Mohon tunggu...
Sri Defina
Sri Defina Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sawah Kupang Terancam Puso

15 Maret 2019   18:06 Diperbarui: 15 Maret 2019   18:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (beritainspiratif.com)

Nusa Tenggara Timur (NTT) memang dikenal karena cuacanya yang kering. Bercocok tanam di sawah di daerah ini tentu punya tantangannya sendiri. Karena sawah di sana sudah pasti akan sulit mendapat pengairan.

Kondisi sulit air itu bisa didengar dari jerit para petani di lokasi persawahan Kuledoki, Desa Manusak, Kupang Timur, Kabupaten Kupang yang mengaku kekurangan pasokan air ke sawah mereka. Lahan sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan seluas 500 hektar dan dengan krisis hujan saat ini maka lahan yang sudah ditanami padi di atas lahan sekitar 100-an hektar bakal gagal total.

Ada banyak petani yang cemas melihat curah hujan yang minim belakangan ini. Salah seorang petani mengeluh, lahan sawah miliknya seluas 3 hektar telah ditanami padi. Usia padi yang ada rata-rata sudah 1 bulan lebih, namun tanaman itu tidak bisa bertumbuh  subur karena pasokan air tidak ada.

Lahan pertanian yang ada di sana memang mengharapkan dari curah hujan. Karena kali yang ada di sekitar lokasi persawahan airnya tidak mencukupi ditambah jaraknya pun cukup jauh.

Menurut pemberitaan setempat, saat ini tanah di lokasi persawahan khusus di Kuledoki sudah pecah-pecah dan kering. Lahan di Kuledoki sekitar 500 hektar. Lahan yang tidak bisa ditraktor sekitar 300 hektar karena tidak ada air. Lahan yang sudah ditanami padi sekitar 100 hektar dan jika air kurang maka akan gagal tumbuh. Selama ini petani mengandalkan air hujan, namun kondisi saat ini memang petani hanya pasrah.

Rujukan

Padi yang sudah ditanam bakal mati total jika curah hujan yang tidak menentu sekarang ini. Sejauh ini, ada beberapa petani yang sudah mencari alternatif dengan menggali sumur bor di kawasan tersebut. Sudah lima kali dengan titik berbeda melakukan pengeboran tetapi hasilnya nihil. Diperkirakan, tanah di wilayah itu dipenuhi oleh bantu. Sehingga mata bor juga tidak bisa menembus lebih dalam lagi.

Kalau sudah seperti itu, memang sudah waktunya pemerintah setempat atau bahkan Kementerian Pertanian (Kementan) pusat yang turun tangan mengantisipasi ancaman puso atas lahan sawah milik warga. Walaupun hujan belakangan ini turun secara rutin, namun tidak bisa diprediksi sampai kapan kondisi seperti ini. Bisa saja dalam pekan ke depan hujan akan turun relatif sedikit dan imbasnya pada tanaman padi yang baru ditanam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun