Saya sedang menyelesaikan tugas review artikel ketika seorang teman mengabarkan bahwa hari Selasa tanggal 28 Januari 2025 jam 22:53 WITA, telah terjadi gempa bumi di daerah Parigi-Moutong, Sulawesi Tengah. Informasi dari BMKG melaporkan bahwa gempa terjadi 45 km di bagian tenggara Parigi-Moutong pada kedalaman sekitar 76 km dengan koordinat  0,53 Lintang Utara dan 121,21 Bujur Timur. BMKG juga memastikan gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Parigi-Moutong diguncang gempa bumi dengan kekuatan cukup menakutkan yaitu magnitudo (M) 5.8 (Detik Sulsel, 2025).  Otakku refleks membayangkan kondisi pasca gempa pasti menimbulkan kepanikan masyarakat di daerah terdampak.
Secara umum penyebab gempa bumi karena pergeseran lempeng dan letusan gunung berapi di daerah yang dilalui Ring of Fire. Lintasan Ring of Fire mengandung jalur magma sangat aktif dan rawan menimbulkan erupsi. Namun demikian, tanah vulkanik berasal dari erupsi gunung berapi kondisinya lebih subur karena mengandung banyak mineral penunjang  pertumbuhan tanaman. Fenomena geologis terjadi saat ini telah memberikan gambaran nyata dinamika aktivitas tektonik di Indonesia, khususnya di daerah yang kerap mengalami guncangan seismik. Indonesia tersusun dari rangkaian pulau berjajar mulai Sabang sampai Merauke, mempunyai potensi tanah subur karena aktivitas gunung berapi yang tetap aktif. Mendengar kabar terjadinya gempa di daerah Parigi-Moutong melalui informasi BMKG, saya yakin bahwa di dalam benak Pembaca tersimpan pertanyaan tentang penyebab terjadinya gempa bumi, dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat dan lingkungan dan langkah penanganan tepat yang harus  dilakukan  untuk mengurangi risiko bencana serupa di masa depan.
Gempa bumi yang terjadi di wilayah Parigi-Moutong merupakan fenomena geologis umum terjadi di Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan. Secara umum Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu: Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bersifat dinamis karena terus bergerak dan berinteraksi satu sama lain. Dampak terjadinya pergerakan lempeng adalah memacu aktivitas seismik cukup tinggi di seluruh Indonesia termasuk di daerah Sulawesi Tengah. Peristiwa gempa bumi terjadi di wilayah Parigi-Moutong diduga terjadi karena adanya aktivitas slab-pull extensional lempeng utara  Sulawesi. Penyebab gempa bumi di daerah lempeng tektonik karena terjadi subduksi lempeng yaitu kondisi ketika satu lempeng tektonik di laut bergerak turun dan memasuki lapisan yang berada di bawah lempeng lainnya. Di wilayah Sulawesi Tengah, pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terjadinya subduksi di bawah dasar laut. Walaupun kejadiannya di laut, namun kondisi ini memicu terjadinya gempa bumi terasa sampai ke daratan. Keadaan subduksi mampu mengakibatkan pelepasan energi luar biasa sehingga menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan variatif tergantung pada kedalaman dan lokasi pergeseran lempeng. Gempa bumi bersumber dari laut memiliki intensitas tinggi namun tidak selalu berpotensi menimbulkan tsunami. Selain subduksi, aktivitas patahan dapat menjadi penyebab terjadi gempa bumi di wilayah laut. Patahan yang terjadi di dasar laut mampu menimbulkan pergeseran lapisan kerak bumi yang menghasilkan guncangan. Berdasarkan kondisi geologis, Indonesia memiliki banyak sekali patahan aktif, salah satunya adalah Patahan Palu Koro yang berada di Sulawesi Tengah. Patahan ini diketahui sering menimbulkan gempa terasa cukup kuat di daratan
Terjadinya gempa bumi identik dengan kerusakan material. Walaupun gempa bumi yang terjadi di Parigi-Moutong tidak berpotensi tsunami, tetap saja menimbulkan kerusakan signifikan pada infrastruktur dan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat terdampak bencana. Berdasarkan pengalaman beberapa tahun lalu, Â gempa bumi bermagnitudo tinggi mampu merusak berbagai infrastruktur di darat dan pesisir. Rumah, jalan raya, jembatan dan fasilitas umum lainnya pasti mengalami kerusakan parah akibat adanya getaran tanah. Di wilayah Parigi-Moutong, diprediksi bahwa kondisi gempa bermagnitudo tinggi mampu merusak pemukiman penduduk, akibat terjadi pergeseran tanah dan retakan yang terjadi di tempat itu. Selain merusak bangunan, terjadi pula kerusakan jembatan yang menghubungkan antar wilayah. Kerusakan tersebut menyulitkan evakuasi dan distribusi bantuan untuk masyarakat terdampak peristiwa ini. Infrastruktur vital seperti rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, pompa bensin dan fasilitas lainnya juga mengalami kerusakan mengganggu pelayanan publik selama terjadi bencana. Selain merusak infrastruktur, gempa bumi juga berpotensi merusak ekosistem dan lingkungan tempat manusia bermukim. Terjadi pergeseran tanah akibat gempa menyebabkan longsor menutupi sungai dan jalur air lainnya. Hal ini berdampak nyata pada kualitas air dan kehidupan akuatik di daerah tersebut. Kerusakan pada ekosistem pesisir terjadi karena adanya pergeseran pada terumbu karang atau dasar laut memengaruhi kehidupan biota laut.
Kerusakan fisik karena gempa bumi sangat memengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan memicu terjadinya gangguan psikologis pada korban terdampak. Kehilangan rumah sebagai tempat berteduh dan mata pencaharian menyebabkan tekanan ekonomi berpengaruh sangat besar pada kesehatan jiwa. Aktivitas ekonomi vital yaitu sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata sebagai sumber utama income masyarakat di Parigi-Moutong pasti mengalami gangguan karena terjadi gempa bumi. Kondisi bencana alam seperti ini meningkatkan jumlah angka pengungsi dan memperburuk situasi sosial yang memerlukan penanganan ekstra dari Pemerintah dan organisasi kemanusiaan.
Penanganan gempa bumi memerlukan langkah sistematis dan terorganisir untuk mengurangi dampak bencana serta meminimalkan terjadi kerusakan lebih lanjut. Beberapa langkah yang perlu diambil dalam penanganan gempa bumi di wilayah Parigi-Moutong adalah: 1) memberikan informasi dan peringatan secara dini. Salah satu langkah sangat vital dalam penanganan bencana gempa bumi adalah memberikan informasi akurat dan tepat waktu kepada masyarakat. Sebagai instansi yang terkait erat dengan fenomena alam, BMKG sangat perlu mengeluarkan peringatan dini tentang kemungkinan terjadi gempa bumi dan potensi tsunami, meskipun dalam kasus ini tsunami belum teridentifikasi sebagai ancaman. Tersedianya sistem peringatan dini dapat membantu masyarakat segera mengevakuasi diri ke tempat lebih aman dan menghindari terjadinya korban jiwa. Pemantauan seismik secara terus-menerus sangat penting untuk mendeteksi aktivitas gempa susulan yang bakal terjadi; 2) penanganan darurat dan evakuasi. Setelah gempa bumi terjadi, langkah penanganan darurat harus segera diambil untuk menyelamatkan korban dan meminimalkan kerugian. Tim penyelamat, termasuk petugas medis dan relawan, harus segera melakukan evakuasi untuk orang yang terperangkap di reruntuhan atau membutuhkan perawatan medis. Bantuan makanan, air bersih, dan obat-obatan harus segera dikirim ke daerah terdampak. Evakuasi warga yang tinggal di daerah rawan mengalami dampak parah akibat gempa sangat penting dilakukan untuk mencegah adanya korban jiwa. Infrastruktur komunikasi yang baik juga harus dimanfaatkan untuk memfasilitasi proses evakuasi; 3) pemulihan pasca bencana. Merujuk pada kejadian gempa bumi dan tsunami di Palu pada tanggal 28 September 2018, pemulihan pasca bencana melibatkan upaya rekonstruksi infrastruktur yaitu: rumah, jalan, dan fasilitas umum yang mengalami kerusakan. Program bantuan sosial untuk masyarakat kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian sangat perlu dilakukan sesegera mungkin dengan Pembangunan tenda darurat untuk menampung masyarakat korban gempa bumi. Selain perbaikan infrastruktur, Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam rehabilitasi ekosistem rusak akibat bencana ini; 4) pendidikan dan kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dengan cara membeikan edukasi dan pelatihan tentang tata cara menghadapi gempa bumi dan bencana alam lainnya. Pelatihan evakuasi, penyusunan rencana darurat, dan peningkatan pengetahuan tentang mitigasi bencana dapat mengurangi risiko bencana lebih besar di masa depan. Diharapkan pula Pemerintah Daerah setempat memperkenalkan pembangunan infrastruktur lebih tahan gempa di wilayah rawan bencana, serta memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana.
Gempa bumi yang terjadi hari ini di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, merupakan pengingat sangat penting tentang potensi ancaman seismik yang sering melanda Indonesia. Gempa bumi terjadi karena aktivitas tektonik sehingga menyebabkan kerusakan pada infrastruktur, lingkungan, dan sosial ekonomi masyarakat setempat. Harus segera dilakukan penerapan langkah penanganan secara tepat yaitu: pemberian informasi peringatan dini, evakuasi, pemulihan pasca bencana, serta peningkatan kesadaran dan pendidikan masyarakat sehingga dampak  gempa bumi dapat diminimalkan. Kerja sama antara Pemerintah, lembaga kemanusiaan, dan masyarakat sangat penting dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana alam di masa depan (srn).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI