Indonesia berduka. Indonesia kehilangan guru bangsa yang sangat disegani. Indonesia juga kehilangan tokoh yang sangat sejuk, yang selalu menegaskan agar terus menjaga toleransi dan menghormati keberagaman. KH Hasyim Muzadi meninggal, setelah berjuang melawan sakitnya. Beberapa saat sebelum meninggal, almarhum telah meninggalkan beberapa pesan yang bisa jadi renungan kita bersama. Sebuah pesan, yang sangat relevan untuk terus dijadikan introspeksi.
Seperti yang dikatakan wakil walikota Malang, Sutiaji, yang tidak pernah bisa lupa pesan terakhir almarhum. “Beliau menangis, menyampaikan Indonesia dalam kondisi darurat," kata Sutiaji dalam sebuah media. Almarhum berpesan, agar TNI, polisi dan ulama bersatu. Karena Indonesia saat sedang dalam kondisi darurat. "Hubungi ulama sepuh, hanya doa yang bisa menyelesaikan masalah ini," kata Sutiaji.
Kepada menteri sosial Khofifah Indar Parawansa, almarhum meninggalkan pesan yang juga bisa kita jadikan renungan. “Itu pesan yang berat, dengan beragam suku, multikultur dan plural, itu jadi wasiat. Beliau harapkan misi harmoni, saya yang ketua muslimat NU, beliau berpesan jangan pernah berhenti memperjuangkan Islam rahmatan al alamin," kata Khofifah. Saat ini, banyak sekali bermunculan kelompok intoleran yang cenderung mencoreng kesucian Islam. Banyak yang mengatasnamakan agama, namun ucapan dan perilakunya justru jauh dari ajaran Islam.
Ketika menjalani perawaran di Rumah Sakit Lavalette Kota Malang, almarhum juga meninggalkan pesan untuk negeri ini, melalui orang-orang yang membesuknya. Kepada Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, almarhum berpesan agar Muhammadiyah dan tokoh-tokoh Islam lainnya terus peduli pada persoalan bangsa. "Beliau menyebutnya persoalan bangsa sedang banyak masalah," kata Haedar. Almarhum juga mengingatkan, agar para tokoh bangsa dan umat untuk terus merawat jiwa kepemimpinan.
Jika melihat kondisi saat ini, banyak pemimpin yang tidak memberikan kesejukan. Mareka seringkali melakukan berbagai cara, untuk mewujudkan kepentingannya. Ujaran dan perilakunya sama sekali tidak mengedepankan kepentingan bangsa. Banyak pejabat yang bicara anti korupsi, tapi dibelakangnya justru korupsi. Banyak pejabat yang selalu bicara ‘demi rakyat’ tapi justru yang terjadi sebaliknya. Uang rakyat dikorupsi, untuk kepentingan sesatnya. Mari ingat pesan almarhum, seperti yang disampaikan melalui Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, "Memimpin dengan hati nurani, memimpin dengan hati," katanya.
Ribuan orang mengantar kepergian sang kyai kharismatik ini. Sekali lagi, Indonesia berduka. Namun, satu hal yang tentu tidak boleh lupa. Pesan sejuk sang kyai harus terus kita teladani. Sebagai negara yang plural, menjaga toleransi dan keberagaman harus terus kita lakukan. Dan semasa hidupnya, almarhum begitu konsisten mengajarkan toleransi kepada bangsa ini. Dan sudah semestinya pula, kita semua juga terus meneladani pesan-pesan yang dikatakan oleh almarhum. Selamat jalan kyai. Negeri ini sangat mendambakan sosok seperti dirimu yang sejuk, yang selalu memikirkan kepentingan bangsanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H