Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid.
Dalam hal ini, maka tujuan pembelajaran harus didefinisikan dengan jelas,  Guru harus bisa merespon  kebutuhan belajar murid diantaranya: kesiapan murid (cepat-lambat, konkret-abstrak, sederhana- kompleks, mandiri-bantuan), minat, profil belajar (gaya, kecerdasan, latar belakang, dll). Lingkungan belajar pun harus mengundang untuk belajar, manajemen kelas efektif dan penilaian berkelanjutan.Â
Namun apakah semua ini bisa tercapai, jika jumlah siswa dalam suatu kelas 32 orang dan jumlah jam mengajar guru yang terlalu banyak (lebih dari 24 jam). Belum lagi guru harus melek teknologi dan juga harus menguasai administrasi. Mungkin sebagian kecil guru bisa melaksanakan hal ini, namun sebagian besar mungkin tak akan mampu melaksanakan hal tersebut. Ditambah lagi orang tua menyerahkan pendidikan anak-anak nya seratus persen ke sekolah.Â
Ki Hajar Dewantara mengungkapkan, "serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, Jenis-jenis nya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik. Bedanya: guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.Â
Pernyataan beliau ini jika dibawakan ke masa sekarang, butuh kerja keras untuk menggapainya, karena teknologi yang ada di genggaman anak-anak sekarang banyak membawa dampak negatif. Sehingga keinginan guru untuk menggapai hal yang terbaik untuk anak didiknya banyak mendapatkan kendala.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H