Delapan bulan lalu, pusat kota Paris digembarkan aksi terorisme kelompok bersenjata. Insiden yang terjadi pada November tahun lalu itu, menewaskan 130 orang. Kemarin, di negara yang sama, kembali terjadi peristiwa yang mengejutkan. Setidaknya ada 77 orang meninggal, dan 42 orang dalam kondisi kritis di rumah sakit, akibat insiden truk yang menabrak kerumuman orang di kota Nice, Perancis. Meski belum ada kelompok teroris yang bertanggungjawab atas peristiwa tersebut, kejadian ini diduga akibat ulah para kelompok teror.
Untuk menghindari banyaknya korban jiwa, petugas akhirnya menembak mati si pengemudi. Karena diduga peristiwa ini merupakan perbuatan kelompok terorisme, pemerintah setempat menyerahkan kasus ini untuk ditangani unit anti terorisme. Pemerintah Perancis sendiri juga mengakui adanya ancaman terorisme, selama berlangsungnya piala Eropa di Perancis. Pihaknya telah menyiapkan 90 ribu personil, untuk memastikan piala Eropa berjalan aman.
Jika memang insiden truk menabrak kerumunan ini bagian dari tindakan teror, kita harus mewaspadai berbagai aksi terorisme yang terus mereikarnasi. Terlebih polisi juga menemukan banyak bom dan granat, didalam truk yang digunakan menabrak kerumunan massa. Â Aksi terorisme jelas tidak hanya dengan cara bom bunuh diri, tapi bisa dilakukan dengan cara-cara lain yang membuat kita tidak masuk akal. Beberapa saat lalu, ISIS telah merilis video yang melatih anak-anak, untuk dijadikan militan ISIS. Kondisi ini tentu mengejutkan, anak-anak yang seharusnya masih bermain, tapi sudah didoktrin untuk melakukan tindakan jihad, melalui aksi bersenjata ataupun bom bunuh diri.
Seiring perkembangan jaman, pola-pola terorisme memang terus berkembang. Tidak hanya bahan bom, bentuk bomnya pun juga telah beraneka macam. Di Indonesia sendiri, sempat terjadi bom yang berbentuk buku. Meski tidak ada korban jiwa, bom buku di Jalan Utan Kayu ini, sempat melukai aparat kepolisian. Seperti kita tahu, para pelaku terorisme ini umumnya berasal dari kalangan terpelajar. Hampir jarang terjadi pelaku teror dilakukan seorang gelandangan, ataupun pengangguran. Karena lebih banyak dilakukan oleh kaum terpelajar itulah, membuat banyak masyarakat sering terkecoh.
Reinkarnasi aksi terorisme ini, perlu menjadi kewaspadaan kita semua. Hal ini penting karena penyebaran propaganda ISIS, ajakan jihad, serta rekrutmen anggota teror terus dilakukan hingga saat ini. Tidak hanya di dunia nyata melalui pengajian-pengajian, tapi juga melalui dunia maya dengan memanfaatkan sosial media, dan media online lainnya. Tidak hanya itu, buku bacaan anak juga sempat terungkap disusupi paham radikalisme. Â Karena itulah mari kita tingkatkan kewaspadaan bersama, baik dalam diri sendiri, keluarga, hingga lingkungan sekitar kita.
Ingat, ISIS di Suriah dan Iraq terus terdesak, akibat tekanan dari dunia internasional. Belakangan, salah petinggi mereka, Abu Omar al-Shishani dikabarkan tewas, akibat sebuah pertempuran di kota Mosul, Irak. Meninggalnya petinggi ISIS ini, dikhawatirkan akan semakin meningkatkan aksi balas dendam ISIS, ke negara lain. Karena itulah, mari kita terus mewaspadai berbagai hal yang berhubungan dengan aksi terosisme. Mari kita berperilaku cerdas, terus meningkatkan keimanan, agar bisa menangkal pengaruh ISIS pada diri dan lingkungan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H