pamer kekayaan telah dilakukan oleh segelintir orang yang secara sengaja menyiarkannya  ke dalam media sosial semakin gencar  seiring dengan berkembang pesatnya teknologi digital. Saat ini kemudahan akses internet memberikan peluang sangat besar kepada  seseorang menunjukkan kemampuannya untuk tenar melampaui manusia lainnya.Â
FenomenaParade pamer kekayaan yang dimiliki oleh seseorang yang sounding di media sosial  juga bervariasi sumbernya: ada yang kekayaannya berasal dari warisan orang tua, hasil kerja keras mandiri dan sultan dadakan karena berhasil menjebak orang dengan janji manis meraup keuntungan bisnis yang ternyata abal-abal.Â
Kepemilikan harta kekayaan terakhir disebut merupakan sesuatu yang dilaknat oleh Tuhan. Pamer kekayaan ala crazy rich yang saat ini pelakunya diproses secara hukum, sangat tidak dibenarkan menjadi panutan generasi muda masa kini. Memang benar pelaku penipuan sudah mendapat hukuman, namun awan gelap masih menaungi nasib puluhan korban penipuan itu.
Perilaku foya-foya dengan menggunakan uang hasil tipu daya sangat tidak pantas disajikan untuk konsumsi publik. Belanja belanji ala crazy rich sangat bertolak belakang dengan raungan tangis para korbannya. Â Apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur karena crazy rich ini sungguh tega melakukan tindakan sadis karena sukses menghancurkan kehidupan orang lain untuk menaikkan derajatnya.Â
Jika ditilik secara mendalam, korban ini terpikat oleh bujuk rayu crazy rich karena adanya  keinginan meningkatkan taraf hidup dan status sosial di mata masyarakat. Sayangnya  kecelakaan berpikir para korban yang terperangkap bujuk rayu manis manja menyebabkan mereka kehilangan  sejumlah uang yang sangat fantastis nilainya.
Sifat Hakiki Manusia dan Realisasi Keinginan Terpendam
Manusia adalah makhluk sosial yang diberikan kesempurnaan oleh Tuhan dalam menjalankan perannya di dunia. Sifat dasar manusia yang selalu ingin menunjukkan kelebihannya kepada orang lain merupakan landasan timbulnya fenomena pamer kekayaan.Â
Adanya rasa puas seseorang menunjukkan berbagai barang mewah yang dimilikinya kepada publik menunjukkan  bahwa fenomena ini berdampak sangat buruk kepada penontonnya yang berusia belia. Otak yang menjadi perangkat memori vital manusia merekam lengkap setiap peristiwa yang terjadi tanpa melakukan filterisasi di dalamnya. Filter yang dimaksud disini adalah kedalaman berpikir serta tingkat kematangan dalam mengelola emosi dan kepekaan hati nurani.Â
Timbulnya  kepekaan nurani terhadap perasaan atau derita orang lain dilandasi oleh keyakinan bahwa sifat menipu sangat tercela di hadapan Tuhan. Crazy rich yang terlihat membelanjakan uangnya  tanpa kendali  hanya memikirkan kesenangan dirinya sendiri dan sudah tebal muka dengan kutukan orang yang mengiri dengan kekayaannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masa remaja merupakan fase paling rentan dalam mencari jati diri dan menunjukkan eksistensinya kepada khalayak. Remaja yang menjadi influencer di media sosial mempunyai akun yang memiliki hak penuh mengendalikan media itu untuk menunjukkan eksistensinya. Mereka memanfaatkan media online dengan sebaik-baiknya  untuk menarik follower berdasarkan gaya 'suka-suka' yang dimilikinya. Sebaliknya, remaja yang bijak memanfaatkan Instagram dan TikTok telah menggunakan media itu untuk membagikan berbagai tips memasak, membuat kerajinan tangan atau pengetahuan lainnya.Â
Kehidupan kota besar yang gemerlap dan kaya warna sangat memikat seperti halnya kehidupan semu yang ditayangkan dalam sinetron televisi. Di dalam circle kehidupan kota besar, terdapat remaja yang memang senang membagikan berbagai barang mewah, fasilitas mentereng  dan segala kemudahan dalam memilikinya. Umumnya setelah pamer kekayaan kepada publik, kaum suka pamer ini merasa sangat puas karena tayangan itu merupakan maklumat kepada masyarakat bahwa taraf kehidupannya telah berada dalam tingkat dewa dan tidak mudah disaingi oleh orang lain. Sifat arogan yang muncul karena merasa super dan tidak terkalahkan akhirnya menjurus kepada perilaku yang merugikan orang lain. Padahal sumber kekayaan yang menjadi ajang pamer seringkali merupakan aib oknum yang harus ditutup dengan sebaik-baiknya.
Kriminalisasi Sebagai Dampak Pamer Kekayaan
Fasilitas melimpah yang tersaji di depan mata membuat remaja lainnya yang hidup dalam kondisi serba kekurangan merasakan minder, timbulnya pemberontakan dalam hati -- menyesali keadaan mengapa terlahir dalam keadaan miskin. Tekanan beban hidup yang datang setiap hari seringkali  begitu hebat dan akhirnya menimbulkan niat mendapatkan segala sesuatu yang diinginkannya dengan cara apapun.Â
Rasa frustrasi dan putus asa sebagai orang miskin semakin tidak terkendali saat remaja mendapat bully atau perundungan dari teman sebayanya. Tekanan batin, tingkat emosi labil, kurangnya komunikasi dengan orang tua dan tidak adanya landasan agama menyebabkan terjadinya berbagai tindakan kriminal antara lain: remaja melakukan tindakan pencurian, jambret, pengedar narkoba dan menghilangkan nyawa orang lain demi mendapatkan rupiah. Berdasarkan hasil penyelidikan ditemukan fakta bahwa mayoritas pelaku kriminal belia ini menyatakan faktor ekonomi sebagai alasan utamanya melakukan kejahatan.
Adanya remaja atau orang yang telah melakukan tindak kejahatan di sekitar kita pasti menimbulkan rasa tidak nyaman, kuatir dan cepat mencurigai orang asing. Sifat ini sangat berlawanan dengan ciri khas masyarakat Indonesia yang identik dengan keramahan dan sifat yang mudah menolong. Saya mengakui bahwa  kondisi rawan kriminal menyebabkan perasaan kita sangat sensitif dan mudah curiga kepada orang yang tidak dikenal.  Berkaitan dengan kondisi rawan kejahatan di tengah situasi kesulitan ekonomi, para influencer yang terlihat glamour dan suka pamer kekayaan sebenarnya  telah menyedekahkan nyawanya kepada kriminalitas karena memamerkan  harta yang berpotensi untuk dirampok oleh oknum pelaku kejahatan.
Tren pamer kekayaan yang menimpa remaja dan orang dewasa dapat dihentikan  dengan disiplin menerapkan beberapa poin penting yang tertulis sebagai berikut:Â
1) menanamkan nilai agama sejak dini kepada anak karena keluarga merupakan cikal bakal terbentuknya mental anak yang akan berinteraksi dengan masyarakat;Â
2) menanamkan sikap kepada anak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mampu menjaga marwahnya sebagai bangsa bermartabat, salah satunya dengan cara tidak melakukan pamer kekayaan kepada teman atau tetangga yang hidup kekurangan. Perilaku bersyukur dengan kehidupan sederhana dan memahami penderitaan orang lain merupakan perisai ampuh membangun mental generasi emas yang disegani oleh kawan dan lawan;Â
3) sekolah sebagai Lembaga Pendidikan memfasilitasi wadah untuk pengembangan kreativitas siswa dan menindak tegas siswa yang melakukan perundungan berupa pamer kekayaan kepada siswa lainnya;Â
4) diberlakukannya Undang-Undang yang mengeliminir jenis tayangan di televisi dan media sosial menjurus kepada pamer kekayaan;Â
5) disahkannya Undang-undang mengatur pajak ketat dan tidak tebang pilih  untuk pemilik barang mewah siapapun orangnya; danÂ
6) sanksi atau hukuman yang berat untuk crazy rich yang menjadi tukang pamer sekaligus  pelaku kriminal penipuan yang merugikan masyarakat supaya terjadi efek jera.
Bulan Ramadan nan suci telah berada di depan mata. Umat muslim seluruh dunia telah siap untuk melaksanakan ibadah puasa. Saatnya kita mensucikan diri dengan harta yang kita punyai.Â
Mata telanjang melihat dengan jelas bahwa harta duniawi yang melimpah tidak dapat dibawa ke akhirat karena jenazah hanya dibungkus dengan kain kafan. Ternyata harta itu dapat menjadi penolong pemiliknya saat sudah meninggal. Caranya untuk mendapatkan amalan dari harta yang dimiliki selama didunia adalah rutin memberikan sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim. Harta yang disedekahkan dapat mengundang datangnya rezeki dari arah yang tidak pernah diduga. Selamat menunaikan ibadah berpuasa di bulan Ramadan (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H