis (seperti Asia dan Afrika) lebih menekankan harmoni kelompok dan pengendalian diri. Dalam budaya ini, anak-anak diajarkan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan kelompok dan sering kali menekan emosi untuk menjaga hubungan sosial.
b. Norma Sosial dalam Interaksi