Moringa atau kelor merupakan jenis tanaman yang sangat familiar di masyarakat Indonesia karena inilah bahan sayur bening murah meriah dan kaya nutrisi.Â
Pada zaman dahulu, perempuan yang baru melahirkan harus mengkonsumsi sayur daun kelor setiap hari supaya menghasilkan banyak Air Susu Ibu untuk bayinya.Â
Selain meningkatkan nutrisi, pohon kelor dipercaya menjadi tolak bala atau penghalau jin jika di tanam di pekarangan. Di daerah pelosok yang masih kental dengan kepercayaan terhadap leluhur, segelintir orang percaya bahwa daun kelor yang dipukulkan ke badan seseorang dapat meluruhkan ilmu kebal.Â
Guest lecturer Moringa Very Special Taxon yang diadakan secara hybrid (luring dan daring via zoom) oleh Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada hari Senin 8 Mei 2023 menghadirkan Prof. Dr. P. J. A. Kessler (Universitas Leiden, Belanda), Prof. Dr. Ir. Kuswanto, MP (Universitas Brawijaya) dan Sidi Rana Menggala, Ph. D (Universitas Ghent, Belgia). Ketiga pembicara ini menyajikan sisi unik kelor, cara konservasi dan potensinya sebagai superfood.
Syarat Tumbuh Kelor
Moringa oleifera yang dikenal dengan nama kelor merupakan tanaman 'udik' karena banyak tumbuh di pedesaan. Kelor merupakan sumber herbal berkhasiat berasal dari famili Moringaceae.Â
Berdasarkan sejarahnya, pada tahun 1753, Carolus Linnaeus menempatkan Moringaceae pada kelompok tumbuhan legum Caesalpiniaceae. Beberapa peneliti lainnya malah mengelompokkan Moringaceae ke dalam ordo Violales famili Bignoniaceae.Â
Hasil uji molekuler modern terhadap Moringaceae sukses memasukkan kelor ke dalam kelompok Brassicales. Moringaceae berasal dari ordo Brassicales yang mengandung senyawa glukosinolase dan metabolit sekunder lainnya yang berasa tidak enak untuk menghalau pemakan tumbuhan (herbivora).
Berdasarkan hasil penelitian Prof. Kessler, terdapat 13 spesies atau jenis Moringa yaitu Moringa stenopetala, M. drouhardii, M. ovalifolia, M. hildebrandtii, M. oleifera, M. peregrina, M. concanensis, M. arborea, M. borziana, M. longituba, M. pygmaea, M. rivae dan M. ruspoliana.Â
Dari semua spesies yang telah disebutkan maka M. oleifera yang paling umum ditemukan tumbuh di berbagai tempat. Bentuk buahnya memanjang dan ramping menjadikan pohon kelor disebut sebagai 'drumstick tree'.Â
Sebanyak 11 dari 13 spesies kelor merupakan vegetasi asli yang tumbuh di Afrika, sisanya 2 spesies merupakan tanaman asli di daerah India Utara yang berada di bawah pegunungan Himalaya.Â
Saat ini kelor banyak ditemukan tumbuh di beberapa daerah tropis dan subtropis. Kelor mendulang sukses menjadi komoditi penting di India, Ethiopia, Filipina dan Sudan.Â
Secara umum kelor tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis dengan kisaran suhu 20 sampai dengan 30C, curah hujan 800 -- 2.000 mm per tahun dan pH tanah sekitar 4,5 -- 9.Â
Kelor dapat tumbuh dalam berbagai tipe tanah (liat sampai berpasir) dan kurang menyukai tanah tergenang air. Kelor tahan terhadap kekeringan dan mampu beradaptasi pada suhu lingkungan yang tinggi. Hal ini berarti bahwa kelor mempunyai potensi sangat besar tumbuh di daerah terdampak oleh perubahan iklim global.
M. oleifera adalah spesies terbanyak yang dibudidayakan di seluruh dunia karena mudah tumbuh dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Bukti pernyataan ini adalah biji M. oleifera banyak ditemukan di Sudan.Â
Teknik stek batang M. oleifera banyak dilakukan di India, Indonesia dan Afrika Barat saat bijinya sulit ditemukan. India merupakan produsen M. oleifera terbesar yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan skala rumah tangga dan industri.Â
Terdapat dua macam status kelor liar di alam yaitu terdapat populasi liar terancam punah (M. arborea, M. borziana, M. longituba, M. ruspoliana, M. stenopetala, M. peregrina) dan kelor yang telah punah di alam liar (M. hildebrandtii).Â
Penyebab terancamnya populasi kelor liar di alam karena konsumennya herbivora/ternak ruminansia dan adanya penggembalaan secara berlebihan, meningkatnya permintaan dari populasi lokal mengarah kepada panen berlebihan, terjadinya musim kering ekstrim (walaupun kelor tahan kering) namun dua faktor sebelumnya sangat berkontribusi menurunkan populasi kelor liar di alam.Â
Perlu diketahui bahwa beberapa spesies kelor mempunyai waktu regenerasi yang lambat. Pohon kelor yang dinamakan 'miracle trees' memberikan banyak sekali manfaat.Â
Selain pohon gamal, batang kelor seringkali digunakan sebagai patok pembatas lahan yang akan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu.
Cara menanamnya sangat mudah dengan menggunakan biji kering atau batangnya yang berwarna coklat ditancapkan ke dalam tanah lembab. Biasanya batang kelor lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan bijinya.
Manfaat Kelor Sebagai Herbal Medicine
Terkait dengan potensi kelor maka sebagai bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat dosen Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar, pada bulan Agustus 2022 dicanangkan program mengatasi masalah stunting pada balita dengan menanam kelor di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.Â
Program ini merupakan kerjasama Fakultas Pertanian dan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Maros dalam menanggulangi stunting yang melanda beberapa propinsi di Sulawesi Selatan.
Moringa atau kelor telah digunakan sebagai obat tradisional atau obat herbal dan sumber makanan bernutrisi sekitar tahun 150 Sebelum Masehi.Â
Terkait dengan tujuan pemakaiannya, moringa atau kelor telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Romawi, Yunani, Mesir dan India. Para pejuang India zaman dahulu memakan kelor untuk meredakan sakit dan menambah vitalitasnya.Â
Para raja dan ratu menggunakan kelor sebagai penjaga stamina dan penambah kesuburan. Kelor mengandung semua asam amino esensil, suatu bahan langka ditemukan pada tumbuhan lain.Â
Kenyataan bahwa kelor memiliki nilai nutrisi yang sangat baik menjadikan tanaman ini sebagai sumber makanan yang murah mudah diperoleh di negara berkembang yang penduduknya rawan mengalami kekurangan gizi. Â
Selain asam amino esensil, kelor banyak mengandung antioksidan dan potassium, nilai kolesterolnya sangat rendah, dapat memelihara kestabilan tekanan darah, mencegah tingginya kadar kolesterol, mereduksi asam urat dan sangat baik untuk kesehatan mata.Â
Berbagai macam bagian kelor dapat digunakan sebagai berikut daun kelor berperan mengatasi infeksi bakteri, demam, hepatitis, diare, gondok dan berbagai penyakit lainnya. Daun kelor mengandung 46 tipe antioksidan, lebih dari 92 macam nutrient sehingga menjadi superfood terkenal untuk meningkatkan kesejahteraan manusia (Martin 2014 dalam www.onlinehealthmagazine.com).
Manfaat lainnya dari daun, bunga dan polong muda sebagai sumber sayuran kaya nutrisi (natural nutrition of the tropics). Secara spesifik daun dan buah kelor digunakan untuk sumber makanan lokal (bahan sup, tumis dan kari), pakan ternak dan sangat popular di Eropa digunakan sebagai suplemen bernutrisi. Bunganya digunakan sebagai obat mengobati radang, penyakit otot, infeksi kerongkongan, anti tumor, reumatik dan tonik untuk aborsi.Â
Bunga kelor dilaporkan mampu meningkatkan jumlah sperma lelaki dan meningkatkan peluang menghasilkan sel telur perempuan yang siap untuk dibuahi. Biji kelor digunakan sebagai anti tumor, obat rematik dan penyakit lainnya. Tumbukan kasar biji kelor kering dapat mengendapkan kotoran sehingga menjadi bahan penting untuk menjernihkan air.Â
Flavonoid yang dikandung dalam biji kelor berperan penting mengendapkan kotoran yang terbawa ke dalam air. Minyak yang diekstrak dari biji digunakan sebagai minyak memasak makanan dan bio fuel, ampas biji setelah ekstraksi digunakan untuk bahan penjernih air dan pupuk kaya nutrisi untuk tanaman budidaya.Â
Kulit kayunya digunakan untuk mengobati karies gigi dan bahan baku pembuatan kertas jika ditambah dengan pulp. Akarnya digunakan untuk mengobati karies gigi, demam, asma, diare, sakit kepala dan lain-lain. Getah kelor ampuh digunakan untuk mengobati karies gigi.
Kontribusi Kelor Sebagai Superfood
Superfood dikenal sebagai makanan mengandung nutrisi tinggi dan mempunyai nilai biologis berupa kepuasan karena adanya bioavailability dan bioactivity di dalam tubuh berupa nutrien konsentrasi tinggi.Â
Dominansi sumber superfood berasal dari buah dan sayur sehingga cocok untuk vegetarian, klaim dalam kandungan nutrisinya merujuk kepada kata 'kesehatan'.Â
Secara global superfood berarti makanan super untuk meningkatkan kesehatan. Superfood sangat  kaya dengan kandungan sebagai berikut antioksidan (komponen alami yang melindungi sel tubuh dari kerusakan, menurunkan potensi terjadinya serangan jantung, kanker dan penyakit berbahaya lainnya), mineral (mengandung nutrisi esensil berupa kalsium, potassium dan besi yang membantu pembentukan sel tubuh secara optimal), vitamin (sangat baik mendapatkan komponen organik dari makanan alami seperti superfood dibandingkan dari suplemen).Â
Mengapa kelor terpilih sebagai superfood?
Secara umum kelor mengandung vitamin A, B, C dan mineral penting yang dibutuhkan tubuh. Bii kelor mengandung antioksidan dan vitamin C yang bermanfaat meningkatkan imunitas.Â
Daun kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih tinggi daripada jeruk, vitamin A empat kali lebih banyak daripada wortel, kalsium empat kali lebih banyak daripada susu, potassium tiga kali lebih banyak daripada pisang dan protein dua kali lebih banyak dibandingkan dengan telur.Â
Beberapa hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kelor memiliki booster energi alami, meningkatkan imunitas tubuh, antibiotik, mengobati sakit kepala, migrain, asma, meredakan rematik dan menghambat pertumbuhan tumor.Â
Sejak lama khasiat kelor telah dibuktikan oleh para leluhur. Inilah alasan utama kelor menjadi superfood karena kelor mampu meningkatkan daya tahan tubuh, detoksifikasi racun di tubuh dan aman untuk dikonsumsi.
Konservasi Bahan Baku Superfood
Di dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri, harus dilakukan penanaman kelor secara besar-besaran dan konservasi jenis kelor liar. Konservasi eks- situ dilakukan dengan memelihara dan meningkatkan keanekaragaman genetik potensil dari spesies kelor yang terancam punah.Â
Keuntungan adanya tempat perbanyakan kelor di dalam botanic garden atau kebun raya adalah dapat dijadikan sebagai tempat penelitian, biji kelor dapat disimpan dan ditukar dengan kebun raya lain yang memiliki spesies berbeda, ruang edukasi masyarakat tentang manfaat dan pentingnya kelor dalam meningkatkan kesehatan manusia.Â
Sebagai gambaran konservasi eks-situ, M. oleifera ditemukan dalam jumlah terbanyak di dalam lokasi penangkaran eks-situ (113 lokasi), M. drouhardii (38 lokasi), M. peregrina (22 lokasi), M. hildebrandtii (21 lokasi), M. stenopetala (19 lokasi), M. ovalifolia (18 lokasi), M.borziana (5 lokasi), M. rivae (2 lokasi) dan M. concanensis (1 lokasi).Â
Sisanya yaitu M. arborea, M. longituba, M. pygmaea dan M. ruspoliana tidak ditemukan tumbuh di kebun raya. Sebagai gambaran umum, setiap bagian kelor liar menyediakan keuntungan medis antara lain daun M. concanensis dimanfaatkan untuk mengobati tumor luar, getah M. rivae dipakai untuk mengobati arthritis atau rematik, akar M. stenopetala digunakan untuk mengobati malaria dan diabetes atau kencing manis (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H