Gulma alias tumbuhan liar yang merugikan lahan pertanian telah lama dianggap sebagai pesaing dalam sistem budidaya tanaman.
Rumput merupakan salah satu gulma yang sangat mudah tumbuh di berbagai tempat utamanya di dekat aliran air, lapangan, tepi kolam, tanah lembab dan lain-lain.
Terdapat dua macam gulma yang hidup di alam yang dibedakan berdasarkan bentuk daunnya yaitu: vegetasi berdaun sempit dan daun lebar.Â
Tumbuhan liar atau gulma berdaun sempit terbagi lagi menjadi kelompok rumput (grass) dan teki (sedges). Walaupun terlihat sama, rumput dan teki mempunyai perbedaan mendasar: Batang rumput bentuknya bulat dan batang teki berbentuk segitiga. Selain perbedaan performa fisik, tempat tumbuh gulma juga berbeda yaitu: darat dan air.Â
Realitas Gulma di Lahan Pertanian
Beberapa fakta gulma dianggap sebagai organisme yang memberikan dampak negatif yaitu: kemampuan tumbuh gulma lebih cepat dari tanaman milik petani.
Tumbuhan liar ini mampu merampas unsur hara dan air yang berada di dalam tanah, ruang tumbuh serta cahaya matahari sebagai komponen penting melakukan fotosintesis.
Daun gulma yang tumbuh subur telah menutup tanaman di bawahnya sehingga tidak mendapatkan cahaya. Hal ini menyebabkan tanaman budidaya kerdil performanya.
Terdapat jenis gulma penghasil cairan beracun dari akarnya (dinamakan allelopati) yang mampu mematikan tumbuhan lain di sekitarnya. Alang-alang penghasil allelopati menyebabkan tanah miskin hara dan tandus.Â
Para ahli lingkungan memandang penyebaran gulma sangat cerdas dengan cara memanfaatkan seluruh potensi diri dan habitatnya yaitu: biji kecil dan bersayap sehingga mampu terbawa angin, dihanyutkan air, terikut pada tanah, hasil panen, melekat di badan manusia (topi, baju, celana, sepatu) dan kotoran di alat pertanian.
Telah lama diketahui bahwa petani menyiangi secara berkala gulma khususnya rumput untuk mengurangi terjadinya kompetisi mendapatkan nutrisi dengan tanaman budidaya.