"Kamu kenapa?" tanyaku pada Andini, seorang mahasiswa di kelasku yang wajahnya terlihat murung. Beberapa menit lalu, teman-temannya telah meninggalkan kelas dengan riang gembira. Aku berjalan menghampiri Andini yang duduk di bangku paling depan.
"Saya tidak dapat memasukkan dokumen ini untuk ikut Kuliah Kerja Nyata. Semua dokumen ini belum memenuhi target mendapatkan nilai ko-kurikuler."
Kulihat Andini membuka map kertas yang berada di tangannya. Rasa terburu-buru menyebabkan aneka lembaran warna warni  jatuh berhamburan di atas meja.
"Maafkan keterusterangan saya Bu," wajahnya hampir menangis.
"Sekarang kamu butuh apa lagi untuk kelengkapan dokumenmu?"
"Saya butuh sebuah sertifikat lagi. Tampaknya mustahil mendapatkannya secara gratis dalam waktu dekat."
Aku menganggukkan kepala, paham benar dengan maksud Andini. Penuh rasa malu, dia menyeka wajahnya dan meninggalkan kelas dengan langkah lunglai.
Andini Ramasetya adalah mahasiswa pantang menyerah dan senang bekerja keras. Dia begitu berambisi menjadi alumni tepat waktu. Dia adalah anak yatim, sulung dari lima orang bersaudara. Ibunya bekerja sebagai penjual sayuran di sebuah pasar tradisional. Di sela kesibukannya sebagai asisten laboratorium dan pengurus musholla, Andini harus membantu ibunya mengurus rumah dan adik-adiknya. Andini tidak merasa malu karena pekerjaan ibunya sebagai penjual sayuran di pasar. Dia juga tidak pernah mengeluh menghadapi kerasnya hidup dan hal itu menjadi penyemangat untukku juga.
Suatu siang nan terik. Aku sedang berkutat dengan laptopku untuk menginput nilai praktik minggu sebelumnya. Mataku melihat tumpukan kertas berisi tugas mahasiswa yang masih belum sempat kubaca. Aku berdiri dari kursiku dan mengambil segelas air minum dari dispenser yang berada di sudut ruangan. Dahagaku telah hilang dan aku menarik perlahan selembar kertas tugas yang menarik perhatianku. Kubaca nama pemiliknya. Otakku langsung menyuguhkan sosok perempuan muda memakai kerudung dan paling bersemangat dalam kelasku. Mataku mulai menyusuri kertas berisi hasil ketikan Andini yang berada di hadapanku.
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah salah satu jenis gulma yang tingginya sekitar 75 cm, batangnya tegak, seringkali terbaring di atas permukaan tanah. Gulma ini berdaun tunggal dengan bentuk bulat telur, ujung runcing dan berwana hijau. Bunga berbentuk malai, mahkota bunga berbentuk lonceng dengan warna bunga putih atau ungu. Bandotan tergolong ke dalam tanaman herba dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada berbagai kondisi. Biji bandotan sangat kecil, ringan, dan mampu bertahan sampai 12 bulan dengan suhu optimum untuk perkecambahan sekitar 20 sampai dengan 50C.  Bandotan banyak ditemukan tumbuh di sekitar lahan pertanian dan pekarangan rumah sehingga dianggap sebagai tanaman pengganggu. Manfaat dari bandotan adalah obat bisul, luka luar berdarah, mampu mengobati beberapa jenis penyakit infeksi bakteri. Bandotan berpotensi sebagai insektisida hayati, karena mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yaitu: saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Senyawa hasil metabolit sekunder yang terdapat pada bandotan berpotensi menghambat pertumbuhan  ulat serangga hama  membentuk kepompong. Selain itu, daun bandotan yang diekstrak dengan metanol bersifat racun terhadap serangga. Faktor yang memengaruhi kinerja racun Bandotan adalah: toksisitas senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan, konsentrasi yang digunakan, lama terpapar insektisida dan cara insektisida masuk dalam tubuh serangga. Cara kerja senyawa metabolit sekunder terhadap serangga adalah masuk melalui oral maupun kulit. Racunnya menyerang sistem saraf maupun pencernaan sehingga dapat melumpuhkan dan mematikan serangga hama.