Yogyakarta di juluki sebagai kota pelajar, saking banyaknya pusat-pusat pendidikan yang berdiri sehingga banyak pelajar dari penjuru Indonesia yang ingin menimba ilmu di kota tersebut. Selain di juluki sebagai kota pelajar, Yogyakarta juga di juluki sebagai tempat Pariwisata, di mana banyak tempat wisata yang tak kalah menarik dari kota lainnya.
Dari banyaknya tempat wisata yang ada di Yogyakarta, saya mengunjungi beberapa tempat wisata yakni Arum Jeram, Borobudur, Lava Tour, Museum Mini Sisa Hartaku dan yang terakhir Malioboro. Tentunya saya tidak sendiri, melainkan bersama teman-teman dan juga bersama guru-guru kami.
Namun, tulisan ini hanya akan menceritakan mengenai Museum Mini Sisa Hartaku. Museum Mini Sisa Hartaku terletak di Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi museum ini terletak di daerah pegunungan yang indah, memberikan pengalaman yang unik bagi kita sebagai pengunjung. Meskipun aksesibilitas mungkin sedikit sulit, namun perjalanan menuju museum ini akan sebanding dengan pengalaman yang akan didapatkan. Kita dapat menikmati keindahan alam sekitar dan menghirup udara segar saat menuju museum.
Bagaimana Museum ini dibuat? Menurut informasi yang saya dengar di sana, Museum Mini Sisa Hartaku merupakan rumah milik Watinem dan keluarganya yang juga terkena erupsi Gunung Merapi. Setahun pasca erupsi, Sriyanto yang merupakan anak dari Watinem mencoba mengumpulkan sisa-sisa harta mereka yang rusak dan kemudian diletakkan di dinding rumah. Hal ini bertujuan sebagai pengingat bagi anak cucu mereka akan kedahsyatan erupsi Gunung Merapi. Dan pada akhirnya, terciptalah Museum Mini Sisa Hartaku. Setelah mendengar penjelasan tersebut, saya dan teman-teman saya mulai mengelilingi museum ini. Museum ini bukanlah museum yang besar seperti kebanyakan museum lainnya. Museum ini memang berukuran kecil, untuk mengelilinginya kita hanya butuh kurang lebih 30 Menit.
ketika saya dan teman - teman mulai mengelilingi museum tersebut  kita menemukan barang-barang seperti menemukan rangka hewan ternak, rangka motor, rangka sepeda, radio dan TV yang meleleh, peralatan makan dan dapur yang rusak dan juga meleleh, gamelan, dan tentunya foto-foto saat erupsi dan lahar dingin menerjang desa ini. Setelah kita melihat barang-barang tersebut  kita akan merasakan betapa mengerikannya erupsi menerjang desa ini.
Kita juga bisa merasakan betapa beratnya perjuangan mereka di kala itu. Berjuang untuk tetap hidup, berjuang untuk mempertahankan harta benda mereka, dan yang terberat adalah berjuang untuk menjadi ikhlas menerima kenyataan bahwa mereka harus kehilangan anggota keluarga, tetangga, dan juga harta benda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI