Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membangun Perdamaian, Bisa Mencegah Radikalisme

1 Februari 2017   19:44 Diperbarui: 1 Februari 2017   20:16 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga Perdamaian - www.adzkiya.net/

Radikalisme tidak sepenuhnya berbentuk aksi kekerasan. Radikalisme juga bisa berbentuk ujaran kebencian. Apapun bentuknya, baik itu dalam bentuk perilaku ataupun ujaran, mempunyai dampak yang membahayakan. Kekerasan dalam bentuk perilaku, seringkali terjadi di negeri kita. Kekerasan dalam bentuk perilaku, tidak hanya dilakukan oleh kelompok kriminal, namun juga dilakukan kelompok intoleran di negeri ini. Mereka tidak jarang melakukan tindak kekerasan kepada pihak-pihak yang dianggap berbedap paham. Bahkan, tidak jarang kelompok radikal dan intoleran menilai kelompok yang berbeda, sebagai kafir. Dan status kafir inilah, yang kemudian dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan.

Sekali lagi, radikalisme terus mencari bentuknya. Radikalisme terus menyelinap di segala sisi. Termasuk dalam berita palsu (hoax) yang akhir-akhir ini sering beredar. Radikalisme juga menyusup dalam setiap berita palsu di media sosial. Akibatnya, dari ujaran kebencian yang disusupkan dalam sebuah pemberitaan ini, berdampak pada kecurigaan bahkan konflik di masyarakat. Orang saling curiga. Dan jika kecurigaan itu terus diprovokasi, dikhawatirkan bisa berdampak pada tindakan kekerasan.

Karena itulah membangun kesadaran bersama perlu dikumandangkan. Kesadaran membangun kedamaian juga perlu digagas. Kenapa ini penting? Ujaran kebencian yang terjadi di masa pilkada saat ini sudah semakin mengkhawatirkan. Fenomena saling lapor seringkali terjadi. Semua orang merasa terzalimi hampir terjadi setiap hari. Disisi lain, berita palsu ikut memprovokasinya di media sosial. Akibatnya kondisi semakin tidak karuan. Pilkada yang seharusnya bisa dilakukan secara damai, terancam ternodai dengan maraknya ujaran kebencian.

Mari membangun perdamaian di setiap lini kehidupan. Mulai dari lingkungan keluarga, tempat bekerja, sekolah, hingga lini yang lain. Kearifan lokal di setiap daerah mengajarkan tentang saling menghormati, saling menolong, hinggga saling mengisi. Tidak ada budaya lokal yang mengajarkan kebencian. Dan tidak ada budaya lokal yang mengajarkan tindak kekerasan. Semuanya mengajarkan toleransi, persamaan, dan keseimbangan. Bahkan, kerafian lokal juga mengajarkan musyawarah jika menemukan adanya persoalan. Karena hampir semua budaya lokal mengajarkan perdamaian, Pancasila pun mengadopsi hal tersebut. Wajar kiranya jika Pancasila bisa diterima oleh setiap suku yang ada di negeri ini.

Nilai-nilai yang diajarkan dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam keseharian kita. Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarakatan / perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Jika kita tidak melupakan Allah SWT, tetap memanusiakan manusia, menjaga persatuan dan kesatuan, mengedepankan musyawarah untuk mufakat, dan mewujudkan kesejahteraan untuk semua umat, maka perdamaian itu akan tercipta. Hanya melalui perdamaian, benih radikalisme itu bisa dibasmi.

 Hanya dengan perdamaian, paham radikalisme itu bisa dicegah. Mari kita terus budayakan berperilaku dan berkata santun. Selain merupakan budaya lokal, berperilaku dan berkata santun juga akan membuat lingkungan kita menjadi damai. Toleransi dan kerukunan antar umat tetap terjaga, hingga pada generasi berikutnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun