Mohon tunggu...
Sri DewiCinta
Sri DewiCinta Mohon Tunggu... Perawat - saya adalah mahasiswa dari politeknik harapan bersama

saya adalah pribadi yang fokus dan berkomitmen dengan pendirian saya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Persaingan Globalisasi Di Era Gen Z

30 Desember 2024   11:55 Diperbarui: 30 Desember 2024   11:55 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/2PdzDADVr

 

Generasi muda di era sekarang, yang lazim dikenal sebagai Generasi Z atau Gen-Z, adalah generasi yang sejak lahir telah berinteraksi dengan kemajuan teknologi, Gen-Z merupakan generasi yang pengasuhannya banyak terbantu oleh teknologi dan internet. Terlahir antara tahun 1995 hingga 2012, generasi ini tidak pernah merasakan kehidupan tanpa keberadaan teknologi. Karakter utama mereka adalah menyukai segala sesuatu yang instan dan sangat bergantung pada internet serta perangkat teknologi lainnya. Oleh karena itu, pendekatan berbasis teknologi dan promosi melalui media sosial menjadi strategi penting untuk menanamkan budaya literasi pada Gen-Z, mengingat teknologi telah menjadi bagian integral dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Kwik Kian Gie, hakikat globalisasi adalah mekanisme pasar yang berlaku secara global tanpa mengenal batas negara. Di satu sisi, globalisasi dianggap sebagai proses integrasi manusia; namun, di sisi lain, hal ini justru memicu disintegrasi dan marginalisasi kemanusiaan. Robertson bahkan mendefinisikan globalisasi sebagai "kompresi dunia menjadi satu ruang tunggal dan intensifikasi kesadaran dunia sebagai kesatuan". Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Gen-Z juga menghadapi tantangan besar di era globalisasi. Globalisasi telah menyatukan berbagai lapisan masyarakat ke dalam sebuah "desa global," di mana jarak dan batas geografis bukan lagi halangan. Meski demikian, globalisasi sering kali menjadi ancaman bagi paham nasionalisme dan eksistensi budaya lokal.

Di tengah tantangan globalisasi, Gen-Z memiliki peluang besar untuk menjadi agen perubahan. Dengan kecakapan mereka dalam teknologi dan akses informasi, mereka dapat memanfaatkan platform digital untuk mempromosikan nilai-nilai nasionalisme dan budaya lokal. Generasi ini dapat menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, dengan menggabungkan kreativitas mereka dalam menghasilkan konten-konten digital yang memuat nilai-nilai lokal untuk dipromosikan secara global. Hal ini juga dapat menjadi salah satu solusi dalam melawan dampak negatif globalisasi yang kerap kali mengikis identitas bangsa.

Fenomena ini tidak lepas dari masalah rendahnya tingkat literasi di Indonesia, yang menjadi tantangan mendasar. Berdasarkan data dari Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh OECD pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara dalam bidang literasi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah, dengan hanya sedikit penduduk yang memiliki kemampuan literasi yang memadai. Kurangnya budaya membaca dan rendahnya minat untuk meningkatkan literasi menjadi penghambat utama kemajuan bangsa di era globalisasi ini.

Masalah literasi ini juga berhubungan erat dengan kurangnya apresiasi terhadap produk dalam negeri. Banyak masyarakat Indonesia lebih memilih produk luar negeri karena menganggapnya memiliki kualitas yang lebih baik, desain yang lebih menarik, atau merek yang lebih bergengsi. Persepsi ini diperkuat oleh strategi branding dan promosi agresif yang dilakukan oleh perusahaan internasional, sementara produk lokal sering kali kurang mendapat perhatian meskipun kualitasnya tidak kalah baik.

Pentingnya meningkatkan rasa bangga terhadap Produk lokal atau Produk dalam negeri tidak hanya mencerminkan kreativitas dan inovasi masyarakat, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya. Pemerintah dan pelaku usaha perlu bekerja sama untuk membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan produk lokal, termasuk memberikan insentif kepada UMKM, mengembangkan program pelatihan berbasis teknologi, dan menciptakan regulasi yang menguntungkan bagi produk lokal di pasar domestik.

Selain itu, masyarakat perlu didorong untuk mengadopsi pola pikir yang lebih kritis dalam memilih produk dan informasi yang mereka konsumsi. Literasi digital dapat menjadi bagian penting dalam membantu Gen-Z memahami pentingnya mendukung produk lokal, sekaligus melawan efek homogenisasi budaya yang dihasilkan oleh globalisasi. Dengan kombinasi inovasi teknologi, pendidikan literasi, dan kebijakan yang mendukung, Gen-Z dapat menjadi generasi yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga mampu menjaga identitas bangsa di tengah arus globalisasi.

Untuk menghadapi tantangan globalisasi, diperlukan langkah strategis seperti integrasi teknologi dalam program literasi agar relevan dengan kehidupan Gen-Z melalui kolaborasi pemerintah, institusi pendidikan, dan organisasi masyarakat dalam menyediakan pelatihan literasi digital. Selain itu, kampanye nasional untuk meningkatkan apresiasi terhadap produk lokal perlu diperkuat dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform promosi yang efektif. Pendidikan formal dan non-formal juga harus menanamkan nilai-nilai nasionalisme melalui media kreatif yang sesuai dengan gaya hidup Gen-Z. Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta penting untuk memberikan insentif kepada UMKM serta mendorong inovasi teknologi dalam mempromosikan produk dalam negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun