Mohon tunggu...
Sri Defina
Sri Defina Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Jadikan Coklat dan Kopi Kita Raja

18 Maret 2019   22:44 Diperbarui: 18 Maret 2019   22:46 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coklat dan kopi (fimela.com)

Siapa yang tidak kenal kopi dan coklat? Kedua komoditas perkebunan tadi bisa dinikmati dengan berbagai cara. Mulai dari sekadar diseduh, hingga diolah menjadi kudapan nikmat seperti coklat. Akan tetapi kenikmatan tersebut, sepertinya kurang dirasakan di Indonesia, khususnya oleh petani kita.

Jadikan raja (meme editan pribadi)
Jadikan raja (meme editan pribadi)
Negara kita adalah penghasil coklat terbaik setelah Pantai Gading, Afrika. Apalagi untuk urusan kopi, Indonesia adalah negara dengan varietas kopi single origin terbanyak di dunia. Sayangnya kedua komoditas tadi belum benar-benar menjadi raja dunia.

Rujukan

Karena sejauh ini, kedua hasil tani itu dijual dalam bentuk mentah atau setengah jadi. Sebelum ada booming kopi-kopi lokal, sebungkus kopi terbaik dari tanah Jawa hanya bisa dinikmati setelah dikemas ulang oleh perusahaan kopi internasional sekelas Starbucks. 

Nasib coklat kita malah lebih mengenaskan. Kebanyakan orang mengonsumsi coklat dalam bentuk jadi yang diproduksi oleh pabrik-pabrik di Swiss atau Eropa. Sedangkan sebenarnya, bahan mentah coklat itu didatangkan dari Indonesia. Dari sini, coklat itu mungkin dijual dengan harga ribuan per kilogram. Sedangkan ketika sampai di tangan konsumen, harganya sudah melonjak ratusan kali karena sudah dalam bentuk coklat jadi. Sedikit sekali nilai tambah yang dinikmati oleh petani kita. Padahal mereka lah sumber primer dari berbagai produk premium yang kita nikmati.

Di sini kita bisa melihat bahwa tugas utama Kementerian Pertanian (Kementan) bukan hanya sekadar meningkatkan kuantitas produksi tani. Tapi juga kualitas, hingga peningkatan nilai tambah dengan cara hilirisasi produk tani. Sehingga Menteri Pertanian (Mentan) tidak berhenti sebatas pada bantuan bibit, alat mesin pertanian (Alsintan), dan pendampingan bimbingan teknis saja. 

Aparat Kementerian Pertanian seharusnya tidak berhenti dan berpuas diri ketika petani bisa menghasilkan kopi dan coklat dalam jumlah besar dan dalam kualitas segar. Tapi aparat pertanian kita seharusnya bisa membantu agar petani mengelola hasil taninya dengan baik. Produk yang dijual petani pun tidak hanya dalam bentuk buah segar, tetapi juga dalam bentuk olahan yang dapat meningkatkan pendapatan sekaligus kesejahteraan bagi petani.

Why u no? (meme editan pribadi)
Why u no? (meme editan pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun