Lamakera adalah nama sebuah perkampungan yang terletak di pesisir pantai di ujung timur Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur, NTT. Lamakera dibagi menjadi dua wilayah yaitu Desa Watobuku dan Desa Motonwutun, yang secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Solor Timur Kabupaten Flores Timur. Mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan dan terkenal tangguh dilautan. Lamakera terbangun dari 7 suku yang diakui eksitensinya dalam membentuk sosial kebudayaan di dalam masyarakat, mayoritas penduduknya adalah muslim. Selama berabad-abad lamanya, para penghuni desa muslim ini lebih terkenal sebagai pemburu ikan paus dan pemburu ikan pari manta terbanyak nomor 3 di dunia, namun mereka tidak sembarangan menangkap mamalia laut yang dilindungi itu. Oleh karenanya, orang Lamakera meski berimigrasi ke daerah manapun, ia tetap selalu survevi, tak menyerah apalagi bertekuk lutut pada kondisi tantangan alam maupun ancaman yang menghalau, seperti dilukiskan dalam syair “Tale tale Rante rante, kera murin dore hala”. Syair ini menggambarkan tentang sosok manusia Lamakera yang idealis, bercita-cita tinggi dan berkarya besar merebut setiap peluang perubahan di masa depan. (“ id.m.wikipedia.org”)Sejak 2015, Desa Lamakera dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari, karena di ujung timur Pulau Solor itu masih terdapat sejumlah hewan laut langka yang nyaris punah, seperti ikan paus, hiu, lumba-lumba dan ikan pari manta atau dalam bahasa setempat disebut ikan belelang.
Orang Lamakera merupakan nelayan ulung yang memulai tradisi perburuan paus biru dengan hanya memodalkan tombak atau bahasa setempat disebut gala, dengan bertelanjang dada melesat di atas ganasnya samudera daan panasnya terik matahari. Konon, para lascar dari Desa Lamakera inilah yang memulai tradisi perburuan paus yang kemudian diikuti oleh masyarakat desa serumpunnya Lamalera di Selatan Pulau Lembata. Tradisi berburu paus di Lamakera sudah dilakukan sejak lama, jauh sebelum masyarakat Lamalera. Sayangnya perburuan paus yang dilakukan oleh warga Lamakera tidak pernah diliputi/diekspos oleh media massa sehingga tidak diketahui khalayak ramai. Selain itu, paus yang diburu warga Lamakera juga berbeda dengan paus yang diburu warga Lamalera. Warga Lamalera memburu paus sperma (Physeter macrocephalus) yang ukurannya lebih kecil, sedangkan warga Lamakera memburu paus biru (Balaenoptera musculus) yang ukurannya jauh lebih besar, panjangnya bisa mencapai puluhan meter. Pemburuan paus biasanya dilakukan dari bulam Mei sampai Oktober karena pada bulan-bulan tersebut paus biasanya muncul di perairan sekitar Pulau Solor.
Untuk mencapai Desa Lamakera, memang butuh sedikit perjuangan. Dari Larantuka, Ibu Kota Kabupaten Flores Timur, dapat ditempuh dengan kapal motor selama sekitar dua jam bisa juga dengan kapal motor turun di Waiwerang, Kota Kecamatan Adonara Timur, di Pulau Adonara, baru menumpang perahu kecil atau sampan menuju perkampungan Muslim di ujung timur Pulau Solor itu.
Di desa Lamakera telah berdiri sebuah bangunan masjid nan megah bernama Al-Ijtihad. Bangunan masjid itu memiliki sejumlah menara yang menjulang tinggi sekitar 45 meter menghadap ke selat sempit antara Pulau Solor, Lembata dan Adonara. Mesjid Al-Ijtihad Lamakera ini dibangu dengan dana swadaya masyarakat muslim setempat sejak tahun 2012. Mesjid ini mempunyai tujuh pintu, dan masing-masing pintu diberi nama sesuai nama tujuh suku yang ada di Lamakera, yaitu Lewoklodo, Ema Onang, Kiko Onang, Kampung Lamakera, Hari Onang, Lewerang, dan Kuku Onang.
Jauh sebelum islam masuk di Tanah Solor, kepercayaan nenek moyang masyarakat Lamakera umumnya adalah animisme, seperti kawasan Indonesia pada umumnya. Lamakera yang terletak di ujung timur Pulau Solor itu adalah tempat yang paling banyak dikunjungi para pedagang dan pelaut islam dan merupakan salah satu tempat di NTT yang paling awal menerima masuknya agama Islam. Karena di Lamakera terdapat ikan pari manta yang di dunia hanya terdapat dua tempat dan salah satunya ada di Indonesia yakni di Lamakera dan sekarang dalam pendamping Yayasan Misol dari Amerika Serikat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H