Mohon tunggu...
Sri Handoko Sakti
Sri Handoko Sakti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

HOBY MUSIC, MEMBACA , HIKING

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mata Lalat dan Mata Lebah dalam perspektif Politik dan Sosial

27 Januari 2025   10:16 Diperbarui: 27 Januari 2025   10:16 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://bugguide.net/node/view/17716

Pernah nggak sih, kamu lagi ngeliat sesuatu, terus ada orang yang fokus banget sama hal-hal negatif? Misalnya, temen kamu baru selesai masak, terus dia ngomong, "Aduh, kenapa sih warnanya agak gelap dikit? Ini kayaknya gosong deh..." Padahal, sebenernya masakannya udah enak banget. Nah, itulah yang namanya "mata lalat." Lalat itu kan nggak pernah fokus sama bunga yang indah atau pohon rindang. Dia cuma tertarik sama kotoran atau sampah yang ada di sekitar.

Di sisi lain, ada juga si mata lebah. Si lebah ini kalau terbang, dia nggak akan terbang ke tempat sampah. Fokusnya adalah mencari bunga yang penuh dengan nektar. Nggak peduli ada sampah atau kotoran di sekitar, dia bakal tetap memilih yang manis-manis, yang baik-baik.

Bayangin deh, dalam dunia politik, kalau ada seorang pemimpin yang hanya sibuk ngomentarin keburukan-keburukan di sekitarnya, dia udah kayak mata lalat. Tapi kalau ada pemimpin yang terus berusaha melihat potensi baik dan mencari solusi, dia lebih mirip mata lebah.

Nah, kamu lebih suka jadi mata lalat atau mata lebah di dunia politik? Kalau pilihannya adalah jadi seseorang yang selalu fokus pada masalah dan kesalahan, atau jadi seseorang yang melihat peluang dan solusi, pilihanmu bakal menggambarkan seberapa jauh kamu paham soal dinamika politik dan sosial.

Tujuan tulisan ini, sih, nggak cuma buat seru-seruan aja, tapi kita bakal ngebahas makna dari kedua perspektif ini, terutama dalam dunia politik dan sosial kemasyarakatan. Jadi, siap-siap ya, kita bakal ngegali dalam banget, kenapa sih, ada orang yang kayak mata lalat yang cuma ngeliat yang jelek-jelek, dan ada yang kayak mata lebah yang selalu berusaha mencari kebaikan di tengah kekacauan.

Kita sering dengar istilah "mata lalat", bukan? Bayangkan saja seekor lalat yang terus terbang kesana-kemari, fokus hanya pada hal-hal kecil dan mengganggu. Nah, kalau dalam dunia politik atau sosial, mata lalat ini bisa diibaratkan sebagai orang yang lebih senang melihat segala sesuatu dengan kacamata negatif. Gak jarang, orang-orang dengan "mata lalat" ini selalu fokus pada kesalahan kecil, kelemahan, atau kekurangan orang lain, bahkan hal yang tidak penting pun jadi bahan omongan.

Ciri-ciri Mata Lalat:

  • Selalu terfokus pada hal-hal yang salah, kekurangan, dan kelemahan: Coba deh, bayangkan ada orang yang sudah sukses banget, tapi yang dia soroti justru "Ah, kenapa ya dia pakai sepatu kayak gitu, gak enak dilihat." Atau "Lihat deh, cara dia ngomong di debat nggak bener, kayaknya nggak paham apa-apa." Bukannya fokus pada hal positif, mata lalat malah cari-cari kesalahan, meskipun itu nggak seberapa.
  • Cenderung berlebihan dalam mengkritik dan menilai orang lain: Orang seperti ini suka banget mengkritik, padahal kritiknya bisa jadi kelewat jauh. Misalnya, waktu debat politik, ada yang mengkritik cara lawan politiknya memegang mic, padahal itu cuma soal gaya aja. "Eh, liat tuh, pegangan mic-nya kayak orang nggak profesional, bisa-bisanya gitu?" Padahal ya, buat orang lain, itu nggak ada bedanya.
  • "Suka" mencari masalah meski terkadang masalah itu tidak sebesar yang dibayangkan: Kalau kamu pernah ketemu orang yang setiap ada masalah sedikit aja langsung meletus kayak bom, itulah mata lalat. Biasanya dia akan memperbesar hal kecil jadi masalah besar. Misalnya, ada yang lewat dengan masker sedikit melorot, langsung saja dicap "ini kenapa sih, nggak paham aturan, nggak ikut protokol!"

Beberapa contoh anekdot berkaitan dengan hal ini dalam kehidupan politil dan sosial :

  • Bayangkan ada seorang politisi yang lagi debat, seharusnya bicara tentang isu penting---ekonomi, pendidikan, atau kesehatan. Tapi ada satu politisi yang malah sibuk mengkritik cara pegangan mic lawannya. "Aduh, liat tuh cara dia pegang mic, kayak nggak serius!" Padahal, ya, itu mic, bukan masalah negara. Tapi bagi mata lalat, semuanya bisa jadi bahan kritik.
  • Ada juga tipe warga yang selalu bilang, "Pemerintah kok begini sih, segala sesuatunya serba salah! Lihat deh, jalanan rusak, nggak pernah ada perbaikan!" Padahal, dia sendiri belum pernah ikut gotong-royong atau turun tangan memperbaiki jalan yang rusak itu. Suka banget menilai orang, tapi pas disuruh beraksi, hilang tanpa jejak. Cuma bisa ngomel, tapi nggak ada solusi.

Makna dalam Politik dan Sosial:

  • Mengkritik itu perlu, tapi jangan cuma fokus kekurangan: Mengkritik itu penting, ya. Tapi kalau semua yang kita lihat adalah yang salah-salah doang, kapan kita bisa memperbaiki keadaan? Misalnya, dalam politik, banyak orang yang sibuk menyoroti kesalahan kecil pihak lawan, sementara mereka sendiri tidak memberikan kontribusi apa-apa. Pada akhirnya, masyarakat jadi capek dengan kritik tanpa solusi, dan politisi pun cuma jadi orang yang sibuk nyari-cari kelemahan tanpa memperbaiki apa-apa.
  • Mata lalat dalam politik: Dalam dunia politik, ada banyak mata lalat yang lebih suka mencari kesalahan kecil ketimbang mendalami masalah besar yang perlu perhatian. Mereka sibuk menyoroti satu kesalahan teknis, padahal masalah sebenarnya lebih besar, misalnya soal pendidikan yang tidak merata atau pengangguran yang tinggi. Tapi, toh yang dibahas cuma "Eh, kenapa sih cara dia ngomong di depan kamera kayak gitu?" Kritik kayak gini cuma bikin suasana jadi panas tanpa ada kemajuan.

Jadi, seperti mata lalat, kita memang perlu waspada terhadap kekurangan di sekitar kita. Tapi jangan sampai cuma fokus ke hal-hal kecil yang nggak berdampak besar. Kalau cuma gitu-gitu aja, kita nggak akan bisa membuat perubahan yang berarti. Di dunia politik dan sosial, lebih baik kita jadi "mata lebah" yang cari yang manis, bukan terus-terusan terjebak dalam hal-hal negatif yang nggak produktif!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun