Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan simbol kuat dari semangat toleransi dan persatuan di Indonesia. Namun, di tengah euforia peresmiannya, muncul pertanyaan mendasar: apakah terowongan ini benar-benar memperkuat tali silaturahmi antarumat beragama, atau malah mengancam keutuhan akidah?
Mereka yang skeptis berargumen bahwa terowongan ini dapat mencampuradukan akidah dan memicu hilangnya identitas masing-masing agama. Namun, pandangan ini perlu kita telaah lebih mendalam. Jika kita merujuk pada prinsip dasar agama, perbedaan keyakinan bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan secara damai. Al-Quran sendiri mengajarkan kita untuk menghormati perbedaan keyakinan orang lain.
Terowongan Silaturahmi justru menjadi bukti nyata bahwa perbedaan agama tidak perlu menjadi sumber perpecahan. Dengan adanya akses fisik yang mudah antara dua tempat ibadah terbesar di Indonesia, diharapkan akan terjalin interaksi sosial yang lebih intens antara umat Islam dan Kristen. Saling mengenal dan memahami akan menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai.
Mengapa terorongan silaturahmi ini menjadi penting bagi kita bangsa Indonesia? Karena bisa memperkuat toleransi. Toleransi bukan hanya sebatas ucapan, tetapi juga tindakan nyata. Terowongan ini mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman dan berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Terowongan ini juga menjadi contoh bagi dunia tentang nilai-nilai toleransi. Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagaman yang tinggi. Terowongan Silaturahmi dapat menjadi contoh bagi dunia tentang bagaimana mengelola keberagaman dalam bingkai persatuan.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah, terowongan silaturahmi juga bisa menjadi simbol perlawanan dan pencegahan radikalisme. Radikalisme dan terorisme tumbuh subur di tengah masyarakat yang terpolarisasi. Terowongan ini dapat menjadi benteng pertahanan terhadap paham-paham ekstrem dengan mempererat tali silaturahmi antarumat.
Mereka yang khawatir akan tercampurnya akidah perlu memahami bahwa iman adalah urusan pribadi dengan Tuhan. Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan umatnya untuk menghindar dari orang-orang yang berbeda agama. Justru, agama mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada sesama, tanpa memandang latar belakang agama dan keyakinan.
Terowongan Silaturahmi bukan dimaksudkan untuk menyatukan semua agama, melainkan untuk mempermudah interaksi antarumat. Ini adalah langkah kecil namun berarti dalam membangun masyarakat Indonesia yang lebih inklusif dan toleran. Terowongan Silaturahmi adalah sebuah karya monumental yang patut kita apresiasi. Ini adalah bukti nyata bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinnekaan. Mari kita dukung upaya-upaya untuk memperkuat toleransi dan persatuan di tengah masyarakat kita.
Sebagai warga negara yang baik, kita memiliki peran penting dalam menjaga kerukunan umat beragama. Mari kita mulai dari diri sendiri dengan menghormati perbedaan. Setiap orang berhak memeluk agamanya masing-masing. Dan keberagaman di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan yang sudah ada sejak dulu. Mari kita semua juga terus mengedepankan silaturahmi. Â Jangan ragu untuk berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Mereka semua adalah saudara. Tuhan menciptakan keberagaman agar kita bisa saling mengerti dan memahami. Dan mari kita serukan untuk menolak segala bentuk diskriminasi. Perlakukan semua orang dengan adil dan setara. Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H