Mohon tunggu...
Sri Arvania
Sri Arvania Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Curhat Peternak Blitar

14 Desember 2018   20:43 Diperbarui: 14 Desember 2018   21:26 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suasana kesusahan, maka kesempatan yang ada, sekecil apapun itu, akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Seperti halnya para peternak ayam petelur di Blitar yang rela kepanasan berjam-jam demi menunggu Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution. Mereka ingin mencurahkan keluh kesahnya, agar peternak ayam bisa mendapat perhatian serta solusi. 

Ketika akhirnya Darmin tiba, kesempatan itu tidak mereka jadikan sia-sia. Setelah meninjau dan memperhatikan fasilitas peternakan ayam di sana, Darmin langsung mendapat berondongan pertanyaan serta curhatan.

Keluhan paling utama yang didengar Darmin pertama kali adalah mengenai kesulitan peternak memperoleh jagung murah untuk pakan. Karena 80% komponen pakan ayam, berasal dari jagung. 

Para peternak itu mengakui, mereka tidak peduli dari mana jagung itu berasal. Entah dari petani lokal atau impor, menurut mereka yang penting adalah ketersediaan serta keberlangsungan pasokan. Tentu juga dengan harga yang terjangkau. Dengan kata lain, para peternak tidak peduli dengan klaim surplus produksi jagung oleh Kementerian Pertanian (Kementan), atau klaim keberhasilan kita mengekspor jagung ke negeri tetangga. Yang lebih dibutuhkan peternak adalah jagung tersedia, pakan ayam ada, sehingga produksi telur lancar.

Sumber

Adapun peternak dari Blitar diketahui memang yang paling keras bersuara mengenai pasokan jagung, hingga membuat pemerintah menerbitkan izin impor komoditas itu. Padahal sebelumnya, Kementan pernah menyatakan bahwa mereka tidak akan meminta impor jagung. Alasannya, produksi jagung dalam negeri sudah mencukupi, bahkan berlebih.

Sikap semacam itu yang kemudian tidak bisa dimengerti oleh masyarakat di lapangan. Karena ada kesan Kementan mengeluarkan kebijakan yang hanya bersandar pada data, bukan fakta. Bisa saja data milik Kementan menyatakan produksi jagung dalam negeri kita surplus. Tapi secara fakta, peternak yang membutuhkan jagung, tidak bisa menemukan komoditas itu di pasaran.

Klaim produksi jagung oleh Kementan juga dirasa makin mengada-ada, karena menurut Darmin sendiri, komoditas jagung tidak punya basis data produksi yang kuat. Bila sawah bisa diperkirakan luasannya dengan citra satelit, ladang jagung tidak bisa sedemikian rupa. Selain itu, keberlangsungan pasokan jagung tidak bisa seperti beras yang stoknya disimpan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog).

Kendati tidak banyak solusi yang diberikan oleh Darmin pada peternak. Setidaknya ia mau mendengar keluhan dan curahan hati para masyarakat. Ia menunjukkan bahwa keberpihakan bisa dilakukan dengan turun ke lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun