Tinggal dekat dengan ibukota kira-kira 20km, disebuah kota yang dijuluki kota hujan. Sebenarnya saya malu pada diri saya sendiri. Tinggal di kota gitu lho tapi eh  tapi kok belum siyap ya dengan adanya TV digital yang sudah diiklankan dan digembar gemborkan di TV, radio maupun media sosial. Asli ngakak pengin ketawa sendiri.Â
Nggak nyadar pas hari ini nyalain TV eh kok nggak ada siaran yang nyaut alias mati total. Ternyata TV analognya sudah di non aktif kan. Sedih banget, asli. Saya pikir kalau TV LCD semua sudah otimatis TV digital makanya saya santai-santai saja. Ternyata eh ternyata baru nyadar kalau TV itu belinya berpuluh-puluh tahun yang lalu. Ya sudahlah sementara nunggu sebelnya ilang, ntaran baru beli STB nya.
Apakah saya satu-satunya orang yang syok karrna TV mati total? Ternyata tidak. Banyak juga ibu-ibu yang malah nggak ngeh kalau TV analog nya sudah di non aktifkan dan sibuk putar-puter antena. Ya ampun segitunya kita yang ada di kota lho. Bagaimana nanti saudara-suadara kita di daerah?
Ah entahlah. Saya hanya pengin curhat saja hari ini. Berbagai rasa berkecambuk gegara TV mati total. Sebel, lucu, aneh ah... Sementara kebutuhan hidup meningkat ditambah lagi harus pula beli STB atau tidak nonton TV sama sekali. Duh indahnya hidup ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H