Mohon tunggu...
Sri Fatmawati
Sri Fatmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia dan Cerpenis

Sri memiliki hobi menulis dan mendengar musik setiap hari, tertarik akan banyak hal dimulai dari psikologi remaja, musik, perawatan diri seperti skincare, self care, dan lain sebagai nya. Sri mulai berkecimpung di dunia pendidikan dan sangat tertarik dengan dunia pendidikan serta budaya masyrakat yang ada di sekitarnya. Sri sedikit memiliki ketertarikan terhadap topik sosial dan hukum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Akhir Perang

13 Mei 2024   21:10 Diperbarui: 13 Mei 2024   21:16 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mana aku tau kalau kisah percintaanku kali ini merupakan hubungan paling sehat dari sebelum-sebelumnya. Mana aku tahu ternyata ada laki-laki yang ketika aku marah tidak memarahi balik, mampu membujuk tanpa lelah, dan tidak didiamkan saja. Mana aku tahu lelakiku kali ini bisa masuk sebagai karakter yang ternyata paling aku butuhkan dalam hidupku. Persetan dengan paras, persetan dengan kekayaan, semua hanya semu tetapi tidak dengan karakter.

Aku dan segala kertas yang berserakan di lantai, semilir angin dari jendela, serta langit biru menaungiku di atas sana. Tak pernah habis pikir bagaimana aku akhirnya bisa berdampingan dengannya. Merayu Tuhan agar bersatu sampai ke sisi-Nya, menemaniku di sisa hidup sampai bertemu di surga-Nya. Sungguh Tuhan, bagaimana aku harus mengucapkan terima kasih kepadaMu? Tiada lagi ucap selain ungkap syukurku pada-Mu, Tuhan.

Sebentar, sebelum aku lanjut pujian-pujianku pada Tuhan, aku akan balik ke tahun lalu agar aku bisa ceritakan padamu seutuhnya tentang pertemuanku dengan manusia satu ini.

Baca juga: Sembuh dari Luka

Hari itu, di salah satu hari setelah Lebaran 'idul Fitri aku banyak menghela nafas, lagu Somebody's Pleasure nya Aziz Hendra terus mengalun membawa senandung pilu membiru di hati. Sepulangnya aku setelah seharian bersama teman baikku, aku banyak berpikir tentang angan yang tak pasti. Ternyata temanku merasakan hal yang sama, ah sialnya, lagu ini juga demikian. Hubungan yang entah apa ini namanya, aku terjebak (lagi) di dalamnya. Apakah aku hanya bentuk kesenangan saja baginya? Apa artinya cinta yang tulus itu? Ataukah disini harus aku yang berjuang sekeras-kerasnya agar semuanya dapat digapai? Aku terus bertanya-tanya akan hal itu tapi tak kunjung dapat jawaban.

Setelah sebelumnya di penghujung 2022 aku mendapat angin segar, aku dicintai dengan baik, aku diperlakukan dengan baik, tapi ternyata takdir dan tragedi menertawakanku di belakang panggung. Kata mereka aku belum pantas dan tidak pantas mendapatkan cinta dari orang-orang yang membersamaiku di waktu-waktu itu. Sudah cukup aku merasa banyak tangis berurai di tahun itu. Sudah cukup rasanya aku memikul banyak rasa kecewa, mengecewakan, dan dikecewakan. Tapi belum cukup juga semua rasa sakit itu sampai awal 2023 lalu.

Benar, salahku juga mengabaikan banyak orang demi mengemis satu cinta, entahlah, aku membersamai orang yang salah atau mencintai orang salah. Padahal, di luaran sana masih banyak laki-laki yang lebih baik dari mereka semua, yang mampu memenuhi dan mengimbangi egoku yang setinggi gunung. Mampu mengimbangi dengan kesabaran seluas samudera dengan segala keresahan dan sumpah serapahku ketika naik pitam.

"Apa yang akan kulakukan kini?" tanyaku pada langit-langit kamar.

Langit-langit kamar tak bergeming.

"Apa arti dari cinta yang tulus? Kenapa yang aku dapatkan sampai saat ini hanyalah keinginan mereka yang bahkan aku sendiri tak mau melakukannya? Yang aku lakukan sampai hari ini hanya kekosongan dan hampa." Ujarku pada angin semilir, mataku terasa agak pedih dan panas, rupanya air mata jatuh mengairi segala yang melewatinya begitu pun dengan lagu itu selesai berganti dengan lagu lainnya.

Terkadang, saat semua kesedihan itu berlalu begitu saja, aku berkenalan dengan banyak laki-laki dan menjadikannya teman tentu saja, sebagai pengisi kesepian. Di salah satu kegiatan itu, aku menemukan akun media sosial seseorang yang ku kenal di tempat kerja. Yah, aku hanya mengenalnya sebagai si A yang bekerja di sebelah gedung sekolahku, orang itu, aku menyebutnya sebagai pendiam, si tanpa basa-basi dan hanya fokus bekerja. Aku pernah melihatnya beberapa kali ketika upacara hari senin, dan ketika ia pernah sekali duduk di kantor tempatku bekerja, itu pun hanya menumpang duduk untuk pekerjaannya ketika sedang seminar daring karena di sekolahnya sedang gaduh karena ada acara. Anehnya, saat itu aku berlagak centil, cari perhatian agar diperhatikan, tetapi nyatanya tidak digubris sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun