Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bakul Online

29 Januari 2023   09:36 Diperbarui: 29 Januari 2023   09:40 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkembangnya peradaban manusia dapat dilihat dengan terjadinya transaksi jual beli yang  berlangsung sejak beberapa abad lalu. Pada mulanya, transaksi dilakukan dengan barter atau bertukar barang kebutuhan. 

Masyarakat yang bertinggal di pegunungan bertemu dengan masyarakat penghuni pantai. Mereka saling menukar bahan makanan yang sama nilainya, contohnya beras ditukar dengan beberapa ekor ikan. Selain barter menggunakan barang, dikenal pula metode pembayaran menggunakan mata uang dan logam mulia lainnya. Seiring berjalannya waktu, eksistensi manusia juga terus berkembang mengikuti peradaban yang didukung teknologi.

Kaum Adaptif di Masa Pandemi Covid-19

Eksistensi atau keberadaan berasal dari bahasa Latin existere (ex= keluar dan sistere= tampil atau muncul). Fenomena eksistensi seseorang yang menjadi  influencer dadakan muncul silih berganti meramaikan panggung Indonesia. Para inluencer ini meraup rupiah dengan konten endorse yang dimilikinya. Perkembangan teknologi komunikasi virtual atau media sosial memang diyakini sukses menjadi ladang sangat lembab bertumbuhnya jamur beraneka warna. Tersedianya YouTube, Instagram, Facebook, Twitter dan media komunikasi lainnya  memberikan peluang  sangat besar seseorang menunjukkan jati dirinya. Salah satu contoh nyata berkaitan dengan metamorfosis   sektor perekonomian selama masa pandemi Covid-19 adalah laman jual beli online. 

Sebelum terjadinya wabah virus Corona, pusat perbelanjaan  selalu melimpah dikunjungi masyarakat untuk berbelanja atau sekedar mencuci mata bersama keluarga. Membuka toko konvensional memerlukan dukungan dana sangat besar untuk sewa tempat di lokasi strategis,  memilih dan membeli barang dagangan yang selalu dicari konsumen, memikirkan kiat khusus promosi barang dagangan anti mainstream serta rupa-rupa keriuhan lainnya. 

Bukan hanya modal yang dibutuhkan untuk berdagang namun bakat promosi dagangan dan tips menarik pembeli juga memegang andil menarik pelanggan berbelanja di tempat tertentu. Bukan hanya manusia yang eksis, konten hewan peliharaan juga mempunyai andil besar dalam perputaran uang di dunia maya.

Beberapa tahun sebelum terjadinya wabah virus Corona, seorang teman saya mencoba peruntungan membuka toko baju konvensional. Saya menahu bahwa ibu ini orangnya sangat pendiam dan tidak punya bakat berdagang. Dia berani mengambil resiko besar karena tergiur iming-iming mendapatkan penghasilan tambahan untuk menghidupi keluarganya. Dengan bantuan seorang calo, dia berhasil menyewa sebuah kios sempit di pusat perbelanjaan yang menawarkan baju, jilbab, mukenah dan produk garmen lainnya. 

Saat saya kunjungi kiosnya, hati ini sungguh pilu melihatnya. Kios baju muslimnya berada di sebuah sudut di lantai tiga yang sepi. Pusat perbelanjaan itu terdiri dari bangunan tiga lantai tanpa fasilitas lift. Umumnya pengunjung paling jauh menaik sampai ke lantai dua dan jarang menengok ke lantai tiga. Mereka malas menaik ke lantai yang lebih tinggi  karena pengunjung  tumpah ruah  di lantai pertama. Saat itu terdapat tiga kios penjual baju di lantai tiga. Dua penjual lainnya berdampingan menempati kios baju muslim yang berada dekat tangga. 

Kata teman saya, kios yang posisinya berada dekat tangga sangat mahal harga sewanya. Uangnya tidak mencukupi untuk menyewa tempat eksklusif itu sehingga dia diarahkan oleh pengelola gedung membuka kios baju di sebuah sudut yang kurang strategis letaknya. Tidak sampai seumur jagung, teman saya sukses menutup kios tersebut. Dia merugi puluhan juta rupiyah dan jera melanjutkan bisnisnya.

Saat pandemi Covid-19 dilakukan pembatasan sosial berskala besar menjaga jarak dan  menghindari kerumunan. Hal ini membuat masyarakat harus bertinggal di dalam rumah dan keluar hanya untuk keperluan sangat penting, contohnya ke apotik atau membeli makanan.  Situasi serba terbatas ini telah dimanfaatkan oleh mereka yang jeli melihat peluang meraup rupiyah  dari situasi working from home. Jual beli bakul online begitu marak  dan keuntungannya sangat fantastis alias mampu melampaui  pencapaian toko konvensional. 

Proses belanjanya anti ribet, hanya memanfaatkan ponsel atau laptop berbasis jaringan internet. Pelanggan mengunjungi laman tertentu, memilih barang dengan membaca spesifikasinya secara runtut, memasukkannya ke dalam keranjang dan melakukan transaksinya. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19, barang pesanan datang setelah dibayar  tunai via transfer bank. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun