Kajian Spesial Jumat Malam atau KSJM adalah kegiatan rutin komunitas IRo-Society yang diinisiasi oleh Prof. Imam Robandi, Sensei panutanku yang luar biasa.  Hari Jumat malam tanggal 3 Januari 2025 adalah KSJM pertama di tahun 2025 dan merupakan KSJM ke 254. Acara ini sangat istimewa dan mempunyai tema sangat menarik yaitu: Oh Sudah 2025, Mari Kita Belajar. Acara KSJM ke 254 sungguh istimewa karena founder of IRo-Society, Prof. Imam Robandi hadir sebagai narasumber tunggal. Kehadiran beliau di dalam KSJM selalu dirindukan dan mampu memberikan kalimat pemantik penggugah semangat, khususnya di awal tahun 2025. Satu kalimat dari beliau sangat perlu digaris bawahi adalah: jika mencoba sesuatu yang baru, belum pasti anda lolos, namun tidak mencoba pasti 100% gagal. Prof. Imam Robandi mengambil contoh dirinya mengisi formulir untuk melaksanakan tugas ke luar negeri. Besok adalah deadline pemasukan dokumen. Setelah sejam mengisi, Prof. Imam Robandi baru menyadari bahwa bidang ilmunya tidak sesuai dengan permintaan. Kondisi ini tidak menyurutkan langkah Prof. Imam Robandi untuk berhenti mengisi aplikasi. Beliau sangat yakin bahwa tidak ada upaya  sia-sia jika seseorang memang mau berusaha. Seseorang yang siap untuk berproses pasti menahu benar risiko yang bakal dihadapi. Jika anda memasukkan dokumen untuk melamar pekerjaan, terdapat dua kemungkinan: lolos atau gagal. Saat anda hanya berniat memasukkan dokumen untuk tawaran pekerjaan dan tidak merealisasikannya, maka peluangnya dijamin  gagal 100%.  Jika memang berniat lolos seleksi, memasukkan berkas merupakan suatu kerja keras nyata karena memerlukan waktu, tenaga dan biaya dalam menyelesaikan kelengkapannya. Mustahil lolos seleksi jika tidak ada nama yang bersangkutan dalam list peserta yang telah berpartisipasi dalam event tersebut. Setelah berikhtiar maksimal dalam suatu seleksi, keputusan akhir diserahkan kepada rezeki yang diberikan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala karena Dia Maha Mengetahui. Hal yang saya tuliskan sebelumnya merupakan contoh sederhana dari Sensei Prof. Imam Robandi tentang komitmen dalam melaksanakan pekerjaan. Tawaran adalah peluang emas yang tidak datang dua kali. Peluang sekecil apapun menjadi milik anda jika mampu membaca situasi untuk menggapai kesuksesan. Salah satu pengingat dari Prof. Imam Robandi yang sangat perlu dicermati adalah kebanyakan penduduk negara berkembang sifatnya pemalas. Hal inilah menjadi penghambat utama berkembangnya negara mencapai tujuan mulia meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Â
Prof. Imam Robandi bercerita, suatu hari beliau mengunjungi sekolah dan menemukan kaca berdebu. Sesuatu yang sangat langka ditemukan saat beliau bertinggal di Jepang. Saat ditanyakan mengapa kaca sekolah itu berdebu, ternyata jawaban pimpinannya adalah Pak Kebon alias janitor belum membersihkannya. Mengapa tidak ada upaya membersihkan kaca berdebu itu? Mengapa hanya mengharapkan Pak Kebon yang melaksanakannya? Bukankah kebersihan adalah sebagian dari iman? Prof. Imam Robandi membandingkan hal itu dengan pengalaman saat  makan sushi di suatu kios di Jepang. Saat itu beliau sedang makan dan ditunggui karena kios akan tutup sekitar lima belas menit kemudian. Saat menunggui customer yang sedang makan, pihak kios mengelap semua meja sebelum menutup kios. Penuh rasa penasaran Prof. Imam Robandi bertanya, apakah kios ini selalu mengelap dan membersihkan peralatan sebelum ditutup. Para pekerja menjawab iya dan saat buka keesokan harinya, para pekerja itu kembali menyapu, mengelap meja serta peralatan yang akan digunakan. Kebiasaan baik ini juga berlaku pada sekolah di Jepang. Sebelum jam pulang sekolah (sekitar jam 15.00 sore), murid membalik kursi, mengelap meja dan menyapu kelas. Esok pagi, ritual itu dilakukan kembali sehingga sekolah tetap terjamin kebersihannya. Jika sikap disiplin dan etos kerja seperti ini diterapkan di sekolah Indonesia, kelas pasti terlihat bersih dan tidak ditemukan fenomena kaca berdebu.
Selain kaca berdebu, fenomena dominan paradoks yang lazim ditemukan pada etos kerja masyarakat negara berkembang berakibat membuang peluang yang tersedia di depan mata. Prof. Imam Robandi memberikan gambaran paradoks sebagai seseorang berniat menuju ke utara namun dia berjalan ke selatan. Beliau menggambarkan secara sederhana fenomena tersebut, terdapat berapa persen mahasiswa dalam kelas yang disuruh belajar namun tidak melakukannya, dan membandingkannya dengan mahasiswa yang tetap belajar walaupun tidak disuruh oleh dosen atau guru. Sebagai seorang dosen, saya mengalami hal yang diceritakan oleh Prof. Imam Robandi. Sebelum memulai kuliah dalam kelas, saya selalu memberikan  pertanyaan sederhana ke mahasiswa: siapakah tadi malam membaca materi mata kuliah A yang tersedia di dalam platform pembelajaran online? Ternyata hanya dua orang (paling banyak tiga) yang mengacungkan jarinya dari empat puluh orang peserta mata kuliah. Mahasiswa itu tidak sengaja membuka materi pembelajaran online karena teringat saya sering memberikan pertanyaan sebelum memulai kuliah. Mahasiswa yang tidak membaca materi mempunyai beragam alasan: sibuk mengerjakan laporan praktikum, menghadiri acara keluarga, ada juga yang jujur mengatakan sibuk bermain game online sampai lupa waktu. Bagaimana Indonesia dapat berkembang dengan baik jika jiwa generasi muda menganut faham tiba masa tiba akal?
Kemampuan intelektualitas Sensei kebanggaan IRo-Society telah dibangun sejak dini. Prof. Imam Robandi memberikan gambaran bahwa beliau telah lama belajar banyak hal sederhana yang nantinya sangat bermanfaat untuk masa depannya. Sensei multi talenta kebanggaan IRo-Society memang menempati kelas istimewa dengan kepiawaian yang dimilikinya sebagai seorang yang mampu memberikan dampak positif untuk santri dan mahasiswanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa etos kerja seseorang berbeda karena tergantung pada niat dan tujuan akhir. Sebagai contoh seseorang disuruh belajar menulis dan bakal sukses dalam jangka waktu 2 tahun. Mudahkah hal itu untuk dilakukan? Memang benar, belajar menulis terdengar sangat mudah namun sangat sulit dilaksanakan karena memerlukan disiplin dan kerja keras. Belajar menulis secara sederhana merupakan proses panjang berliku dengan tantangan bervariasi. Tentulah hal ini sangat sulit dijalani oleh orang malas dan tidak mau mengembangkan potensi dirinya. Prof. Imam Robandi memberikan ilustrasi tentang hukum Archimedes. Secara logika, hukum Archimedes sangat sulit dipahami untuk orang yang tidak mau belajar. Proses belajar akan mengasah kemampuan diri menjadi lebih baik membangun prestasi dari hari kemarin yang telah dilewati.
Selain tabungan intelektualitas sejak dini, kemampuan mengolah rasa juga sangat penting di dalam meningkatkan personal branding. Contohnya adalah panorama kebun teh. Di mata masyarakat awam, kebun teh terlihat sebagai hamparan hijau berisi jejeran pohon teh. Namun di mata Professor yang memiliki nilai estetik tinggi seperti Prof. Imam Robandi, hasil jepretan kamera dengan angle yang sesuai memberikan hasil luar biasa. Kemampuan ini tidak main-main dan hanya dapat dicapai oleh orang yang selalu ingin belajar. Seorang professional dalam mengoperasikan kamera dapat mendulang rupiah untuk hobinya itu.
Suatu keinginan memang terdengar sangat indah namun proses pencapaiannya memerlukan pengorbanan waktu, tenaga dan sikap legowo saat gagal menjalaninya. Jangan pernah kuatir, niat tulus dalam mencapai suatu tujuan menjadi pemantik semangat dalam mencapainya. Nilai TOEFL 550 sebagai syarat seseorang memperoleh beasiswa Fulbright memang bukan isapan jempol belaka. Bukan hanya nilai TOEFL sesuai standar yang dibutuhkan untuk seseorang menjadi Fulbrighter, prestasi akademik dan kemampuan lainnya sebagai penunjang karir turut menentukan lolos dalam seleksi. Tips jitu untuk lolos seleksi adalah meyakinkan diri bahwa anda mampu melakukan hal tersebut. Hal ini berarti bahwa niat awal adalah penentu diambilnya langkah berikut. Ciri dari orang pandai adalah manusia yang mau bekerja keras, mau belajar dan menapak tujuannya secara konsisten. Seorang Prof. Imam Robandi, Sensei panutan santri IRo-Society mampu menggapai semua impiannya adalah perwujudan dari kerja keras sejak puluhan tahun yang lalu. Tanpa disuruh beliau mulai membaca buku bahasa Inggris sejak masih belia  dan belajar mengamati fenomena alam saat anak-anak lain asyik bermain. Mengapa hal ini terjadi? Prof. Imam Robandi merupakan wujud insan Wiji Pinilih menyadari benar bahwa kerja keras mampu mengantar hidupnya mendapatkan sesuatu yang terbaik. Kemampuan beliau membaca peluang dan terus belajar dengan mengandalkan motto: ubahlah dirimu menjadi orang sukses, jika kamu mau melangkah, kamu akan menjadi manusia hebat.
Etos kerja dapat memunculkan bintang dengan berbagai bakat. Jangan melihat pada jumlah, dua orang bintang lebih spektakuler daripada sejuta follower. Bagaimana mengubah dunia dengan hasil karyamu? Menulislah dengan berbasis pada fakta. Kemampuan menulis dan prestasi yang telah ada harus selalu dirawat dan dipertahankan. Ibarat penebang bambu, setiap kali akan menebang bambu maka golok harus selalu diasah untuk meningkatkan jumlah bambu yang dapat dipotong. Jika anda mengabaikan menebang bambu tanpa mengasah golok lebih dahulu, maka jumlah bambu yang terpotong semakin berkurang seiring dengan menurunnya ketajaman golok. Begitupun dengan mempertahankan arang menyala, harus selalu dikipas dan jangan ditinggalkan. Api yang baru timbul dari arang jangan ditinggalkan karena pasti mati jika  tidak di kipas. Jangan pernah membiarkan banyak waktu hilang karena hal yang tidak penting, tanpa disadari menghabiskan peluang tersedia di depan mata. Seorang guru yang baik tidak pernah mengeluarkan kata capek untuk memajukan bangsa. Sungguh luar biasa kalimat pemantik sekaligus penutup KSJM ke 254 dari Sensei Prof. Imam Robandi. Semoga hal yang telah saya paparkan di sini membawa manfaat untuk pembaca tulisan ini. Terima kasih pencerahan dari Prof. Imam Robandi. Salam sehat dan bahagia selalu (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H