Mohon tunggu...
Sri Indarti
Sri Indarti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis dan membaca. Setiap hari berusaha untuk menulis meskipun hanya satu kalimat, untuk merangsang imajinasi dan melatih kemampuan bahasa tulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasar Tradisional

24 Mei 2023   17:31 Diperbarui: 24 Mei 2023   17:43 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda pergi ke pasar tradisional? Kalau pernah, tentu akan terbayang bagaimana keadaan pasar tradisional. Kesan kumuh, ramai, dan semrawut sudah terbayang di depan mata. Eit, tunggu dulu! Pasar tradisional di kotaku jauh dari kesan kumuh.

Pasar tradisional adalah pasar yang di mana penjual maupun pembeli bisa bertemu dan melihat barang dagangan secara langsung serta bisa tawar menawar harga. Uniknya pasar tradisional adalah pembeli bisa menawar harga sesuai dengan keinginannya. Apabila terjadi kesepakatan harga, pembeli dapat membawa barang dagangannya. Apabila tidak terjadi kesepakatan harga, pembeli bisa berpindah ke pedagang yang lain.

Di kotaku juga ada pasar tradisional. Letaknya strategis, yaitu di pertigaan menuju pusat kota. Orang-orang memberi nama pasar tradisional di kotaku dengan sebutan "Pasar Terminal" karena dulu sebelum difungsikan sebagai pasar, tempat itu adalah terminal tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang angkutan dari pelosok desa yang membawa barang dagangan hasil bumi dari desa-desa.

Para pedagang dan pembeli sudah mulai berdatangan sejak pukul 02.00 WIB dini hari. setelah turun dari mobil angkot, pedagang berdiri di pinggir jalan sambil menunggui keranjang maupun karung dagangan. Pembeli mendatangi pedagang yang berdiri berderet di pinggir jalan. Setelah terjadi tawar-menawar dan sepakat dengan harganya, pembeli langsung membawa barang yang dibelinya, pedagang yang sudah laku dagangannya langsung pulang sambil membawa keranjang yang sudah kosong. Memang pembeli yang datang di pasar terminal kebanyakan tengkulak. Mereka membeli dagangan dalam jumlah besar karena akan dijual lagi ke kota atau daerah lain. Tak terkecuali para pedagang sayur keliling yang menggunakan sepeda motor juga banyak yang membeli di sana. Namun banyak juga pembeli yang membeli buah ataupun sayur secara eceran. Apalagi kalau hari libur, pasar ramai pembeli eceran. Orang-orang senang membeli di pasar tradisional di kotaku karena selain harganya murah, barangnya juga masih fresh. Aneka sayur dan buah terlihat segar-segar seperti habis dipetik.

Dulu sebelum ditertibkan, para pedagang jualan berderet di pinggir jalan. Pembeli tinggal menghentikan motor di depan penjual tanpa harus turun dari motornya. Setelah terjadi kesepakatan harga, barang tinggal menaikan di atas sepeda motor. Kejadian seperti ini siapa yang diuntungkan dan yang dirugikan. Sudah jelas yang diuntungkan pedagang dan pembeli. Pedagang diuntungkan karena setelah turun dari angkot tidak usah membawa dagangannya yang berat untuk masuk ke pasar. Kalaupun tidak kuat mengangkat barangnya sendiri, mereka harus merogoh uang untuk membayar kuli panggul. Pembeli juga diuntungkan karena dia langsung bisa membeli tanpa harus memarkir motornya dan membayar uang parkir tentunya. Yang dirugikan jelas pengguna jalan, karena hak mereka untuk berkendaraan dan berjalan dengan nyaman terganggu.

Aktivitas jual beli berakhir sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah itu petugas kebersihan pasar sudah beraksi untuk menyapu hingga bersih. Semua lapak dan keranjang dibawa pulang oleh pedagang. Jadi yang terlihat pasar seperti lapangan terbuka. Perlukah pemerintah daerah untuk membuatkan bangunan pasar hingga lantai dua?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun