Dalam benak kita, Pulau Bali pasti identik dengan bayangan tentang liburan yang menyenangkan. Pantai berpasir putih yang memesona. Pemandangan alam yang luar biasa. Serta adat istiadat yang terpelihara. Cocok sekali untuk bersenang-senang dan liburan.
Tapi sayangnya, bagi para petani, Bali saat ini sedang tidak bersahabat. Cuaca buruk yang melanda mereka beberapa waktu belakangan ini, membuat petani setempat harus ambil pilihan yang tidak menyenangkan.Â
Para petani terpaksa memanen padi lebih awal, atau beberapa minggu sebelum masa panen tiba. Itu dilakukan karena guyuran hujan yang berlebihan, serta cuaca buruk membuat sebagian besar padi rawan busuk. Untuk mengurangi dampak kerugian yang lebih besar, mau tak mau para petani terpaksa memanen padi lebih awal. Â (tautan link berita http://www.tribunnews.com)Â
Kondisi seperti ini sebetulnya sudah beberapa kali terjadi di tahun ini. Maret lalu, Padi yang sudah siap panen, mendadak rebah diguyur hujan yang disertai angin kencang. Akibatnya, bulir padi terendam air, hingga mengancam hasil panen tidak maksimal.
Musim panen pertama tahun ini biasanya berlangsung mulai pertengahan bulan Maret hingga April, tergantung dari waktu tanamnya. Itu artinya, hampir sebagian padi sudah menguning. Hanya saja, di tengah menunggu panen, intensitas hujan masih cukup tinggi sejak beberapa pekan terakhir.Â
Memang kalau berbicara cuaca, ya kita tidak bisa berbuat banyak. Mungkin terdengar klise, tapi yang bisa kita lakukan sebagai rakyat biasa, hanyalah berdoa pada Tuhan. Semoga diberikan cuaca yang baik atau kemudahan.Â
Namun untuk pemerintah, ada hal lain yang harus mereka lakukan. Sehingga pemerintah tidak Cuma berdoa saja. Pemerintah bisa menyiapkan antisipasi bila cuaca buruk ini terjadi di banyak tempat penghasil padi. Sejak jauh-jauh hari, persiapkan stok beras bila lumbung kita tidak terlalu menjanjikan. Jangan sampai karena ego sektoral seperti Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman, atau sekadar tidak mau dibilang tukang impor, lantas stok beras kita diabaikan. Apalagi kalau menolaknya dengan menggunakan data palsu. Bahaya boss!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H