Pada artikel kali ini saya hanya ingin berbagi cerita pribadi bagaimana melatih anak mengatur keuangan sendiri secara mandiri yang saya terapkan sejak dini pada anak-anak saya. Kita sebagai orang tua bisa melatihnya dengan cara yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.Â
Pada pengajaran dini ini orang tua yang membimbing serta memberikan arahan dan kepercayaan pada anak. Begitu juga tentang penanaman disiplin, kejujuran dan tanggung jawab yang wajib diterapkan pada anak mulai dari usia dini.
Saya memulainya dengan memberikan uang saku pada anak saya pada saat anak saya kelas 2 Sekolah Dasar.Â
Pada waktu itu saya masih kerja dan saya memberikan uang saku pada saat saya gajian sebulan sekali. Karena waktu SD masih ada jemputan (jadi tidak saya kasih uang transport) maka kalkulasi saya uang saku yang saya berikan hanya untuk jajan saja ditambah uang iuran sukarela setiap hari jumat.Â
Misalkan budget jajan yang saya berikan perhari Rp.10.000 dan uang sukarela Rp.3000 maka uang yang saya berikan dikalikan berapa hari masuk sekolah. Misalkan per bulan saya hitung masuk sekolah 23 hari. Maka uang saku yang saya berikan Rp.10.000 x 23 = Rp.230,000 ditambah uang infak hari jumat Rp.3000 x 4 = Rp.12,000. Jadi total per bulan Rp.422.000.Â
Saya memberikan 2 dompet ke anak saya. Dompet pertama buat uang yang diterima dari saya dan dompet kedua yang digunakan untuk uang sisaan uang saku (jadi semacam tabungan pribadi sisa uang saku).Â
Dompet pertama akan otomatis habis setiap akhir bulan dan idealnya dompet kedua akan terisi terus biarpun sedikit-sedikit. Disini anak akan saya latih untuk tidak minta uang tambahan apabila tiba-tiba ada iuran mendadak yang kisarannya tidak terlalu banyak. Seperti contohnya saweran seribu atau dua ribu rupiah apabila ada orang tua murid atau anak yang sakit.Â
Ini saya terapkan mulai dari anak pertama saya SD kelas 2. Dan saya bersyukur bisa berjalan sesuai dengan arahan dari saya. Sebagai catatan anak saya waktu itu pulang sekolah jam satu jadi bisa makan siang di rumah dan saya anjurkan agar selalu bawa air minum dari rumah, berangkat sekolah sealu sudah sarapan dan minum susu.
Nah pada saat SMP karena sudah tidak ada jemputan maka ditambahkan uang transport yang saya hitung sesuai dengan angkutan umum yang dipakai. Dan pulang sekolahnya sudah jam setengah tiga dilanjutkan les, maka ditambah uang makan siang.Â
Apabila dia kebetulan diajak bareng pulang atau berangkat sekolah dengan teman sekolahnya maka uang transportnya akan masuk ke dompet kedua sebagai tabungan atau uang cadangan yang bisa dipakai buat keperluan pribadi. Suatu hari anak saya mau nonton dan ijin ke saya
"Bu, saya mau nonton sama teman-teman. Film nya bagus bu dan uang tabungan saya masih ada buat beli tiketnya" katanya pada suatu hari