Mohon tunggu...
Sri Bintang Wahyu Kenoko
Sri Bintang Wahyu Kenoko Mohon Tunggu... -

Hiduplah dengan budaya. Jadikan budaya sebagai tirani kehidupan untuk bangkitnya peradaban yang berkemajuan namun tetap pada tatanan idealis, nasionalis, fundamentalis dan supranaturalis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konsepsi Rindu pada Habib Rizieq Shihab

23 September 2018   16:19 Diperbarui: 23 September 2018   16:48 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hidup di zaman yang penuh dengan senda gurau, memaksa kita sebagai manusia yang memiliki tujuan hidup untuk mengembangkan serta mempertahankan tujuan yang hendak diraih. Sebagai seorang muslim tentunya kita yakini bahwa kita hidup di penutup zaman atau akhirul zaman. Ya, hidup di akhir zaman banyak sekali kita dapati problematika hidup terkhusus sebagai warga negara Indonesia. 

Akhir zaman sangat kental sekali dalam perbincangan-perbincangan Nabi Muhammad SAW dengan para sahabatnya pada zaman dahulu. Nabi banyak menjelaskan dan mengingatkan beberapa kejadian-kejadian yang akan terjadi di akhir zaman yang di situ terdapat himbauan, berita baik, dan berita yang membuat kita takut dalam hal ini takut untuk senantiasa dekat dan beriman kepada Allah SWT. 

Hidup di akhir zaman merupakan tantangan berat bagi kita selaku umat Islam, karena kita dapati banyak permasalahan umat mulai dari perbedaan pendapat, persekusi, sampai kepada redupnya jati diri seorang yang ber-Islam dan identitas diri sebagai umat Islam. Namun, di balik itu semua banyak sekali dalam pribadi setiap muslim untuk terus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang pada dasarnya mereka faham bahwa perpecahan itu adalah sesuatu yang tidak mengenakkan dalam suatu kaum atau umat. 

Di balik pergunjingan yang terjadi akhir-akhir ini, semua hanyalah proses menuju persatuan yang  kita sendiri pernah merasakan indahnya persatuan Islam yang pernah kita rasakan bersama. Ketika itu ada banyak ulama yang berkumpul dengan satu tujuan, yakni bersatu. 

Habib Rizieq Shihab memperkenalkan bentuk aktualisasi persatuan umat dengan berkumpulnya masa umat Islam. Pribadi ini (penulis) jika ingin egois untuk menyalahkan serta menuduh bahwa Habib Rizieq Shihab adalah tokoh makar bagi bangsa ini, maka jelas bahwa pemakar sebenarnya adalah pribadi ini yang egois menyatakan bahwa beliau bersalah secara sepihak. 

Untuk apa seorang tokoh sekaligus ulama besar menghimpun umat sedemikian banyak hanya untuk memakar atau bahkan mengubah ideologi negara? padahal jelas telah beliau sampaikan bahwa beliau cinta akan tanah air, NKRI, dan Pancasila. Sangat tidak etis bagi pribadi-pribadi yang menuduh seorang tokoh besar yang memiliki pangkat Pendidikan yang tinggi dan seharusnya kita hormati.

Ya, disisi lain banyak sekali kontroversi yang beliau lakukan salah satunya berceramah dengan nada keras lagi kasar. Namun, semua itu tidak lain dan tidak bukan bentuk dari kepribadian yang pada dasarnya sudah melekat dalam dirinya. Setiap kejadian yang menyangkut namanya, banyak umat Islam yang berkumpul dan datang untuk melindunginya dengan dalih cinta dan semangat persatuan. 

Imbasnya, saat ini banyak diantara umat Islam merindukan sosok Habib Riezieq untuk kembali bersama-sama dengan umat untuk menyelesaikan permasalahan umat untuk kepentingan Bersama.

Ciputat, 23 September 2018

Bintang Wahyu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun