Selamat Jalan Bapak sekaligus guruku.
Namanya Pak Saifudin, tetapi para orang tua yang usianya sebaya dengan beliau memanggilnya dengan pak Suparkun. Entah sejak kapan beliau berganti nama, saya tidak tahu.
Bapak Saifudin, adalah ayah kandung saya. Beliau terlahir dari sebuah keluarga sederhana. Nama ayah beliau adalah Mbah Soerontono dan nama ibu beliau adalah Mbah Sarimah.
Bapak Saifudin lahir pada tanggal 31 Desember 1936. Meskipun termasuk generasi lama, tetapi beliau sudah mengenyam pendidikan yang cukup tinggi pada masanya yaitu PGA (Pendidikan Guru Agama) 6 tahun atau setara SMA pada saat ini.
Beliau adalah seorang guru PNS Kementerian Agama atau Depag dengan tugas terakhir sebelum purna mengajar di MI setelah sebelumnya menjadi DPK di SD.
Bukan hal yang mudah tentunya menjadi seorang PNS pada masa itu dengan memiliki tanggungan 3 anak, dan ketiganya semua mengenyam pendidikan sampai sarjana. Hal itu tentu dibarengi dengan mencari penghasilan tambahan lain yang halal serta tidak mengikat. Karena kami tinggal di desa, maka bertani menjadi side job (pekerjaan sampingan selain menjadi guru) yang diambil beliau.
Masih teringat dengan jelas saat itu, saat kami, putra putri beliau masih usia anak-anak dan remaja. Setiap pagi, sebelum beliau pergi berdinas dan sebelum kami berangkat sekolah, beliau sudah memasang beberapa ondo (tangga yang terbuat dari bambu) di beberapa pohon cengkeh, dengan tujuan, nanti setelah pulang sekolah, kami bisa langsung bekerja memanen cengkeh yang ada disekitar rumah. Dan pada malam harinya, kami juga bersama-sama pithil (memisahkan cengkeh dengan tangkainya) untuk bisa dijemur esuk harinya.