KKN UNEJ BTV III KELOMPOK 30:Â
Univeristas Jember (unej.ac.id) menerapkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) secara Bact to Village (BTV) yang telah memasuki periode ke-3 yaitu KKN BTV III. Adanya pandemic pandemi Universitas Jember menerapkan KKN BTV III bertujuan agar mahasiswa dapat membantu masyarakat sekitarnya dalam mengatasi permasalahan ditengah pandemic. Sehingga dengan ini saya melakukan kegiatan KKN Back to Village III atau KKN pulang Kampung III di Desa Sukosari, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember. Topik yang saya ambil yaitu Program penanganan Stunting dan AKI AKB.
Stunting adalah gangguan pada perkembangan dan pertumbuhan pada anak yang dapat disebabkan oleh kurangnya gizi. Terjadinya stunting pada anak dapat dipengaruhi kondisi lingkungan keluarga terutama pada ibu. Gizi ibu saat sebelum kehamilan dan pasca melahirkan dapat berpengaruh pada gizi anak. Pemerintah setempat telah melakukan upaya dalam mencegah maupun menangani permasalah tersebut. Peran posyandu dan bidan desa menjadi pemantau pada ibu hamil maupun pada ibu pasca hamil dengan bayi. Adanya posyandu dapat menjadi deteksi dini adanya gangguan perkembangan maupun pertumbuhan  pada anak, karena posyandu menjadi sarana dalam melakukan kegiatan rutin pengkukuran, penimbangan, pemberian vitamin dan pemantauan gizi pada anak.
Pada bulan Agustus dilakukan pemberian vitamin A pada anak. Setelah mengikuti kegiatan dari beberapa posyandu yang dilakukan di Desa Sukosari ditemukan beberapa permsalahan seperti kurang aktifnya ibu dalam mengikuti posyandu khususnya Posyandu Kamboja 59, kurangnya pengetahuan ibu mengenai stunting, penyebab dan cara pencegahan serta susahnya menangani anak yang suka memilih makanan dan jarang mengkonsumsi sayur dan buah.
Kegiatan awal yang dilakukan berdiskusi dengan kepala desa, bidan desa dan kader serta RDS (Rumad Desa Sehat) mengenai kondisi dan situasi kegiatan kesehatan seperti posyandu. Kemudian menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan selama membantu dalam mensosialisasikan pentingnya mengikuti posyandu dan pencegahan serta penanganan stunting. Kemudian membantu beberapa posyandu dalam melakukan kegiatan penimbangan, pengukuran dan pemberian vitamin pada anak wajib posyandu.Â
Sosialisasi yang akan dilakukan menggunakan media power poin untuk dapat mudah dimengerti oleh masyarakat dengan beberapa kegiatan yaitu sosialisasi pentingnya mengikuti posyandu, sosialisasi pencegahan dan penanganan stunting dan sosialisasi makanan penambah gizi pada anak serta membagi cara menginovasikan buah dan sayur disekitar tempat tinggal menjadi makanan pendamping anak yang sehat secara mudah dan murah.Â
Adanya sosialisasi ini diharapkan pada ibu dapat lebih mengetahui pentingnya pencegahan stunting pada anak sehingga para ibu aktif mengikuti posyandu untuk dapat mengetahui perkembangan anak. Selain itu inovasi sayur dan buah dapat membantu ibu dalam menginovasi buah dan sayur untuk dikonsumsi anak.
Inovasi buah dan sayur yang akan disosialisasikan yaitu buah papaya dan daun kelor. Buah papaya kaya akan vitamin A, B, C, E dan K, serat, kalsium, potassium, folat dan magnesium, selain itu buah papaya yang mudah didapatkan disekitar. Tetapi buah papaya umumnya hanya dikonsumsi secara langsung sehingga dengan ini, buah papaya dapat diinovasikan menjadi pudding dengan dikombinasikan menjadi pudding susu papaya. Permasalahan susu formula yang sering kali para ibu-ibu alami yaitu kurangnya minat dan suka anak ketika meminum susu tersebut, sehingga adanya inovasi ini dapat memnfaatkan susu tersebut menjadi pudding bersama buah papaya. Selain itu daun kelor yang juga kayak akan kandunganvitamin C, B dan A, fosfor, kalsium, kalium, serta, selenium, folat,zinc, protein, karbohidrat, zat besi dan magnesium dan manfaat untuk kesehatan anak juga dipilih untuk dapat inovasikan menjadi pudding pula. Selama ini telah banyak daerah-daerah yang menerapkan olahan daun kelor sebagai makanan pencegah stunting. Olahan pudding daun kelor menjadi alternative ibu jika anak sulit mengkonsumsi sayur. Adanya sosialisasi diharapkan para ibu mengetahui cara mencegah stunting pada anak dan mengatasi anak sulit konsumsi buah dan sayur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H