Pada saat saya masih sekolah, PR atau Pekerjaan Rumah adalah hal yang wajib dari guru. Setiap hari guru pasti memberikan PR. Lantas seberapa efektifkah PR bagi anak? Mungkin bagi seangkatan saya dulu sangat efekti karena jam sekolah hanya sampai jam 12 siang dan pada saat itu belum musim les. Temen-temen saya yang nota bene anak orang mampupun tidak ada yang mendatangkan guru les ke rumah. Dan tempat lespun dibilang tidak ada. Paling banter belajar kelompok untuk menyelesaikan PR atau tugas dari guru. Tujuan utama guru memberikan PR pasti baik yaitu agar anak mereview kembali pelajaran yang sudah diterima di sekolah.
Bagi anak-anak yang rajin, PR adalah hal yang membuatnya sangat bahagia (seperti si Mey-Mey pada serial Upin Ipin yang selalu bilang "saya suka, saya suka" setiap kali dikasih PR gurunya). Mereka akan mengerjakan PR sepulang sekolah dan pada malam harinya belajar sesuai dengan jadwal besoknya yang akan diajarkan guru. Bahkan pada saat itu saya mempunyai dua orang teman sekelas yang rajinnya melebihi batas. Coba bayangkan, pada saat dikelas baru membahas bab 2, temen saya sudah mengerjakan latihan dan membaca sampai bab 6. Duh ini sih kebangetan rajinnya. Tapi adalah kelemahannya yaitu anak ini tidak mempunyai teman, tidak bisa bergaul, tidak pernah bermain karena semua waktunya dipakai untuk belajar.
Lalu bagaimana dengan anak yang moody seperti saya yang mood nya banyak malasnya daripada rajinnya. PR adalah hal yang sangat menyiksa. Dengan adanya PR maka akan mengurangi waktu bermain dengan teman. Nah untuk anak tipe ini, mereka akan mengerjakan tugas atau PR dari gurunya bukan pada hari yang sama pada saat terima PR akan tetapi akan dikerjakan pada jadwal berikutnya. Misalkan hari ini Senin ada PR matematika yang harus dikumpul hari Rabu pada saat ada pelajaran itu lagi. Anak tipe ini akan mengerjakannya pada hari Selasa malam, atau bahkan ada yang lebih parah lagi mereka mengerjakan disekolah pada saat pelajaran akan dimulai. Nah lo, gimana kalau begini keadaannya?
Peran orang tua sangat penting dalam hal ini yaitu memonitor belajar anak. Apabila anak masih sekolah SD atau SMP akan lebih mudah memantaunya daripada anak SMA. Kesulitan mungkin dialami oleh orang tua yang keduanya kerja. Solusinya mungkin dengan menitipkan anak ke guru agar diberikan les private. Hal ini yang dulu saya lakukan pada saat saya masih aktif kerja.
Pengalaman yang saya alami di International School di Phnom Penh pada saat anak kedua saya masih duduk di Elementary School. Mulai sekolah jam 8 dan pulang jam 4 sore. Seharian sekolah dan dipastikan sudah sangat capek. Sekolah ini menerapkan sistem buku ditinggal di sekolah dan tidak ada PR. Melihat anak saya yang sangat spesial, saya punya inisiatif untuk memphotocopy semua buku paket dan saya panggil guru les ke rumah. Sebenarnya kasihan karena kondisi badan sudah capek dan anak kedua saya ini hobi main sepak bola tapi ya bagaimana lagi ya. Secara bahasa Inggris di Indonesia kan sangat minim digunakan ya jadi pada saat dinegri orang masih agak kagok jadi menurut saya butuh guru pembimbing untuk mengejar kekurangannya.
Ada cerita lucu lagi dari teman sebaya orang Indonesia yang anaknya sekolah ditempat yang sama, kakak kelas anak saya. Ibu ini maksa gurunya untuk memberikan PR pada anaknnya. "Please give HW to my child. The HW is a must for me as parent" Lha malah dia yang bikin peraturan hahaha.... Aduh ibu ini ada-ada saja ya. Mungkin masih membekas saat ibu ini masih sekolah dulu ya. Atau balas dendam? Entahlah.
Lain cerita dengan anak pertama saya yang selalu ngejar gurunya kalau dia nggak bisa pelajarannya. Pelajaran yang paling susah adalah Kimia. Saat itu sekolah di Zaman International School SMA nya. Gurunya orang Nigeria, baik banget, pintar, agak galak tapi mau bantu. Nah anak saya ini malah minta PR pribadi langsung sama gurunya. Nah ini lebih unik kan? Dari yang nggak bisa sama sekali (karena saat di Jakarta jusrusan IPS jadi nggak ada pelajaran ini) dan sampai akhirnya bisa dapat nilai 100 setiap ulangan dan teacher Ojoro ini bilang "What the magic you gave to your daughter" Ooohh please deh bu guru, ini atas usahanya bukan magic hahaha ....
Nah menurut pembaca bagaimana? Perlukan PR bagi anak?
Setahu saya saat ini anak-anak yang sekolah full day disekolah swasta yang bagus sudah tidak ada PR dan sekolah negri yang masih standard masih berlaku PR. Bagimanapun juga saya bangga atas sistem pendidikan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H