Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Belalang Hama Perusak Tanaman Pertanian

1 Februari 2023   21:30 Diperbarui: 1 Februari 2023   21:32 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Degradasi kualitas  lingkungan telah mengubah drastis posisi berbagai organisme yang berada di dalam rantai makanan. Hilangnya satu komponen menyebabkan meledaknya populasi jenis organisme tertentu, salah satunya adalah belalang. Belalang hama telah menjadi momok sebagai perusak tanaman pertanian. Berkat kecanggihan teknologi, kita sudah dapat menyaksikan peristiwa langka yang dulu hanya dapat didengarkan ceritanya. Rekaman video memperlihatkan pemandangan swarm atau kawanan belalang tumpah ruah di daerah Sumba Timur.  Sungguh mengerikan melihat hamparan tanah berwarna coklat dan lingkungan sekitarnya tertutup oleh ribuan belalang kembara Locusta migratoria. Jenis belalang ini terkenal sebagai penerbang kuat dan mampu bermigrasi ke daerah lain dalam waktu singkat. Serangan ribuan belalang  pastilah menimbulkan rasa panik dan ngeri tentang masa depan pangan yang berada di wilayah terdampak.

Jenis Belalang dan Peranannya di Alam

Serangga bersayap lurus yang masuk ke dalam kelompok Orthoptera ini mempunyai ciri khusus kaki belakangnya panjang, berduri, kuat dan lincah digunakan untuk melompat. Belalang masih berkerabat dengan jangkrik dan mole cricket (Gryllotalpa sp.). Jangkrik merupakan serangga bernilai ekonomis tinggi karena telurnya dijadikan pakan burung bernyanyi. Locusta migratoria dari famili Acrididae merupakan hama belalang yang terkenal ke seluruh dunia karena sifatnya sangat merusak tanaman budidaya dalam hamparan luas dan sulit dikendalikan. Kemampuan belalang hama beradaptasi secara cepat di lingkungannya membuatnya unggul dalam jumlah populasi dan banyaknya tanaman yang diserangnya.

Perlu diketahui bahwa tidak semua belalang merugikan petani. Terdapat jenis belalang yang memakan serangga kecil, contohnya Conocephalus longipennis atau belalang pedang famili Tettigoniidae.  Serangga betina Conocephalus longipennis mempunyai ciri khas alat peletak telurnya berbentuk panjang mirip pedang sehingga mudah ditusukkan ke dalam tanah. Selain memakan telur serangga, penggerek batang padi dan ulat penggulung daun, Conocephalus longipennis juga ditemukan memakan daun dan kecambah yang baru tumbuh. Perilaku belalang pedang tidak destruktif seperti ulah Locusta migratoria, kerabatnya yang berada di Waingapu. Sebagai tambahan informasi, Rubia et al. (2012) telah berhasil membiakkan secara massal Conocephalus longipennis di laboratorium. Belalang pedang  menyelesaikan siklus hidupnya mulai dari telur sampai menjadi serangga dewasa sekitar 142 sampai dengan 182 hari dengan prediksi kemampuan bertahan hidup mencapai 80%. Perilakunya rakus menyebabkan makanan yang sesuai untuk perbanyakannya adalah ulat penggerek jagung.

Mengapa Populasi Belalang Eksplosif Tidak Terkendali?

Kasus serangan belalang yang terjadi di Waingapu Sumba Timur dan terekam video pada awal tahun 2023 telah menarik perhatian pemerhati lingkungan. Belalang adalah serangga pemakan rerumputan sehingga berpotensi menyerang padi dan jagung  berasal dari famili yang sama yaitu Graminae. Mandibel atau semacam gigi merupakan perangkat mekanis kuat sangat mendukung kerusakan yang ditimbulkannya. Mandibel mampu mengoyak daun dan serat batang tanaman pakannya. Belalang mempunyai sayap kaku dan kuat serta kemampuannya berpindah ke tempat jauh menyebabkan serangga ini sukses menebar teror untuk petani yang sedang menanti hasil panennya.

Jika melihat kasus serangan belalang yang terjadi di wilayah timur Indonesia, kondisi iklim cenderung kering dan lingkungan dominan sabana memang mendukung perkembangbiakan serangga perusak ini.  Umumnya belalang betina Locusta migratoria meletakkan kelompok telurnya di dalam tanah lembab. Satu kelompok telur berisi sekitar 250 -- 300 butir telur yang berada dalam rangkaian.  Fase telurnya membutuhkan waktu sekitar sepuluh bulan untuk menetas menjadi nimfa atau anakan belalang. Ciri khas nimfa adalah: bentuknya mirip induknya, warna tubuhnya lebih muda, sayap dan alat kelaminnya belum terbentuk sempurna.  Lamanya fase telur memberikan keuntungan bertahan hidup melalui musim panas yang suhunya kurang mendukung. Saat hujan turun membasahi bumi, cangkang telur pecah dan mengeluarkan nimfa kelaparan. Umumnya serangga mencari makanan berdasarkan pada indra penciuman dan perabanya yang berada di antena dan alat mulut. Desakan perut lapar menyebabkan nimfa makan daun hijau yang berada di sekitarnya. Belalang termasuk serangga rakus dan menyerang tanaman pertanian secara berkelompok. Kelompok belalang yang tertangkap video di Sumba Timur sangat mampu merusak pertanaman jagung dan tanaman budidaya lainnya secara cepat.

Penggunaan pestisida kimiawi di masa lalu untuk menangani organisme perusak tanaman di lahan pertanian turut memberi andil melimpah ruahnya belalang yang menyerang tanaman petani. Serangga mempunyai kemampuan resistensi untuk bertahan hidup di lingkungannya. Saat serangga disemprot dengan insektisida kimiawi, sebagian populasinya langsung mati, yang selamat segera melarikan diri ke tempat lain. Daya tahan dan adaptasi berbeda dari suatu jenis serangga memungkinkan belalang yang selamat dari semprotan insektisida menghasilkan keturunan kebal terhadap bahan kimiawi berbahaya itu.  Keturunan belalang kebal insektisida dan kawin dengan populasi yang terdapat di habitat tanaman pakan menyebabkan lahirnya generasi yang daya rusaknya melampaui pencapaian leluhurnya di masa lalu. Selain mematikan organisme target, semprotan insektisida juga berkontribusi pada kematian hewan lain yang berperan sebagai musuh alami, penyerbuk dan dekomposer. Hal ini memberikan ruang untuk tumpah ruahnya populasi belalang di suatu daerah tertentu. Ular, katak dan burung yang menjadi penghuni ekosistem pertanian dan berperan sebagai musuh alami potensil belalang ikut musnah terkena racun insektisida. Selain mematikan organisme target, perlu diketahui bahwa terdapat pestisida tertentu yang berpotensi meningkatkan kesuburan serangga dan tanaman budidaya. Pestisida seperti ini merangsang terbentuknya lebih banyak telur di dalam rahim betina. Pemakaian insektisida kimiawi melampaui dosis anjuran dan penggunaan pupuk nitrogen secara berlebihan juga menyebabkan performa tanaman terlihat lebih hijau,  tetapi batangnya mudah rebah dan sukulen (mengandung banyak air).

Penggunaan bahan kimiawi di lahan pertanian yang merusak ekosistem, pertanaman secara monokultur dan tidak serentak  juga memberikan ruang untuk eksistensi kaum belalang. Tersedianya sumber pakan melimpah dan hilangnya musuh alami sebagai pengontrol populasi belalang menyebabkan derasnya air mata petani. Keunggulan rotasi tanaman adalah: memutuskan siklus hidup serangga hama karena tidak tersedianya pakan, meningkatkan pendapatan petani dan menyuburkan tanah. Sejak lama tanaman kacang-kacangan dipercaya sebagai sumber nitrogen alami karena bintil akarnya yang berisi bakteri Rhizobium mampu mengikat nitrogen dari atmosfer.

Kemampuan manusia khususnya petani dalam mengelola lahannya menentukan perkembangan generasi bangsa di masa depan. Derasnya penggunaan bahan kimiawi dan kontribusinya pada tumbuh kembang tanaman budidaya merupakan keputusan petani sebagai pelaku utama di sektor pertanian. Selain kultur teknis berupa rotasi tanaman sebagai  alternatif pengendalian belalang hama, penggunaan mikroba entomopatogen juga berpotensi menurunkan populasinya. Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae merupakan jamur entomopatogen yang mudah untuk dibiakkan dalam skala luas.  Kedua jenis entomopatogen ini tidak berbahaya untuk manusia dan hewan lainnya karena mereka hanya menginfeksi organisme yang menjadi targetnya. Pangan yang aman untuk konsumen harus menjadi prioritas  menghasilkan produk pertanian. Keterlibatan instansi terkait dan perguruan tinggi dalam penyuluhan tentang keamanan pangan dan potensi cemaran pestisida sangat bermanfaat meningkatkan kualitas produk pertanian di masa mendatang. Edukasi ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang bahaya bahan kimiawi yang diaplikasi ke lahan pertanian. Kurangnya aplikasi bahan kimiawi secara berangsur-angsur memulihkan populasi musuh alami yang hidup di habitat tanaman budidaya (srn).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun