Belum hilang pemberitaan media mengenai bom panci di Bekasi, Jawa Barat, publik kembali dikejutkan dengan rencana pengeboman di sejumlah daerah. Beberapa hari lalu, Densus 88 kembali melakukan penangkapan di sejumlah tempat di Indonesia. Dalam satu hari, Densus melakukan penangkapan teroris di 4 lokasi yang berbeda. Dari penangkapan tersebut, diketahui para teroris itu merencanakan peledakan bom di sejumlah tempat yang berbeda.
Di Tangerang, Banten, polisi menemukan 6 buah bom siap ledak. Dari 4 pelaku, 3 diantaranya meninggal karena berusaha menembak petugas. Sedangkan 1 diantaranya masih selamat. Densus juga berhasil menangkap jaringan teroris di Payakumbuh, Sumatera Barat. Di lokasi ini, John Tanamal alias Hamzah, ditangkap dan merupakan jaringan Solo. John merupakan salah satu sumber pendanaan untuk jaringan teroris di Payakumbuh. Di Deli Serdang, Sumatera Utara, Densus menangkap Syafii, salah seorang DPO yang mempunyai peran sebagai perekrut warga negara asing untuk bergabung dengan ISIS di Suriah. Di Batam, Densus juga menangkap Abisya, yang mempunyai peran merekrut etnis Uighur untuk diberangkatkan ke Suriah.
Seperti kita tahu, setelah Irak dan Suriah terus diserang pasukan koalisi, kekuatan ISIS mulai terdesak. Kelompok ini bahkan merencanakan membangun kekuatan baru di Asia Tenggara. Sebagai penduduk muslim terbesar, Indonesia tentu harus terus meningkatkan kewaspadaan. Terlebih banyak pula warga negara Indonesia yang memutuskan bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah. Dan salah satu yang menjadi otak dari serangkaian bom di Indonesia akhir-akhir ini adalah Bahrun Naim.
Teror yang dilakukan Bahrun Naim ini sudah dilakukan sejak awal tahun 2016 lalu. Kini, jelang Natal dan tahun baru, pria asal Solo, Jawa Tengah ini kembali berulah. Berdasarkan pengakuan DYN, calon pengantin yang tertangkap akan meledakkan bom di Istana Negara, mengaku mendapatkan perintah langsung dari Bahrun Naim. Dari pelaku yang tertangkap di 4 lokasi kemarin, juga masih berjaringan dengan kelompok Bahrun Naim.
Satu lagi aktor yang tidak bisa dilupakan dibalik serangkaian rencana bom adalah Aman Abdurahman. Tersangka yang saat ini dipenjara di LP Nusakambangan ini, terus menyebarkan doktrin radikalisme dan terorisme. Paham yang mereka sebarkan disambut oleh para pengikutnya. Mereka akhirnya memutuskan membentuk sel-sel kecil, dan bergabung dengan kelompok Bahrun Naim. Kolaborasi antara Bahrun dan Aman Abdurahman ini, harus terus menjadi kewaspadaan semua pihak.
Meski Densus 88 telah berhasil menangkap sejumlah terduga teroris di sejumlah tempat, bukan berarti ancaman itu hilang. Meski Aman saat ini berada dalam tahanan, bukan berarti ancaman itu tidak ada. Meski Bahrun Naim saat ini diduga berada di Suriah, bukan berarti teror bom tidak ada. Ingat, ketika ISIS terus terdesak, pimpinannya memerintahkan kepada anggotanya untuk melakukan amaliyah di negaranya masing-masing. Fakta yang tidak bisa dibantah, praktek intoleransi di negeri ini masih terjadi. Dan perilaku intoleran ini, bisa berpotensi menjadi aksi terorisme. Semoga di penghujung tahun ini, tidak terjadi bom di Indonesia. Semoga Densus 88 terus melakukan pengawasan, untuk mencegah para terduga teror ini melakukan aksinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H