I.JUDUL PERCOBAAN : KARAKTERISTIK UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
II.TUJUAN
1.Untuk mengetahui adanya boraks pada sampel makanan berdasarkan warna nyala api
2.Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pemanasan boraks dengan CoSo4.6H2O
TINJAUAN TEORITIS
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terpenting dan juga merupakan faktor yang sangat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Tetapi betapa pun menariknya penampilan, lezat rasanya dan tinggi nilai gizinya, apabila tidak aman dikonsumsi, maka makanan tersebut tidak ada nilainya sama sekali.
Keamanan makanan merupakan tanggung jawab semua pihak, yaitu tanggung jawab pemerintah selaku pengelola pemerintah yang meliputi ketertiban, keamanan dan sejahtera masyarakat. Tanggung jawab pengusaha (produsen) selaku pelaku ekonomi yang mendorong peningkatan usaha dan menyediakan kebutuhan masyarakat dan konsumen yang menggunakan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terutama makanan.
Penambahan zat berbahaya sebagai
pengawet makanan sangat marak digunakan pada saat ini. Pengawet biasanya ditambahkan pada makanan yang mudah rusak yang disukai sebagai medium tumbuhnya bakteri atau jamur, misalnya pada produk daging (bahan dasar daging) dan buah-buahan. Para pedagang biasanya memilih bahan pengawet yang harganya murah agar memperoleh keuntungan yang banyak, contoh adalah borak dan formalin.
Salah satu makanan yang dalam pembuatannya diduga menggunakan boraks dan formalin adalah bakso daging, terbukti dibeberapa kota di Indonesia banyak para pedagang yang diketahui menggunakan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet pada bakso dagingnya.
Boraks banyak digunakan dalam pembuatan berbagai makanan seperti bakso, mi basah, pisang molen, lemper, lontong, ketupat, pangsit dan siomai.(khulukhi,dkk.2024).
Boraks adalah salah satu bahan
kimia berbahaya yang sering disalahgunakan sebagai bahan pengawet pada pangan. Boraks (Na2B4O7.10H2O) merupakan serbuk halus putih, tidak berbau dan jika larut dalam air akan membentuk natrium hidroksida dan Asam borat.
Dalam industri non pangan, boraks
digunakan sebagai pembunuh kuman,
bahkan dijadikan tambahan sebagai
anti jamur untuk kayu karena memiliki
sifat antiseptik.
Boraks digunakan dalam produk pangan karena dapat memperbaiki struktur dan tekstur pangan, contohnya seperti bakso yang ditambahkan boraks akan sangat kenyal dan tahan lama jika dibandingkan dengan bakso tanpa
boraks. Selain boraks, formalin juga
seringkali digunakan dalam produk
pangan olahan daging. Formalin merupakan senyawa kimia berbentuk gas atau larutan dan di dalamnya ditambahkan 10-15% metanol dan mengandung 37% formaldehid. Formalin tidak memiliki warna dan memiliki bau yang sangat menyengat. Formalin biasa digunakan dalam bidang kedokteran sebagai pengawet mayat. Selain itu, formalin dapat digunakan sebagai antibakteri dan untuk kebutuhan industri, seperti pembersih lantai, dan sebagai detergen pakaian.
Permenkes RI Nomor 33 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan dan
Peraturan BPOM Nomor 7 Tahun 2018
tentang Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Diizinkan dalam Makanan mengatur boraks dan formalin merupakan bahan yang dilarang penggunaannya dalam pangan. Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan Pasal 7 dituliskan bahwa setiap orang yang melakukan produksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan yang dilarang sebagai BTP,
dimana analisis resiko keamanan pangan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia. Terlepas dari izin edar produk pangan olahan beku (frozen food) UMKM yang tidak wajib memiliki SPP-IRT, dan terlepas dari konsentrasi maksimum boraks dan formalin dalam makanan, keamanan pangan tetap diperlukan karena mempengaruhi kesehatan manusia. (Alifia, dkk. 2023)