Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary

Munek

22 Juli 2023   21:42 Diperbarui: 22 Juli 2023   21:45 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mimo (Sri NurAminah, April 2023)

Jika Pembaca membuka media sosial Instagram dan Facebook, banyak sekali berseliweran berita tentang rescue cat and dog yang dilakukan oleh individu maupun kelompok pecinta hewan. Konten yang mengabarkan kasus kitten dan kucing dewasa cacat/terluka dibuang ke jalanan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab membuat hati terasa pedih. Reproduksi kucing yang demikian pesat ditambah adanya segelintir orang yang tidak suka dengan kehadiran kucing sangat mendukung terjadinya tindak membuang kucing. Mereka menganggap bahwa jalanan menjadi ajang terbaik untuk para kucing mencari makan. Pernahkah terlintas di dalam kepala oknum ini, mampukah para kucing buangan itu melakukan survive? Kerasnya kehidupan jalanan karena persaingan mencari makan dengan para kucing terdahulu yang menjadi empunya teritori, pengaruh cuaca (hujan deras dan panas terik) menjadi tantangan terbesar untuk kitten yang masih memerlukan kehadiran induknya maupun kucing lain yang terlahir cacat atau mempunyai luka borok yang butuh perawatan ekstra.

Beberapa hari yang lalu saya membaca beberapa postingan di Instagram yang nyaris sama tentang berbagai jenis kucing ras (saya lupa jenisnya) yang telah ditelantarkan oleh pemiliknya. Umumnya kucing ras mempunyai harga cukup mahal dan menjadi lambang prestigious peliharaan orang banyak duit. Dibalik keindahan bulunya,  hewan cantik ini juga mempunyai nasib kelam dan mengenaskan seperti tragisnya cerita tentang kucing kampung. Alasan pemilik yang tega melepasliarkan kucing ras ini ke jalanan karena bulunya sudah rontok (kemungkinan makanannya kurang cocok atau umurnya telah tua), kucingnya menderita penyakit scabies (kerak mengeras yang menutup telinga dan permukaan hidung kucing), jamuran karena ring worm, cacingan, punya penyakit lain yang sulit disembuhkan dan lain-lain. Perawatan kucing ras yang berbulu panjang memang membutuhkan biaya ekstra untuk membeli makanan, pasir untuk buang air, grooming (prosedur untuk merawat tubuh kucing mencakup pembersihan kuku, bulu, kulit dan bagian telinga untuk menjaga kesehatan dan penampilan). Biaya perawatan dokter hewan juga tidak main-main jumlahnya berdasarkan tingkat keparahan penyakit. Saya pernah menonton kasus seekor anjing yang menderita kanker tulang dan menyebabkan lumpuh. Biaya sangat besar dibutuhkan untuk perawatannya dan asuransi sang majikan tidak mencukupi. Akhirnya sang majikan mengizinkan dokter untuk melakukan euthanasia (suntik mati) untuk hewan kesayangannya karena tidak ada lagi harapan untuk sembuh sekaligus mengurangi penderitaannya. Euthanasia merupakan keputusan yang sangat berani untuk majikan dan hewan peliharaan yang mempunyai bonding selama puluhan tahun.  Memang sangat menyedihkan melihat realitas dalam postingan di Instagram bahwa beberapa kasus kucing ras telah ditelantarkan pemiliknya setelah menderita penyakit atau telah berumur. Untungnya terdapat segelintir orang yang masih punya hati me-rescue kucing sakit dan terlantar ke tempat tinggalnya. Kucing ras yang diberikan oleh teman paksu juga nyaris seperti ini nasibnya jika tidak dibawa ke rumah kami.

Pada tanggal 29 April 2023, seekor kucing ras jenis Persia piaraan Mr. X (teman paksu) dibawa ke rumah. Beberapa minggu sebelumnya paksu telah memberitahukan hal ini kepada saya. I just said I am okay because I am a cat lover. Menurut cerita paksu, Mr. X membeli seekor kitten Persia dari promosi di Facebook seharga 1,5 juta rupiah. Alasannya membeli kitten Persia karena rengekan anaknya yang mau memelihara kucing. Saat saya menanyakan birth certificate si kucing Persia, tidak ada satupun dokumen yang diberikan penjual kepada Mr. X. Setelah anaknya bosan dan Mr. X tidak sanggup merawatnya lagi, kucing itu dipindah domisili ke rumah kami dengan persetujuan paksu.

Serah terima kepemilikan kucing Persia itu terjadi saat sore hari di rumah saya. Kucing itu telah dibawa berkendara sekitar 53 km dari luar kota menuju ke kota Makassar.  Saat serah terima berlangsung, saya sedang berada di dalam kamar mandi. Saat si kucing Persia itu dibawa ke rumah, Mr. X hanya membekalkan satu boks dry food yang isinya tinggal separuh. Jangankan kandang, tidak ada litter box apalagi pasir yang menyertai kedatangan kucing itu. Menurut cerita paksu, sebelumnya hewan ini dikandangkan secara permanen dan semua kotorannya dialirkan masuk ke dalam saluran pembuangan air.  Jumpa pertama saya dengan si kucing Persia terjadi di ruang tamu, saat Mr. X sudah pulang. Kucing Persia ini warnanya orens, berbulu panjang, berkelamin betina dan badannya kurus. Saya mengklaim kurus karena saat saya raba, terasa betul bentuk tulang punggungnya  tertutup oleh bulu yang panjang.  Mukanya kotor, kukunya panjang dan katanya belum di vaksin. Perilakunya agak liar dan selalu waspada. Yang membuat hati saya bertambah miris, si kucing tidak mempunyai nama. Saya memelihara seekor kucing kampung yang juga berwarna orens berkelamin jantan, namanya Oplet. Alhamdulillah, si Oplet tampak lebih dewasa menerima kedatangan si pendatang baru.  Malah kucing Persia ini menunjukkan perilaku liar dan galak saat berjumpa dengan kucing lain.

Awalnya saya memberikan nama Mimi (akhirnya berubah menjadi Mimo) dan menjalani hari bersama si kucing Persia. Beberapa tahun sebelumnya, rumah saya juga telah menjadi tempat penitipan kucing ras dan  mix  (Cimba dan Nala) yang ditinggal pemiliknya pulang kampung. Memelihara kucing ras memerlukan kesabaran ekstra untuk membersihkan litter box yang beraroma 'sedap' setiap hari, rutin memberikan makan, minum dan mengajak bermain. Saat pertama membersihkan litter box, saya menemukan pup Mimo mencret, baunya sangat menyengat dan berwarna hitam. Saya menduga something wrong on her diet. Saya segera mengganti makanannya dengan dry food yang saya berikan untuk kucing peliharaan di rumah. Pup kucing yang normal biasanya keras dan berwarna kecoklatan. Menurut cerita paksu, selama dipelihara oleh majikan sebelumnya, selain makan dry food, istri Mr. X suka memberikan ikan rebus pada Mimo. Saya menduga bahwa makanan itu yang membuat pupnya mencret. Alhamdulillah setelah makanannya saya ganti, pup Mimo berangsur normal dan badannya mulai berisi. Pada awalnya saya menempatkan Mimo di dalam sebuah ruangan kosong bersama litter box berisi pasir kucing dan makanannya. Karena tidak ada kandang dalam ruangan itu, Mimo tidur di atas lemari. Saya merasa aneh melihat perilaku Mimo yang mampu memanjat lemari. Setahu saya yang awam dalam dunia perkucingan, kucing Persia sifatnya anteng dan senang bermalas-malasan. Ternyata perilaku Mimo sangat berlainan dengan pemahaman saya selama ini.

Mimo alias Munek setelah berguling di atas pasir litter box (Sri NurAminah, Juli 2023)
Mimo alias Munek setelah berguling di atas pasir litter box (Sri NurAminah, Juli 2023)

Tanpa terasa telah tiga bulan Mimo bertinggal di rumah kami. Mr. X (eks majikan Mimo) tidak pernah lagi menanyakan kabar kucingnya kepada paksu.  Sejak kedatangan Mimo ke rumah, saya telah memutuskan untuk merawatnya semampu saya. Saya mencoba untuk memenuhi semua kebutuhan dasarnya (kecuali pemeriksaan rutin ke dokter hewan dan perawatan ke salon kucing). Saya menambah pengetahuan dengan cara banyak membaca artikel cara merawat kucing Persia dan berharap dia akan baik-baik saja. Saat ini pertengahan bulan Juli 2023. Saya perhatikan wajah Mimo dan membandingkannya dengan Oplet, kucing kampung peliharaan saya. Dibandingkan dengan Oplet, performa wajah Mimo terlihat lebih tua dengan cekungan mata berwarna hitam dan dalam. Melihat muka Mimo, iseng saya mengubah namanya menjadi Munek yang berarti 'muka nenek'. Saya tertawa dalam hati, apapun namanya dan bagaimanapun keadaannya, saya tetap menyayangi dan merawat Mimo semampu saya. Saya bersyukur Mimo berada di rumah yang saya huni bersama keluarga. Apa jadinya jika dia harus menggelandang dan survive di jalanan (srn).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun